Kamis, 04 Juni 2020

Karena yang Terbaik sedang Menanti Waktu Bertumbuhnya

Hasil kebun belakang
Ibu saya punya kebiasaan unik. Setiap selesai makan buah, dan jika dirasa buah itu cukup enak, maka biji dari buah itu akan ditanam kembali oleh Ibu. Kelengkeng, mangga, alpukat, sirsak. Entah ada berapa banyak biji buah yang ditanam dipot-pot kecil di taman depan rumah. Setiap hari pot-pot itu Ibu siram dengan rajin. Tak lupa juga pupuk organik diberikan. Dengan harapan nantinya, biji-biji itu akan segera bertunas dan tumbuh dengan subur. Tetapi uniknya lagi, hampir semua biji buah yang Ibu tanam tak ada satu pun yang bisa tumbuh besar, kecuali kelengkeng. 

Saya ingat beberapa tahun yang lalu, Ibu habis makan kelengkeng yang baru dibeli di pasar buah. Rasa kelengkeng itu sangat manis, daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Seperti kebiasaan Ibu sebelumnya, biji kelengkeng itu dikumpulkan kemudian ditanam di pot-pot kecil. Gara-gara kelengkeng itu, Ibu jadi lebih suka menghabiskan waktu berada di taman depan rumah. Dengan sabar yang begitu sangat, Ibu menanti hari demi hari di mana biji itu akan memperlihatkan tunasnya. Hingga kemudian bulatan hijau kecil menyembul dari dalam tanah. Tak terbayangkan betapa bahagianya Ibu melihat tunas itu muncul.
Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun. Kelengkeng itu sudah tumbuh besar dan subur. Daun-daunnya begitu lebat, rantingnya juga tumbuh disetiap dahannya. 


"Lu, ini kenapa Kelengkeng Ibu sudah besar tapi kok belum berbuah." Keluh Ibu ditelpon suatu ketika. 
"Lho kok bisa, Bu. Kan sudah besar itu pohonnya." Tanya saya kembali ke Ibu. 
"Ndak tau juga Ibu, Kelengkeng Pak A sudah banyak buahnya, padahal Ibu duluan yang nanam."
"Ibu coba kasi pupuk buah itu, Bu." Saran saya.
"Sudah pernah Ibu kasi, dibelikan sama Bapak di Tani Subur kemarin. Tapi sudah berbulan-bulan, masih belum ada buahnya."
"Terus gimana dah, Bu?" Saya juga bingung memberikan saran jenis apa kepada Ibu. Saya bukan orang pertanian, saya juga bukan orang yang suka tanam menanam. Ilmu saya tentang itu benar-benar nol besar. 
"Ya mau gimana lagi, sabar aja." Ibu mengeluarkan jurus andalannya. Sabar memang satu-satunya cara yang bisa dilakukan setelah semua usaha dikeluarkan. 
"Bu, saya tonton di youtube kemarin, katanya harus disayat pake parang gitu pohon kelengkengnya supaya bisa berbuah." 
"Masa sih?"
"Iya, coba Ibu buka youtube." Saya mencoba meyakinkan Ibu. 

Setelah membuka youtube dan mencari beberapa referensi, Ibu pun mengikuti semua saran-saran yang diberikan di sana. Besar harapan bahwa yang dinantikan akan segera datang. Mulai dari memberikan booster buah, menyayat dahannya menggunakan parang, hingga menebang pohonnya. Tetapi semua ikhtiar itu tidak menumbuhkan hasil. Pohon kelengkeng itu tetap tumbuh subur tanpa buah. 

"Bu, tebang aja kelengkengnya daripada bikin penuh rumah, nanti tanam buah lain.  Kelengkengnya mandul itu, jadi ndak bisa berbuah." Saran saya lagi ke Ibu. 
"Jangan dah, kasian dia. Ibu sudah rawat capek-capek mulai dari biji. Biar aja tumbuh besar di depan rumah, hitung-hitung sebagai penyejuk halaman." Ketika Ibu mengatakan itu, saya mendengar seperti masih ada harapan untuk kelengkeng itu bisa berbuah. Memang tidak mudah menghilangkan apa yang sudah diperjuangkan dengan begitu besarnya. 

Hari mulai berjalan seperti biasa, seperti sebelum Ibu belum begitu fokus dengan kelengkeng itu.  Ibu sekarang lebih sibuk dengan tanaman yang lain. Tomat, cabe, seledri, terong. Tanaman-tanaman yang bisa Ibu panen setiap hari dan bisa menghemat uang dapur. Bagi Ibu, bercocok tanam adalah satu cara untuk mengobati kebosanannya. Anak-anaknya tidak ada satu pun di rumah. Rutinitas harian Ibu adalah mengurus taman kecilnya, membersihkan dari rumput-rumput, memindahkan ke pot yang lebih besar, atau hanya sekedar menyiraminya dengan air. Bahagia Ibu sesederhana itu. 

Harapan Ibu agar kelengkeng itu segera bisa berbuah pun perlahan sirna. Ibu mulai pasrah, dan mulai menerima kenyataan bahwa kelengkeng yang berhasil tumbuh di depan rumahnya hanya berfungsi sebagai penyejuk rumah bukan sebagai buah yang nikmat untuk dimakan. Memang tak dipungkiri, ada rasa iri setiap lewat rumah Pak A dan melihat kelengkengnya berbuah lebat. Tapi apalah daya, mau marah pun tak ada guna. 
"Rejeki punya pohon kelengkengnya mungkin cukup sampai dinikmati kerindangan pohonnya saja, tidak lebih." Kata Ibu dengan sangat bijak. Ini seperti yang selalu Ibu katakan dalam setiap nasehatnya,
"Tak ada yang sia-sia dimuka bumi ini, semua hadir dengan maksud tertentu."

Memang benar apa yang dituliskan Marchella  FP di NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini), bahwa ketika kita sudah lelah berjuang, saat hati benar-benar ikhlas, maka saat itulah semesta bekerja. Kelengkeng yang sudah tidak diharapkan akan menumbuhkan buah tiba-tiba memunculkan bunga di pucuknya.
"Lu, kelengkeng Ibu sudah berbunga." Ibu terdengar sangat bahagia di seberang sana.
"Ohya? Kok bisa, Bu?" 
"Ndak tau juga Ibu, tiba-tiba aja bunganya muncul."

Akhirnya.


"Panjang umur untuk semua doa-doa baik yang tak lelah melangit. Untuk semua harap yang penuh dengan cemas. Untuk semua tanya yang menunggu jawab. Allah tahu, tapi menunggu. Allah tahu, tapi menunggu hambaNya datang kepada sambil merengek kepadaNya disetiap malam. Hingga saat kamu sudah pasrah dalam keikhlasan yang paripurna, saat itulah Allah menunjukkan keajaibanNya.
Allah tahu, tapi menunggu.
Jangan lelah berharap."


Mungkin saat ini kita sedang lelah dalam penantian, dalam perjuangan yang tak kunjung ada akhirnya. Tetapi yakinlah, bahwa yang terbaik sedang menanti waktu bertumbuhnya. Jangan lelah berharap, jangan lelah berbaik sangka, jangan lelah bersabar, hingga nanti akan tiba waktunya Allah akan menjawab semuanya. Dan jika waktunya itu tiba, kamu akan menangis haru karena bahagia, 
"Terimakasih Ya Allah."


Nb:
Menulis ini lebih kepada penyemangat untuk diri sendiri. Tidak dipungkiri ada saat di mana sangat lelah, karena sudah sejauh ini tapi belum menemukan akhir. Tetapi setiap lelah mulai menyerang, mulai ingat lagi semua yang Allah berikan untuk kamu supaya kamu sadar betapa baiknya Allah, kamu aja yang kurang sabar.

10 komentar:

  1. Nyentuh banget tulisannya kak. Makasi ya sdh nguatin

    BalasHapus
  2. Saya juga termasuk suka banget menanam-nanam di halaman dan belakang rumah. Proses itu betapa saya nikmati. Hasilnya nanti itu bagaimana sepertinya nomor kesekian. Sebab, melihat tanaman subur hati ini sudah senang sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener. Prosesnya ketika tanam menanam itu yang menyenangkan. Apalagi ketika berhasil melihat hasil dari yang kt tanam, rasanya sangat puas sekali :)
      Terimakasih ya sdh berkunjung :)

      Hapus
  3. Suka sama makna ceritanya. Aku juga pernah ngalamin ketika sudah siap mengikhlaskan, keajaiban doa-doa bekerja sangat cepat dan nyata yang menunjukkan kebesaran Yang Maha Pencipta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener. Ikhlas itu adalah jalan terbaik ketika kita sudah berjuang dengan sebegitu kerasnya. Ketika sdh ikhlas, Allah akan menunjukkan keajaiban2nya :)

      Hapus
  4. Yang terbaik memang butuh waktu lebih lama untuk didapatkan. Kalau kita sabar dan iklas semuanya jadi lebih mudah dan tiba-tiba ada keajaiban datang😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba astria. Butuh kesabaran dan keikhlasan yang sangat utk keajaiban itu bisa datang 😊

      Hapus
  5. banyak game yang menarik di IONQQ
    ayo segera daftarkan diri anda :D
    WA : +855 1537 3217

    BalasHapus
  6. hehe susah emang jadi orang sabar tapi manis akhirnya, cukup menambah penyangat ni buah kelengkeng hehe

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^