Senin, 02 Februari 2015

The Worst Thing it Can Be The Best Thing, Karena Ada Hikmah di Setiap Perjalanan


Membutuhkan waktu dua kali pertemuan untuk memantapkan rencana kemah ini. Rapat untuk menyiapkan segala perlengkapan yang kita butuhkan, list siapa saja yang akan ikut kemah, hingga kegiatan-kegiatan apa saja yang harus kita lakukan ketika sampai dilokasi kemah. Kemah sehari semalam saja kok rempong-nya seperti ini, pikir saya dalam hati. Kemah kali ini adalah ajang reuni bagi teman-teman FKPS(Forum Komunikasi Pemuda Samawa), yang merupakan organisasi kepemudaan yang ada di Sumbawa, beberapa anggotanya termasuk Ketua Umum sedang pulang berlibur ke Sumbawa, dan itu menjadi moment yang tepat untuk kita berkumpul, sekedar berbagi cerita selama dirantauan.  Saya membayangkan ini akan menjadi reuni yang menyenangkan untuk kita.
Ai Bari menjadi lokasi kemah kita. Ai Bari merupakan sebuah desa nelayan yang terletak di Kecamatan Moyo Utara. Butuh waktu 30 menit dari pusat kota Sumbawa untuk menuju daerah tersebut, tepat di depan Ai Bari, Pulau Moyo membentang indah. Jika pagi hari, di sisi kiri dan kanan Ai Bari akan tergambar indah Gunung Tambora dan Gunung Rinjani, gunung maha dahsyat yang ada di NTB. Ai Bari juga kita pilih sebagai lokasi kemah karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan Tanjung Pasir Pulau Moyo (salah satu spot snorkling di Pulau Moyo), sehingga memudahkan kita jika ingin menyeberang kesana.
Rencana dengan Eksekusi Terburuk
Sabtu 31 Januari 2014. Judulnya sih Fun Camp FKPS, tetapi saya tidak tahu apakah ini akan menjadi fun atau tidak, karena hingga pukul 14.00 Wita saya sudah mendengar beberapa kabar yang kurang membahagiakan, mulai dari sms izin beberapa teman yang awalnya positif ikut menjadi tidak bisa, hingga dari keterlambatan teman-teman yang membuat kita mesti menunggu. Semangat saya mulai menggalau, kawan. Saya sudah menyiapkan segala perlengkapan untuk kemah, makanan dan obat-obatan, bahkan izin dari orang tua yang tidak gampang untuk saya kantongi, konyol kan namanya kalau saya pulang dan mengatakan tidak jadi kemah hanya karena tidak ada yang bisa ikut. Dua setengah jam menunggu, yang pasti berangkat baru 3 orang, saya, Kak Oby dan Umam. What?? Rasanya ingin menangis guling-guling di pojokan -_-
Pukul 16.00 Wita hujan mengguyur Sumbawa. Kita sudah mulai pesimis apakah rencana kemah kita akan tetap dilaksanakan.
“Saya heran kok bisa orang dengan gampangnya men-cancel janji yang sudah matang di iya-kan, saya ndak mau kita gagal kemah hanya karena orang-orang yang tidak bisa menepati janji.” Saya menggerutu sebal.
“Ya sudah, ayo kita jalan walau hanya bertiga, ini pasti akan menyenangkan.” Kak Oby menyemangati kami. Ah ini perjalanan dengan eksekusi yang paling mengecewakan yang pernah saya alami. Hujan yang baru saja turun menyejukkan tanah Sumbawa benar-benar tidak bisa menyejukkan hati saya yang terlebih dahulu panas. Lebih baik mengatakan tidak dari awal, daripada iya dan membuat kecewa, hiks. Tapi ya sudahlah, mungkin ada hikmah dibalik keberangkatan kita yang hanya 3 orang ini.
Disambut Badai
Setelah 30 menit melawan licinnya jalan Sumbawa, kita pun sampai di Ai Bari. Saya langsung mengajak Kak Oby dan Umam ke rumah salah seorang teman Adventurous Sumbawa, Ichal, karena sangat tidak memungkinkan bagi kita mendirikan kemah dalam keadaan seperti ini. Kedatangan kami disambut ramah oleh Ichal dan keluarganya, ini kali kedua saya kemari dan keramahan mereka tidak berkurang sedikitpun. Baru beberapa jenak merebahkan pantat ditempat duduk, hujan kembali turun dengan derasnya. Kita bertiga berpandangan dengan pikiran yang sama “Untung kita sudah sampai lokasi.” At least, selalu ada untung bagi orang Indonesia, walaupun sudah jatuh tertimpa tangga pula kata ‘untung’ itu selalu ada, untung tidak kenapa-kenapa sampai dibawa ke rumah sakit, hehe.
Perjalanan kali ini penuh dengan pengalaman pertama kali bagi saya, ini pertama kali perjalanan saya mengecewakan, dan pertama kali juga bagi saya berada ditengah badai seperti ini. Suara hujan dan ombak seakan saling berkejaran menimbulkan suara yang menakutkan. Angin juga tak kalah saing untuk membuat suasana semakin mencekam.
“Ichal, hujan dan badai seperti ini sudah biasa ya??”
“Iya mbak, bahkan kalau lagi masuk musimnya, ombak bisa masuk sampai kedalam rumah.”
“Kamu ndak takut???”
“Udah biasa saya, hehehe”
Hujan, ombak, angin kencang, ditambah lagi listrik yang sedari tadi belum menyala membuat saya seketika takut. Pulau Moyo yang biasa terlihat jelas, sekarang menjadi samar putih seakan pulau itu tak pernah ada diseberang sana. Kelapa yang menjulang kokoh juga ikut menari-nari dengan gemulainya diterjang angin. Perasaan ini begitu campur aduk, takut dan sedih yang tak bisa saya gambarkan.
“Mungkin ini hikmah dibalik kedatangan kita yang hanya tiga orang, saya tidak yakin teman-teman FKPS bisa kuat jika terkena badai seperti ini, apalagi mereka adalah anak-anak yang belum terbiasa dengan kondisi alam seperti ini.” Kata Kak Oby, berusaha mengambil hikmah dibalik semua peristiwa yang kita alami beberapa jam terakhir ini.
“Iya kak, mau diungsikan kemana anak-anak itu kalau semua jadi ikut, kan ndak mungkin dirumah Ichal.”
“Allah Maha Tahu apa yang baik untuk hamba-Nya dan mana yang tidak, rencana ini memang tidak semulus dari yang kita rencanakan, tetapi itulah yang terbaik untuk kita.”
Saya yang sedari tadi ‘panas’ karena kecewa dengan teman-teman yang membatalkan keikutsertaan mereka membuat saya mulai berpikir jernih dan mengambil hikmah disetiap peristiwa yang kita alami ini. Memang benar pepatah, sebaik-baik rencana yang kita susun masih lebih baik rencana Allah untuk kita. Siapa sih kita ini, hanya sebutir pasir di pantai, tidak ada apa-apanya, tidak pantas bagi kita untuk berteriak mengeluh kepada Allah terhadap rencana-rencananya. 
hujannya besar sekali, sampai2 pulau moyo ga keliatan :'(

Enjoy Your Trip
Jam 08.00 Wita hujan bukannya mereda, malah semakin menjadi-jadi. Ichal mengajak kami untuk memasak ikan untuk makan malam. Seperti biasa saya seperti menjadi ratu, di setiap perjalanan saya jarang disibukkan dengan kegiatan masak-memasak, kaum adamlah yang selalu menjadi pioneer dalam urusan ini. Kak obi dan Umam berinisiatif melakukan itu, dari membersihkan ikan, memberikan bumbu, hingga menggoreng, mereka berdua yang mengerjakan. Bukannya saya tidak mau membantu, tetapi mereka yang menginginkan tugas masak memasak itu, hehehe. 
mari masak :D
Kak Oby lagi buat sambal kecap
lapar mak lapaaar :D
Semakin malam kami semakin galau. Galau karena hujan tidak reda dan galau akan menginap dimana. Kami sudah membawa tenda, tetapi hujan tidak memungkinkan bagi kami untuk membuat tenda apalagi jika itu ditepi pantai, bisa-bisa kami terbawa ombak dan masuk koran dengan headline "Tiga Orang Pemuda ditemukan Tewas Terbawa Ombak."
Alhamdulillah-nya itu berkat kemampuan lobi Kak Oby yang kece, Kak Oby mendapatkan izin untuk bisa menginap di villa yang letaknya tidak jauh dari rumah Ichal. Villa itu merupakan villa salah seorang pejabat daerah Sumbawa, saya pernah kesana sekali dan itu sukses membuat saya mupeng untuk bisa memiliki villa seperti itu, desain bangunannya yang terbuat dari kayu membuat saya jatuh hati dan view Pulau Moyo yang tepat berada didepannya. 
Allah bersama orang-orang yang sabar. Niat kemah, malah dibalas Allah dengan kesempatan menginap di villa kece di Sumbawa. Benar-benar sesuatu yang sangat indah. Inilah salah satu hikmah dibalik semua kejadian yang kita alami. 

Bersambung....

6 komentar:

  1. agak seram juga ya kalau sampai ombak masuk ke dalam rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. banget mbak, saya aja kaget kena badai besar seperti itu. Keren mereka bisa bertahan sampai saat ini, saya mah mungkin langsung pindah, hehehe

      Hapus
  2. Tapi semua terobati dengan suguhan ikan goreng plus sambel colo-colo hehe

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^