Rabu, 18 Maret 2015

Lost In Jungle: Tentang Perjuangan dan Kebersamaan di Hutan Marente

persawahan di Marente
Mendaki gunung
Lewati lembah
Sungai mengalir indah ke samudra
Bersama teman bertualang

Setiap ingin mengetik postingan tentang perjalanan ini, rasanya bulir bening itu langsung menggelayut dan jatuh ke pelupuk mata. Sedih, haru, mengegangkan, menggembirakan. Ah semua perasaan bercampur jadi satu, susah untuk diungkapkan walau itu hanya kata-kata. Izinkan saya menarik nafas sejenak, mengatur emosi yang tiba-tiba membuncah, huuuuft. 
***
Perjalanan Penuh Perjuangan
Beberapa bulan terakhir ini Agal menjadi primadona. Semua orang ingin datang kesana dengan satu kata yang sama "penasaran". Keindahannya menjadi magnet ampuh yang memikat siapapun yang melihat. Jumlah sharing artikelnya pun tak tanggung-tanggung, hingga mencapai 1000 lebih sharing (dalam blog Bang Takwa ayokesumbawa.wordpress.com). Air terjun Agal terletak di Hutan Marente, Kecamatan Alas Barat. Marente adalah salah satu hutan terindah yang dimiliki Sumbawa, vegetasinya yang unik dan cantik membuat setiap yang melihat tak henti-hentinya mengucapkan kagum. Wajar jika Marente ini menjadi akronim MAras REna Nyaman aTE (MARENTE). Dalam bahasa Sumbawa itu artinya keseruan yang membahagiakan. Setiap yang melihat akan diliputi perasaan bahagia. Membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari pusat Kota Sumbawa untuk sampai ke Marente. 
"Sejak Agal mulai dikenal oleh orang-orang, bukan hanya setiap minggu tapi hampir setiap hari selalu saja ada yang datang untuk kesana." Ucap salah seorang warga tempat kami menitipkan motor. Hobi berpetualang ke hutan-hutan membuat jiwa Bang Takwa tergugah dengan Marente, dan dalam proses perjalanan itulah Bang Takwa melihat Air Terjun Agal ini dan langsung mempostingnya di blog. Tidak disangka, postingan di blog itu membuat Agal booming. Namanya seketika melejit, layaknya artis yang sedang naik daun. Ngehit. 
Hari Sabtu, Minggu, 14-15 Maret 2015 eksplore Marente secara terbuka dilakukan oleh Adventurous Sumbawa. AS membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua orang yang ingin mengunjungi Marente terutama Air Terjun Agal. Dua hari full eksplorasi hutan dengan mengunjungi Batu Payung, batu unik yang tersimpan di Hutan Marente, dan Brang Dalap yang telah mensuplai air bersih ribuan masyarakat Alas. Marente menyimpan kekayaan yang luar biasa.
Pada hari kedua, penjelajahan ke Air Terjun Agal kami lakukan. Sekitar 56 orang ikut dalam perjalanan ini. Setelah briefing dan berdoa bersama kita langsung menuju ke Hutan Marente. Dikarenakan jumlah yang akan mengunjungi Agal sangat banyak, kitapun dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, agar memudahkan koordinasi dalam perjalanan nanti. Pemandangan sawah-sawah yang menghijau, dialiri oleh sungai nan cantik benar-benar memikau mata.
untuk menuju Hutan Marente kita mesti menyebrangi sungai ini dulu
belum apa2 tracknya sudah menantang
teman-teman yang menyebrangi sungai
Untuk menuju ke Hutan Marente kita harus menyebrangi sungai ini. Dalamnya lumayan, sepaha orang dewasa dan aliran airnya sungainya tidak terlalu deras, tetapi mesti berjalan beriringan dan saling berpegangan, ditakutkan nanti terpeleset atau kenapa-kenapa.
menyebrangi titian kayu besar
tracknya ga gampang
"Perasaan jalurnya bukan yang ini." Bang Ain memberitahu kami.
"Serius Bang??? Lho bukannya kemarin Bang Ain sudah kesana ya??"
"Iya tapi gak lewat jalur ini."
"Lha terus bagaimana??"
"Kita ikuti saja dulu penunjuk arahnya."
Hati saya sudah mulai resah ketika Bang Ain mengatakan bahwa ini bukan jalur yang sebenarnya, tetapi saya berusaha tetap tenang dan mengikuti semua instruksi dari tetua AS. Hujan yang mendera Sumbawa beberapa hari terakhir ini membuat track yang kami lalui sedikit licin, tongkat kayu menjadi pegangan wajib kita. Jalan menanjak, kemudian turunan yang rada ekstrim membuat hati ini was-was. Semoga kita baik-baik saja. Dalam perjalanan menuju Agal, seorang teman mengatakan kepada kami bahwa di depan tidak ada jalan lagi, track-nya bukan yang biasa dilalui, karena tidak ada jalan setapak sedikit pun. Kabar buruk pertama yang membuat saya semakin was-was. Setelah melalui jalan yang tidak mudah, kita kembali lagi ke posisi yang semula, sambil mencoba mencari jalan untuk sampai ke jalur yang sebenarnya.
"Mbak Lulu capek??" Lina salah seorang teman AS menegur saya.
"Lumayan sih, soalnya tadi pagi belum sempat sarapan juga."
"Kita istirahat dulu dah."
Istirahat sebentar, meminum air botolan yang ada. Mencoba menenangkan hati. Setelah tenaga mulai pulih, perjalanan kami lanjutkan kembali, masih melalui medan yang tidak mudah, bahkan lebih menantang dari sebelumnya. Sungai-sungai kecil kami lewati, batu-batu besar nan licin membuat kita ekstra berhati-hati jalan di atasnya, salah berjalan sedikit saja, kita bisa terpeleset dan kepala terbentur batu *mendadak horor.
"Teman-teman yang didepan itu coba suruh kembali, kita kumpul dulu jangan ada yang terpisah-pisah." Bang Farhan mendadak emosi. Dalam keadaan seperti ini, emosi itu menjadi rawan tak terkendali. Mendadak takut lihat Bang Farhan marah. Teman-teman AS yang laki-laki mencoba mengumpulkan kita semua.
"Apapun yang terjadi nantinya akan lebih baik jika dalam keadaan satu, tidak terserak-serak disana-sini." Wajar sih Bang Farhan emosi, karena jumlah kita tidak sedikit, dan itu membawa nama Adventurous Sumbawa. Lecet sedikit saja, mungkin Emak Bapaknya bisa demo nanti *sadis.
ini sudah nyasar lho, dan masih bisa narsis
Hampir tiga jam, kami masih berputar di tempat yang sama. Ada banyak intruksi yang membingungkan dan itu membuat kita bolak-balik ditempat yang sama berkali-kali. Teman-teman perempuan sudah crowded, Mbak Rini kakinya terkilir karena tertimpa kayu, kaki saya sudah mati rasa saking capeknya, lapar pun kian menjadi-jadi. Semua perasaan ruah menjadi satu, marah iya, jengkel iya, lapar iya, darah tinggi mendadak. Saya mulai jengkel, kalaupun kita sudah sadar kalau dalam keadaan tersesat begini seharusnya kita kembali saja ke tempat awal, jangan berputar-putar keliling hutan. Masalahnya tidak semua yang ikut diperjalanan ini adalah orang yang terbiasa naik gunung, keluar masuk hutan, ada banyak teman-teman yang baru pertama kali tracking seperti ini. Khawatirnya nanti mereka kenapa-kenapa. Saya ikut mendadak emosi.
"Bang kita kembali aja."
"Sabar Lu, kita coba cari cara dulu. Sudah jauh gini, masak nyerah." Teman-teman menguatkan. Huft, baiklah. Teman-teman AS mengeluarkan segala peralatan tempur yang mereka punya, mulai dari GPS, HP canggih, bahkan parang, pisau (eh emang mau bacok siapa, jiah). Duduk melingkar sambil diskusi sebentar untuk mencari jalan keluar dari ketersesatan kami ini.
nyari sinyal GPS, semangat
"Lu, gimana keadaanmu??" Teman-teman khawatir, karena sedari pagi saya belum sarapan.
"Ndak kenapa-napa saya, yang penting air jangan kosong."
"Eh jangan gitu, kalau lapar ayo kita istirahat makan dulu, jangan dipaksakan nanti kamu tepar."
Ah ingin rasanya meneteskan air mata melihat kepedulian mereka. Tersesat di dalam hutan terkadang bisa membuat orang menjadi sweet mendadak *mana tisu mana. Makan nasi bungkus, satu berdua itu ternyata romantis. 
"Yang penting ada pengganjal perut Mbak Lu." Lina menimpali.
"Hehe, iya Mbak. Nanti ini yang akan kita ingat selamanya." 

saling tolong menolong
"Yes ketemu." Teriak Bang Deo.
"Ayo kita jalan, kita coba susur sungai itu. Tapi jangan ada yang terpisah-pisah lagi, semua mesti jalan bersama."
Alhamdulillah, ketemu jalan yang benar itu sangat melegakan. Ayoo semangat. Jalan yang lalui bukan jalan mulus, jalan yang penuh rintangan dan perjuangan. Menyusuri sungai berbatu yang tidak mudah dilewati. Eh tapi ada syukurnya lho tersesat di Hutan Marente seperti ini, karena disepanjang perjalanan kita dimanjakan dengan pemandangan yang menakjubkan, beberapa kali kita menemukan air terjun cantik yang menggoda untuk sekedar berbasar ria dibawahnya. Seandainya tidak dalam posisi tersesat mungkin saya sudah menceburkan diri kedalamnya.
ampun ampunan maak
air terjun yang kita temui di jalan ketika tersesat, cantik kan
istirahat sejenak baru
siap-siap untuk melanjutkan perjalanan
air terjun yang kami temui lagi, cantik kan..
Dalam perjalanan menuju Agal, kami bertemu Bang Takwa. Beliau terlebih dahulu tiba dalam kelompok pertama bersama teman-teman yang lain. Terlihat jelas betapa khawatirnya beliau. Ada perasaan haru yang tiba-tiba menyelinap, seperti anak ayam yang bertemu induknya, rindu. Rasa khawatir itu tak bisa ditutupi. 
"Tiga jam lebih kami menunggu disini, kami khawatir terjadi sesuatu." Ucap Bang Takwa.
Semua rasa luap menjadi satu. Empat jam tersesat di dalam hutan membuat kita semakin kompak, perjuangan dan kebersamaan bersama teman-teman AS begitu terasa.
Air Terjun Agal
Air terjun Agal
Yeyyy, akhirnya sampai juga di air terjun mempesona ini. Ketinggiannya mencapai 200 meter, dan menjadi salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Menatap air terjun ini memang membuat hati bahagia. Perjuangan tersesat itu terbayarkan dengan melihat indahnya air terjun ini. 
Saya kira ujian perjuangan kita cukup sampai di Agal saja, tetapi ternyata tidak. Salah seorang teman AS mendadak pingsan, karena kelelahan di perjalanan, ditambah lagi hujan yang tiba-tiba mengguyur membut badannya menggigil seketika. Kita semua panik, bagaimana ini. Baju kering yang tersisa dijadikan penghangat, minyak angin dioleskan ke seluruh tubuhnya, berharap itu bisa mengurangi rasa dingin. Ya Allah, semoga semuanya baik-baik saja. Hujan tiba-tiba semakin menderas, tenda dipasang secara mendadak, apa adanya, cukup sebagai peneduh agar tidak terlalu kedinginan. Hwaaa, ini benar-benar crowded. Untungnya tidak butuh waktu lama, teman yang tadinya pingsan itu segera pulih. 
Agal, mempersatukan kita semua. Membuat perjuangan itu menjadi kasat mata. Makan nasi satu bungkus berdua, lapar dan lelah bersama, membagi beban tanpa harus terbebani. Mengingat perjuangan kemarin membuat air mata ini serasa meleleh.
Pulang
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 Wita. Waktunya untuk pulang. Kali ini rute yang kita lewati bukan rute yang pertama ketika tersesat tadi. Rutenya mulus, jalan setapak bagus. Tidak ada sungai-sungai kecil, tanjakan juga tidak ekstrim seperti rute awal tadi. Jika tidak tersesat dan mengikuti rute ini kita bisa menuju Agal dalam waktu kurang dari dua jam. 
Hujan kembali turun, membuat jalan semakin licin. Hari ini benar-benar petualangan yang menakjubkan. Ditambah lagi air sungai yang tiba-tiba menderas. Lengkap sudah semuanya. Sepertinya petualangan ini tidak akan benar-benar terhenti sebelum tiba di kamar tercinta, baiklah mari kita nikmati setiap cerita yang tersaji di hadapan. 
Tolong menolong, bahu membahu, tali panjang diulurkan ke seberang sungai, sambil berpegangan di tali itu, dengan sangat hati-hati kita menyebrangi aliran sungai yang menderas itu.
Ini cerita indah yang akan kita kenang selamanya kawan. Bahagia dalam perjalanan ini kita dipertemukan :D
pulang

#AyoKeSumbawa #AyoKeMarente #WonderfullSumbawa #Amazing

8 komentar:

  1. Setelah ini pasti main ke sumbawa ^^ air terjunnya kereeen! :D

    BalasHapus
  2. Wiiiih.. keren banget itu air terjun Agal.. Perjuangannya langsung terbayar lunas begitu ngeliat air terjun yang cakep kayak gitu ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bangeeet mbak e..
      seharusnya ikutin track yang biasaa, jalan cuma 2 jam, tapi tersesat sampe 4 jam-an di hutan.. kebanyang dah tu laparnya seperti apa :D

      Hapus
  3. Kmrn gk pakek pnunjuk jalan y dek maka x nyasar ? Akhr x ksampean jg ke agal y. Aseek ^^,

    BalasHapus
    Balasan
    1. pake di kak, tapi yah karena jumlah yang pergi banyak jadi kita bingung, hehehe
      tapi asyik juga sih nyasar2, bisa dapat view yang amazing :D

      Hapus
  4. waduh harus menyebrangi sungai ya. kalau aku berani gak ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya mbak...
      tapi aman kok, karena kita rame2 dan airnya juga ga gitu deras mba :D

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^