Foto keluarga di ramadhan tahun 2018 yang lalu |
Satu bulan sejak saya berangkat kuliah ke Mataram dulu, Ibu absen masak makanan yang saya suka. Sepat, satu makanan yang paling saya suka. Makanan khas Sumbawa dengan bahan dasar ikan bakar, daun ruku (sejenis daun kemangi), belimbing wuluh dan bumbu-bumbu khasnya yang amat segar membuat makan bisa khilaf.
Pernah suatu ketika, Ibu masak makanan itu, dikarenakan protes dari adik-adik yang tidak pernah memakan sepat sejak saya kuliah di Mataram. Dari ikan dibakar, sampai sepat tersaji di meja, Ibu menangis. Yang ada dalam kuah sepat itu adalah bayangan muka saya yang begitu lahap ketika makan.
"Bisa ndak ya Mbakmu makan ini di sana." Gumam Ibu setiap masak makanan yang saya suka di rumah.
Ketika Huda pergi kuliah, Ibu juga seperti itu. Kita semua absen makan makanan enak. Setiap hari hanya ada tahu, tempe, sayur bening dan sambal tomat. Selama satu bulan, harap bersabar dengan makanan yang itu-itu saja.
Pun ketika Fikri dan Abil pergi kuliah. Jangan harap akan merasakan singang, sepat, tumis tongkol, dan semua makanan kesukaan yang biasa Ibu masak.
"Bisa ndak ya adikmu makan-makanan seperti ini."
"Perihal rindu. Seterbiasa-biasanya orang dengan itu, tetap tidak akan terbiasa. Akan ada satu momen di mana dia akan tiba-tiba meledak. Seperti merapi yang menumpahkan semua larvanya, meluluhkan benteng pertahanan yang telah dibangun kokoh. Tak akan ada yang terbiasa dengan rindu."