Minggu, 28 Mei 2023

Kapan Nikah?

 

Handbouquet crochet flower yang saya rajut di @anakpapabandy.craft

"Kapan nikah?" Tanya seorang Bibi yang rumahnya cuma sepelemparan batu dari rumah saya, yang kalau misalnya Ibu masak, baunya pasti sudah langsung tercium ke rumahnya, yang kalau ada berita apapun sudah pasti akan sampai ke telinga beliau tanpa harus saya koar-koar. Jadi kalau semisal tidak ada berita apapun tentang pernikahan, itu artinya memang belum.

"Kenapa?" Tanya saya kembali. "Bibi mau kasi sumbangan apa untuk nikahan saya, biar saya kasih tahu kapan tanggal saya menikah."

"Ya ndak gitu, biar kita doain."

"Ya sudah doakan saja, ndak usah nanya-nanya, kecuali Bibi mau ngasih saya sumbangan buat pernikahan saya, biar saya kasih tahu tanggalnya. Karena biaya catering, dan dekor lumayan mahal, biar Bibi nabung dari sekarang untuk sumbangan nikahan saya." Opor yang tadinya terlihat begitu enak, tiba-tiba langsung hambar. Di usia yang sudah menginjak kepala tiga, pertanyaan "kapan nikah?" itu seperti bom yang siap meledak kapan saja. Nyalakan saja sumbunya dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dan "dhuaaar" bomnya langsung meledak tanpa butuh aba-aba sebelumnya.

Selasa, 23 Mei 2023

Menghangatkan Badan dengan Setusuk Sate Kuda

 

Sate Kuda

Berawal dari perjalanan pertama di Ramadhan kemarin ke Ai Mual, membuat saya ketagihan untuk kesana lagi. Setiap memposting foto Ai Mual di status watsapp maupun instagram, selalu mengundang komentar teman-teman. "Lu, ajak kesana". Jawaban saya pun selalu sama, "Ayok". Asli sarat getak, Lulu. Dalam Bahasa Sumbawa Sarat getak itu artinya tidak bisa ada yang ajak, langsung saja mengiyakan tanpa pikir panjang hahhaa.  Karena perjalanan ke Ai Mual itu juga yang akhirnya mempertemukan saya dengan Sate Kuda khas Brang Rea ini. Cerita tentang kenikmatan Sate Kuda ini sudah sering saya dengar dari teman-teman asli Sumbawa Barat, tetapi saya belum pernah tertarik mencobanya sekali pun. Saya tidak terbiasa memakan daging kuda. Walaupun Sumbawa dari dulu terkenal dengan Susu Kuda Liarnya, tetapi  jarang sekali kita menemukan masakan yang terbuat dari daging kuda. Kalau dari cerita Kakek saya, dulu setiap rumah di Sumbawa selalu ada kuda di halamannya. Selain dijadikan sebagai alat transportasi sehari-hari, kuda bagi orang Sumbawa juga seperti teman di dalam keluarga. 

Jumat, 05 Mei 2023

Jalan-jalan ke Ai Mual, Si Kembarannya Mata Jitu

Ai Mual, ini air terjunnya yang mirip banget sama Mata Jitu


Jalan Dadakan di Ramadhan

Kalau kata orang, terkadang perjalanan yang tidak direncanakan bisa jadi lebih berjalan terencana daripada yang direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Ide perjalanan pun kadang suka tiba-tiba  muncul dengan begitu impulsif-nya. 

"Besok pagi kita ke Ai Mual yuk." Ajak Tiwi. Kita semua kemudian saling berpandangan. Saat puasa seperti ini, rebahan terasa lebih menyenangkan dibandingkan menghabiskan tenaga dengan jalan-jalan. Di hari biasa saja, minggu pagi seakan memiliki gravitasi yang begitu besar dibandingkan hari-hari lainnya. Rasanya begitu malas beranjak dari kasur. 

"Yuk, aku sih yes aja." Mas Akha mengiyakan, Mbak Susan tidak lama kemudian ikut mengiyakan, disusul dengan teman-teman yang lain. Baiklah, saya tidak memiliki pilihan selain ikut mengiyakan. Kapan lagi bisa jalan-jalan bareng mereka. Ai Mual juga salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sumbawa Barat yang sangat ingin saya kunjungi dari dulu. Bayangkan saja, sudah 4 tahun saya tinggal di sini, tetapi belum pernah bisa mengunjunginya. Alasannya cuma satu, saya terlalu mager menghabiskan hari minggu saya dengan keluar rumah hahahhahaa. Sejak menjadi pi-en-ice a.k.a PNS, tenaga terasa sudah tersedot habis di hari kerja, hingga membuat akhir pekan dihabiskan hanya untuk rebahan, dan nge-drakor saja.

Kamis, 04 Mei 2023

Pasukan Berani Malu on Vacation

Ibu Bapak dengan view di atas Bukit Pantai Hulu Air

Asal Nama Pasukan Berani Malu
Masih tercetak jelas di dalam ingatan saya, asal mula nama Pasukan Berani Malu ini tercetus. Atok, panggilan kita untuk Nenek, memiliki 9 orang anak, dengan 21 orang cucu. Belum lagi cucu dari Jidah, saudara Atok saya. Yang kalau dihitung secara keseluruhan, jumlah cucunya sebanyak 32 orang. Saat itu, kendaraan yang dimiliki Atok, hanya mobil pick up tua. Setiap lebaran, kita semua naik pick up itu untuk mengunjungi rumah keluarga. Ketika keluarga Atok yang lain,  menaiki mobil mewah, apalah kita yang hanya bisa berbahagia menggunakan mobil pick up tua, yang kalau naik tanjakan suaranya meraung-raung sangat keras minta ampun. Tapi alhamdulillah-nya, tidak ada rasa malu atau pun minder karena kendaraan yang kita naiki, malah kita asyik tertawa heboh selama perjalanan sambil menikmati jajan lebaran hasil jarahan dari rumah ke rumah. 
"Tunggu di mobil aja ya, anak-anak jangan ada yang ikut turun, biar orang tua saja yang masuk." Kata Atok mengingatkan kita, jika sudah hampir sampai ke rumah keluarga yang dituju. Bukannya apa, Atok tidak kuat menahan malu jika semua cucunya turun dari mobil. Bayangkan puluhan krucil itu akan ikut masuk, dan seketika menginvansi rumah yang kita datangi. Jajan lebaran yang tadinya terisi penuh, tiba-tiba menjadi kosong dan berpindah tempat ke tas masing-masing anak. Belum lagi suara riuh tawa kita yang membahana. Sekali dilarang, eh malah semakin keras ketawanya. Ada saja hal receh yang membuat kita tertawa tanpa henti. 
"Ini ni Pasukan Berani Malu, rasa malunya sudah ketinggalan semua di rumah tadi, lupa dibawa pas berangkat." Komen para orang tua, melihat kelakuan anaknya yang membuat banyak-banyak istigfar. Saat itu, kita semua masih kecil, tidak ada rasa jaim sedikit pun. Ketika dipersilahkan makan, ya kita akan makan. Ketika ada hal lucu, ya kita tertawa. Gara-gara kelakuan kita yang selalu buat onar saat itu, membuat nama "Pasukan Berani Malu" tersemat sebagai nama panggilan untuk cucu Atok dan Jidah. 
Sekarang cucunya sudah besar-besar semua. Yang paling besar usianya 33 tahun, dan paling kecil 9 tahun. Sudah tidak ada lagi adegan yang membuat orang tua ngelus dada ketika berkunjung ke rumah keluarga. Semua sudah memasang mode jaimnya masing-masing.

Sabtu, 22 April 2023

Jodoh Pertemuan

Si Cute Whale Shark :)


Saya percaya bahwa tidak pernah ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Semua pasti sudah ada yang mengaturnya. Kapan kita bertemu, di mana kita bertemu dan bagaimana cara pertemuan itu, pasti sudah diatur dengan baik. Jika memikirkan bagaimana cara Allah mengatur perihal pertemuan itu, sungguh otak tidak akan sanggup, karena jauh dinalar kita sebagai manusia biasa. Allah sebaik-baik sutradara hidup ini.  

Saya ingat sekali malam itu, tiba-tiba ada nomor baru yang menghubungi saya melalui watsapp, katanya ada temannya yang ingin dibuatkan boneka rajut berbentuk whale shark di @anakpapabandy.craft (usaha crafting khusus rajutan yang saya buat). Saya mengiyakan, tetapi tidak bisa berjanji akan bisa selesai dengan cepat karena pekerjaan sekolah sedang banyak-banyaknya. Keesokan harinya temannya itu kemudian menghubungi saya lagi. Bertanya-tanya beberapa hal tentang amigurumi whale shark yang sempat saya bahas di chat sebelumnya. Melalui obrolan kita di watsapp, saya baru tahu kalau ternyata boneka rajut yang dia pesan itu spesial untuk souvenir para tamu yang menginap di Amanwana Resort. Mendengar kata Amanwana Resort, pikiran saya langsung melayang jauh. Demi apa pun saya tidak pernah menyangka bahwa boneka rajut buatan saya bisa masuk ke resort besar sekelas Aman. Amanwana merupakan satu-satunya resort super mewah yang menawarkan konsep glamping yang ada di Pulau Moyo, Sumbawa. Banyak tokoh-tokoh besar, baik nasional maupun internasional yang pernah kesini. Lady Diana menjadi

Jumat, 30 Desember 2022

Alon-alon Asal Kelakon

Lulu di anakpapabandy workspace. Semua rajutan itu adalah hasil karya saya.

Bapak saya orang Jawa asli, tetapi saya tidak mengerti Bahasa Jawa. Hanya satu kalimat dalam Bahasa Jawa yang saya paham artinya, yaitu "alon-alon asal kelakon", biar lambat yang penting selamat. Kalimat itu sering sekali diucapkan Mbah waktu saya kecil dulu. Saya suka grasak-grusuk, apa-apa maunya cepat, kalau sudah "iya", maka itu akan menjadi keharusan yang mesti terlaksana, tidak peduli apa. 

"Alon-alon asal kelakon" Kata si Mbah tiap kali saya mulai lari mengejar adik-adik saya yang sudah lari jauh mendahului saya. Dari kecil saya memang paling tidak suka lari. Bagi saya lari itu adalah kegiatan yang paling melelahkan. Kenapa harus lari, ketika berjalan pelan lebih terasa menyenangkan. Tetapi begitulah saya, kadang ada rasa sebal di dalam hati ketika saya menjadi yang terakhir. Saya mulai lari mengejar adik-adik saya lagi.

Jumat, 24 Juni 2022

Perayaan Sebuah Cerita

Pantai Poto Batu, Sumbawa Barat
 

Sebelum menuliskan ini, saya baru saja menamatkan (lagi) Rectoverso-nya Dee. Buku yang selalu saya baca ketika saya merasa sedang jatuh cinta, dan patah hati. Membaca Rectoverso seperti membuat saya lebih legowo dalam menerima sesuatu, bahwa semua cerita terkadang harus dibiarkan mengalir apa adanya, tidak harus terburu-buru, ngotot, ngoyo. Seperti biasa, setelah menamatkan Rectoverso, seperti ada ruang kosong di hati yang membuat semua yang seharusnya baik-baik saja, menjadi tidak baik-baik saja.

Kamis, 09 Juli 2020

Menuntaskan Rindu dengan Bersepeda Keliling Sumbawa

Jembatan Samota yang menjadi salah satu ikon Sumbawa. Di sini menjadi tempat favorit masyarakat Sumbawa utk lari sore dan sepedaan

Selama Pandemi, ada satu hal yang tidak bisa dilakukan anak rantau, yaitu pulang ke rumah, padahal jarak antara rumah dan tempat saya mengajar sekarang hanya 2,5 jam perjalanan saja jika menggunakan motor. Kebijakan pemerintah kabupaten setempat yang melarang warganya untuk keluar masuk kabupaten membuat kami para anak rantau tidak bisa pulang. Hanya jurus sabar yang bisa dikeluarkan sebagai obat dari semuanya sambil merapal doa-doa panjang semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa pulang ke rumah dan menikmati kehangatan kebersamaan dengan keluarga kembali. 
Tidak selamanya badai berlangsung, tidak selamanya pula hujan deras mengguyur. Akan ada jeda yang bisa membuat kita bisa menarik nafas untuk bisa melalukan perjalanan lagi walau dengan mendung yang menggelayut. Sumbawa perlahan membaik. Pasien positif semakin menurun. Pemerintah pun mulai melonggarkan kebijakannya. Kami anak rantau bersorak bergembira menyambut itu semua. Libur sekolah tiga minggu tidak akan kami habiskan lagi di rantauan. Kami bisa pulang. Horeeeee.
Satu hari setelah pembagian laporan perkembangan anak, saya pulang ke rumah. Selama perjalanan, yang ada di dalam otak saya adalah bayangan wajah bahagia Ibu dan Bapak yang sedang menunggu di rumah. Beberapa bungkus palopo dan jagung rhee kesukaan Ibu Bapak tak lupa saya bawa. Begini ya ternyata rasanya bisa pulang ke rumah setelah sekian lama. Ada rasa bahagia yang sulit untuk diungkapkan. 

Selasa, 23 Juni 2020

Mencintai Saya

Create Your Own Happiness. Ini momen ketika membuat mural keroyokan di tembok Stadion Pragas Sumbawa di event Sumbawa Street Art

Kalian tahu tidak, bahwa lebih mudah mencintai orang lain dengan segala kekurangannya, daripada mencintai diri sendiri dengan segala kelebihannya. Tidak peduli seberapa hebat, kita selalu punya cara untuk membuat diri sendiri tidak percaya diri. Mungkin melalui kulit hitam yang kita miliki, yang katanya tidak lebih baik dari kulit putih milik mereka. Melalui hidung pesek dan pipi temben yang menghiasi wajah, yang katanya tidak lebih cantik dari mereka yang berpipi tirus dan berhidung mancung. Melalui badan gemuk dengan gelambir di mana-mana, yang katanya sangat tidak enak dilihat, dibandingkan dengan tubuh mereka yang ramping. Atau melalui omongan-omongan orang lain yang mengatakan kamu ini, kamu itu, dan harusnya kamu begini, kamu begitu, supaya bisa begini, dan begitu. 

Sabtu, 20 Juni 2020

Membuktikan Kekerenan Pantai Balad

Anak-anak yang asyik bermain di pinggir Pantai Balad

"Gak ke Balad, gak keren", kata-kata itu yang selalu diucapkan Pak Fud Syaifuddin, Wakil Bupati Sumbawa Barat setiap memposting apapun tentang Pantai Balad di sosial medianya. Saya jadi penasaran, sekeren apa sih Pantai Balad saat ini sampai kata-kata itu selalu digaungkan? Pertama kali saya ke Pantai Balad tahun 2017 yang lalu bersama teman-teman dari Sumbawa. Saat itu Pantai Balad hanya ada beberapa warung makan yang belum begitu tertata, rumah-rumah warga sekitar, dan berugak yang juga tidak begitu banyak. Sampah di mana-mana, belum lagi anjing yang berkeliaran kesana-kemari yang membuat saya tidak nyaman berlama-lama di sana. Kesan pertama saya ke Pantai Balad jadi kurang begitu baik.