Senin, 23 Februari 2015

Cerita Perjalanan ke Lombok (lagi)



diatas kapal menuju Lombok

Kelas Inspirasi Lombok

Lombok, satu kata yang tak akan bisa lepas dari diri saya. Terlahir dan menghabiskan sebagian besar waktu saya disana cukup membuat Lombok membekas dan kuat dalam ingatan saya.
“Tanggal 21 Februari kita ada kelas inspirasi di Lombok. Jadi relawan yuk.” Bunyi pesan Bang Fathul beberapa minggu yang lalu.
“Oh ya bang? Tapi kan saya kerja.”
“Izin aja, kan cuma sehari itu.”
Saya sempat mendengar tentang Kelas Inspirasi ini dari beberapa teman yang pernah menjadi relawan, dan saya sangat tertarik sejak pertama kali tahu bahwa Kelas Inspirasi akan diadakan di Lombok lagi. Kelas Inspirasi ini adalah program turunan dari Indonesia Mengajar, yang ditujukan kepada para professional yang ingin berbagi ilmu kepada adik-adik sekolah tentang pekerjaannya dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, dengan tujuan mereka bisa memiliki semangat yang sama untuk bisa mengejar cita-cita mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita. Asyik nih, hitung-hitung bisa berbagi ilmu dan mengobati rindu akan Lombok.


Selalu Ada Rencana Lain
narsisan diatas kapal menuju Lombok
Selalu ada ‘konflik’ dalam setiap perjalanan, pun begitu dengan kali ini. Dua hari yang lalu segala persiapan untuk mengikuti Kelas Inspirasi ini sudah beres, relawan dari Sumbawa yang akan ikut serta sudah fix, rencana-rencana keberangkatan pun telah selesai dibicarakan bahkan seminggu sebelum hari H, tetapi selalu ada rencana lain dari Allah yang tidak kita ketahui. Tanggal 19 Februari beberapa teman mahasiswa yang akan menjadi relawan membatalkan keikutsertaan mereka karena ada beberapa hal yang mesti diselesaikan di kampus, teman-teman FKPS yang berencana akan turut serta masih terombang-ambing akan mengikuti atau tidak, tersisalah saya yang tidak mungkin berangkat menggunakan motor sendiri ke Lombok, Ibu Bapak tidak akan mengizinkan.
“Kak bagaimana ini teman-teman ada kegiatan penting di kampus, ndak mungkin to saya sendiri yang berangkat.”
“Ada tiga dari FKPS, santai aja.” Kak Oby menenangkan saya yang mulai takut akan kegagalan kita berangkat ke Lombok. Saya bukan tipikal orang yang gampang membatalkan janji yang sudah matang-matang saya rencanakan, ketika saya sudah mengatakan ‘iya’, maka itu akan tetap ‘iya’, hingga ada rencana lain dari Allah yang membuat saya harus membatalkan janji itu.
Perjalanan ke Lombok 
pantai poto tano
pelabuhan poti tano
Tiba hari H keberangkatan, Alhamdulillah tiga orang teman-teman dari FKPS bisa berangkat semua. Ini akan jadi perjalanan yang penuh dengan cerita baru, kali ini bukan cerita tentang destinasi-destinasi yang indah tetapi pengalaman berbagi dengan adik-adik di pelosok yang akan menjadi cerita tak terlupakan.
Dari Sumbawa Besar ke Pelabuhan Poto Tano Sumbawa memakan waktu kurang lebih 2 jam, jika tidak banyak beristirahat di jalan. Paling mengasyikkan memang jika menggunakan motor, karena sepanjang perjalanan akan ada banyak tempat-tempat asyik sebagai tempat peristirahatan, yang paling terkenal adalah warung jagung Rhee. Warung jagung Rhee adalah satu dari sekian favorit pelancong untuk beristirahat, disepanjang jalan Rhee ada banyak warung penjual jagung yang berjejer rapi. Jagung Rhee memiliki rasa yang unik dan tak akan ditemui di daerah lain, perpaduan antara jagung manis dan jagung ketan. Jagungnya memiliki rasa manis alami, dan kekenyalan yang khas dari jagung ketan. Saya yakin jagung dengan cita rasa Rhee ini tak akan ditemui di daerah lain, karena itulah setiap pelancong yang datang ke Sumbawa wajib hukumnnya untuk mampir ke Rhee untuk menikmati jagung ini. Cukup membayar sebesar lima ribu rupiah, kita sudah bisa menikmati 4 buah jagung rebus Rhee yang nikmat ini. 
siap2 keluar kapal menuju Lombok
pelabuhan kayangan Lombok
Bisa dibilang cukup murah biaya penyebrangan menggunakan motor dari Pelabuhan Poto Tano menuju Kayangan Lombok, hanya Rp.54.000. Untuk pejalan kaki, cukup membayar tiket sebesar Rp.18.000. Penyebrangan dari Poto Tano ke Kayangan kita akan dimanjakan dengan pemandangan pulau-pulau kecil yang menghias laut Sumbawa, terhitung ada delapan pulau kecil di sekitar itu yang siap dijadikan sebagai destinasi utama wisata Sumbawa. Semoga dengan dibukanya pulau-pulau kecil itu sebagai tempat pariwisata Sumbawa bisa menambah kunjungan wisatawan ke Sumbawa. 
Orang Baik Ada Dimana-mana


“Jangan takut melakukan perjalanan, karena orang baik itu ada dimana-mana”
pemandangan jalan di Tete Batu ketika hujan

Lokasi pelaksanaan Kelas Inspirasi kali ini berada jauh di pelosok desa Lombok Timur, tepat berada di bawah kaki gunung rinjani, yaitu di Desa Tete Batu. Desa ini terkenal dengan kesejukan dan keindahan pemandangannya. Sawah-sawah terhampar hijau nan indah dengan background penampakan gunung Rinjani dibelakangnya membuat landscape desa ini semakin memikat mata.
“Kak kita ditawari Pak Budi untuk mampir kerumahnya, gimana?” Pak Budi adalah seorang kenalan Subhan ketika mengikuti Newmont Bootcamp di Maluk beberapa minggu yang lalu.

“Boleh sih, rumahnya dimana??”

“Ndak jauh kok dari Tete Batu.”

manggisnya seger-seger
Tiba di rumah Pak Budi, kita disambut oleh buah yang lagi hits a.k.a musim di Lombok, yaitu manggis. Awal tahun seperti ini, Lombok seperti surga buah Madura (Manggis, Durian, Rambutan), sepanjang jalan kita akan menemukan banyak penjual buah-buahan itu, harganya pun bisa dinegosiasi tergantung dari kepintaran kita dalam tawar menawar.

Setelah tenaga kembali pulih, perjalanan kami lanjutkan ke Desa Tete Batu, tempat pelaksanaan Kelas Inspirasi. Desa ini samar-samar dalam ingatan saya, seingat saya, dulu saya pernah kesini bersama beberapa teman di BEM, tapi dengan percaya dirinya saya mengatakan saya tahu jalan ke lokasi, padahal saya pun lupa harus melewati jalan yang mana.

“Lagi dimana bang? Kita di Desa Tete Batu ini.” Bunyi sms saya kepada Bang Fathul.

“Tanya penduduk, dimana rumahnya Salman, nah kalau sudah ketemu bisa istirahat sebentar disana.”

Tanya sana, tanya sini, tapi tidak ada satu pun yang tahu dimana rumahnya Salman. Mungkin pertanyaan kita tidak spesifik atau apalah, hingga alamat itu tak kunjung kami dapatkan. Lima belas menit kita masih berkutat mencari dimana alamatnya Salman, hingga hujan turun dengan derasnya, tenpa ada tegur sapa dengan gerimis. Saya mulai panik, bukan perkara takut akan basah, tapi saya membawa beberapa kamera dan perlengkapan yang bisa dipastikan akan rusak jika terkena air.
istirahat dulu sebelum benar2 kuyup
Mentelah juluq.” Teriak seorang warga kepada kami, dalam bahasa Indonesia itu artinya berhenti dulu. Kami diminta mampir kerumahnya daripada kuyup kehujanan. Alhamdulillah, orang baik itu memang ada dimana-mana. Dalam kebingungan dan ketakutan berada di daerah yang baru, selalu ada pertolongan yang datang. Air hangat dan beberapa camilan khas Lombok terhidang dihadapan kami. Mereka baik sekali, padahal kami adalah orang yang baru dikenalnya.

3 komentar:

  1. Bang 🥺🥺🥺

    BalasHapus
  2. Moga di lihat yah saya adalah salah satu dri adek yg kak bina dulu ,saya teringt masa masa di waktu sd dan saya cari di google ahirnya ketemu dan banyak poto² saya juga🥺

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^