Rabu, 23 November 2016

Baper Manjyah Liburan di Pulau Mungil nan Romantis




Pulau Bedil Uyeeeeee, Look at Ocid, bertopi baju putih, eskpresinya selalu sayu sendu manjah gt kalau foto -_-
Rencana Liburan yang Super Rempong
Cuaca saja yang bisa diramalkan kapan hujan, kapan badai, kapan petir, bisa tidak terjadi sesuai dengan ramalannya, apalagi rencana, yang kita belum tahu pasti bisa tereksekusi apa tidak, yang bisa berubah-ubah sesuai kehendak hati dan keadaan. Ya sama dengan rencana liburan ini, yang sudah jauh-jauh hari direncanakan, menjelang H-1 masih belum jelas akan jadi atau tidak.
”Lagi mager, males kemana-mana weekend ini.” Kata saya di dalam grup watsapp Baper Manjyah. FYI, Baper Manjyah ini adalah grup panitia lokal Kelas Inspirasi Sumbawa, yang dikarenakan kebaperan dan ke-manjah-annya sudah masuk ke dalam kategori akut stadium akhir, grup itu pun berganti nama setelah melalui prosesi bakar-bakar Ayam Nyerengkang (Ayam Taliwang versi kita, yang setiap masak bumbunya selalu absurd tapi ngengenin). Grup itu butuh waktu lama untuk pencarian jati diri, mencari nama yang cocok untuk menggambarkan diri yang sesungguhnya, mulai dari nama yang normal hingga yang abnormal. Ketika dilahirkan namanya adalah “Panlok KI Sumbawa”, kemudian menjadi “Fasil KI Sumbawa”, mulai error sedikit menjadi “Panlok Baper Akut”, hal itu dikarenakan hampir semua panitia lokalnya adalah jomblo dan selalu baper, bapernya sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kemudian  menggila lagi “Fasil Baper Manjah” dan kerena Arif yang ngomong manjahnya sedikit jibang (jijik banget) dengan bibir yang agak nyelekit ke atas sedikit, kita pun mengganti namanya menjadi “Fasil Baper Manjyah”. Nama itu tidak akan berganti lagi hingga semua anggotanya berhenti baper dan tidak jomblo, hhaaaaaaatchim.
“Kakiku juga cedera ini, habis main futsal.” Kata Arif.
“Aku 3 hari ini selalu dapat shift malam, aku lelah, maunya istirahat.” Utari menambahkan
“Aku belum minta izin orang tua, aku kayaknya nggak bisa ikut.” Farah datang lagi membawa alasan ketidakpastiannya dia ikut liburan.
“Oke kalau begitu, kita liburannya di tunda dulu ya. Nggak enak juga liburan dengan personil yang tidak lengkap, lagipula Sumbawa lagi sering-seringnya hujan. Kita buat acara makan-makan aja di rumah.” Karena banyak yang mengatakan tidak bisa ikut liburan, saya akhirnya menarik kesimpulan bahwa liburan kali ini lebih baik dirumah saja, kumpul dan makan-makan seperti biasanya.
“Eh Nggak jadi kemah ini?” Mul yang baru keluar dari persembunyiannya tiba-tiba datang dengan pertanyaan itu.
“Nggak jadi.” Saya menjawab dengan emoticon cengiran kuda andalan saya.
“Aku bakar semua lampion yang aku buat ini kalau begitu.” Mul dari jauh-jauh hari memang mengatakan bahwa dia akan membuat lampion untuk malam ketika kemah nanti. Dia ingin membuat kesan romantis pada liburan kita. Ya pasti akan marah juga, kalau semua persiapan yang sudah dilakukan tidak jadi digunakan. Bakar Mul, bakar. Ini saya punya korek warna pink, hhaaaa.
“Eh jangan gitu dong, aku nggak mau buat kamu kecewa untuk yang kedua kalinya. Yuk kakak-kakak berangkat.” Utari berusaha meredakan amarah Mul.
“Kecewa?? Kecewa kalau berangkatnya setengah hati bukan di cancel.”
“Deuh Mul, coba scroll pesannya dari atas sampai bawah dulu, di baca baik-baik” Farah juga berusaha meredakan amarah Mul.
Daripada melihat Mul berubah jadi Hulk, daripada melihat dia frustasi nangis guling-guling manjah di kamar dan membakar semua lampion yang dibuat, akhirnya liburan pun jadi. Grup Baper Manjyah kembali diributkan dengan rencana liburan. Yang bawa tenda siapa, alat-alat masak bagaimana, perlengkapan kemah bagaimana, apa saja yang harus dibawa, ada banyak pertanyaan yang berujung pada kerempongan. Saya biasanya kalau kemana-mana cukup membawa ransel yang berisi selimut, baju ganti dan tas make up ala-ala berubah rempong. Saya sih yang membuat semuanya jadi rempong. Dapur Ibu saya obrak-abrik mencari peralatan masak untuk kemah nanti, sampai Ibu saya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak perempuan satu-satunya ini. Pagi harinya saya sudah rusuh mengganggu Rina untuk menemani ke pasar belanja bahan-bahan masak nanti. 
Geng Baper Manjyah a.k.a Grup Jeblok

“Mau kemah kemana lagi?” Ibu sudah khatam dengan gaya anak perempuannya ini yang kalau sudah mulai sibuk cari pernak-pernik kemah, itu artinya dia akan pergi.
“Mau ke Pulau Bedil sama teman-teman.” Saya mempersembahkan senyum terbaik saya untuk Ibu. Pada saat seperti itu Ibu biasanya hanya diam pura-pura cuek, tapi pada akhirnya, Ibu juga yang akan membantu saya packing semua kebutuhan kemah saya. Mulai dari piring, gelas, teplon, tenda, hammock, baju, dan tetek bengek lainnya. Ah Ibu memang yang terbaik.
“Pergi sama grup Jeblokmu lagi ini?”
“Iya Bu, siapa lagi coba kalau ndak sama mereka.”
Ibu biasa memanggil grup Baper Manjyah dengan sebutan Grup Jeblok. Jeblok itu artinya bukan bodoh, bego’, tolol atau sejenisnya, tetapi artinya adalah jomblo. Ada sejarahnya di keluarga kenapa jeblok itu artinya menjadi jomblo. Alkisah, ada temannya paman saya yang tidak bisa menyebutkan kata jomblo, setiap dia mau mengatakan jomblo, yang terucap adalah jeblok. Sejak itulah kata jomblo berganti menjadi jeblok.
Pulau Bedil, Pulau Mungil nan Romantis
Ini bukan kali pertama kita ke Pulau Bedil. Ketika hari pelaksanaan Kelas Inspirasi Sumbawa, teman-teman relawan KIS juga kita ajak untuk bermain ke Pulau ini. Pulau yang berada di Kecamatan Utan ini selalu berhasil menarik hati orang untuk datang kesana lagi dan lagi. Pulaunya kecil, pohon kelapa yang menghiasi hampir di semua sudut pulaunya menjadikannya seperti Pulau Hawai versi Sumbawa. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kota Sumbawa, sekitar 1 jam perjalanan. Pulaunya cantik, pohon kelapanya yang banyak membuat pulau ini sejuk dan asyik untuk dijadikan tempat mager sambil memasang hammock.
Bukan orang Indonesia namanya, jika tidak ngaret. Mungkin sudah kesurupan jin bule, atau kepalanya di colek sodoku ketika tidur, kalau semuanya bisa tepat waktu. Janji berkumpul jam 1 di rumah saya, jadi molor menjadi jam 2. Itu pun personil belum lengkap. Demi apa selalu ngaret? Demi bisa ke salon sambil creambath rambut agar bisa lurus tergerai manjah. Abaikan semua keluh kesah ini. Intinya kita berangkat ke Utan pukul 3 kurang 15 menit, setelah bedak luntur dan jilbab sudah kusut layaknya hati ini, dan si Abang sudah mulai berpaling ke lain hati, hhaaaseeeeem.
Hanya 8 orang yang bisa ikut kemah dari total 14 pasukan Baper Manjyah yang ada. Ada Rina, Utari, Farah, Ocid, Mul, Desy, dan Arif. Perjalanan dari Sumbawa awalnya mulus-mulus saja semulus pipi Raisa, tetapi tiba di Utan hujan mulai turun. Saya fikir hujannya hanya rintik-rintik saja dan bisa di terobos, tidak tahunya hujan mulai menderas. Yah walaupun hujan hanya membasahi tidak menghalangi perjalanan, tetapi tetap saja akan mengganggu keseruan liburan jika semalaman hidung meler-meler dan badan panas dingin karena flu. 
mager di hammock itu memang paling menyenangkan
Untuk menuju ke Pulau Bedil kita menggunakan perahu milik TNI AL yang berjaga di perairan kawasan Labupade Utan. Harga sewanya Rp. 250.000 PP Labupade-Pulau Bedil, dengan kapasitas penumpang 8-10 orang/ kapal. Penyebrangan dari Labupade ke Pulau Bedil tidak memakan waktu lama, sekitar 20 menit. Disepanjang perjalanan, mata kita akan dimanjakan dengan keindahan suasana matahari terbenam di ujung Sumbawa. Jika cuaca sedikit lebih cerah, biasanya kita bisa melihat penampakan Gunung Rinjani yang berdiri kokoh dan gagah, seakan menantang setiap mata yang memandang untuk datang kesana.  
Setibanya di Pulau Bedil, kita langsung mendirikan tenda, hammock, dan mempersiapkan makanan untuk makan malam nanti. Kompor portable yang kita bawa ini sangat membantu proses masak memasak. Tidak perlu keliling cari kayu seperti biasanya. Walaupun semua perlengkapan yang kita bawa itu super duper rempong, tapi FYI semuanya sangat membantu. Saya tinggal mager duduk depan kompor, dan alat-alat masak sudah tersedia di samping. Tinggal goreng-goreng, masak-masak, tumis-tumis, yeeeyyy makan enak. Makan malam dengan suasana nan romantis. Lampion yang dibuat Mul mulai dinyalakan. Sekeliling area di lingkari oleh lampion itu. Duuh seandainya, yang melakukan ini semua adalah someone spesial saya, sudah deh, tidak perlu nunggu waktu lama, saya yang akan datang melamar, #eh. 
masak masak manjyaaaah, berasa emak -_-
Malam Semakin Malam, Otak Semakin Menggelinjang
Kalau di dalam grup watsap ada yang kirim pesan “Udah ah, mau istirahat dulu, besok harus kerja.” Disaat itulah Arif dengan kibasan rambut manjahnya akan datang “Hhaaa mau tidur? Masih pagi juga.” Di provokasi dengan kata-kata itu saja, semua langsung menggelinjang. Mulai meributkan chat grup dengan obrolan ngalur ngidul, dari pembicaraan normal hingga yang membuat otak menggelinjang jadi jeglek sejeglek-jegleknya. Malam ini grup watsap sepi. Semua provokator keributan sedang memindahkan Marina CafĂ© Senggigi ke Pulau Bedil. Pulau Bedil yang biasanya sendu, sunyi, damai, akan dibuat ribut terdengar sampai gaduh. Gitar sudah dalam posisi on fire. Musik mulai dimainkan. Lagu dari yang sendu manjah hingga yang membuat jempol dan badan bergoyang. Kamu yang biasa melihat kita yang kalem, cool, tidak banyak omong atau pun kalau gila juga masih dalam batas wajar, tidak akan menemukan penampakan itu sekarang. Semua mulai menggelinjang. Lagu ajep-ajep di youtube diputar. Otak mulai menggila sampai pagi. Yang patah hati bisa berhenti galau, yang lagi marah bisa meredam amarahnya sebentar, yang sedih bisa bahagia. Itu kali ya alasan kenapa anak-anak gaul metropolitan kalau menggalau mainnya itu pergi clubbing, joget ajojing sampai pagi. Rasa galau seakan hilang seketika. Ah tetapi tetap saja, sebaik-baik tempat mencurahkan isi hati itu kepada Allah Swt, sholat dan sabar sebagai penolong terbaik.
geng jeblok, gayanya absurd semua, seabsurd hatinya dan perasaannya, hahahahaha
Sebenarnya bukan tentang ke tempat eksotis mana yang akan kamu datangi untuk menghabiskan waktu liburan, tetapi dengan siapa kamu pergi. Walaupun hanya mager dirumah, makan-makan atau main gitar, tetapi dengan orang-orang yang menyenangkan semuanya akan terasa menyenangkan. Tetapi biarpun ke Raja Ampat, kalau teman perjalanannya tidak asyik, ya percuma saja. Terimakasih Baper Manjyah, ke-jeblok-an kalian ada gunanya juga, setidaknya ketika kita sedang ngumpul tidak ada yang bisik-bisik angkat telpon “maaf sayang saya lagi sama teman-teman.” Setelah menerima telpon langsung diam-diam pamit.  
You made my day guys.
“Ini terakhir kalinya ya kita liburan tahun ini. Males ah ketemu kalian terus.”
“Oke, tahun depan lagi ya.”
Percakapan terakhir sebelum meninggalkan Pulau Bedil, eh nggak tahunya setelah beberapa hari paska liburan sudah ada yang nanya.
“Kemana lagi kita akhir pekan ini?”
Sebegitu susah move on-nyakah kalian dengan Baper Manjyah ini?
wefieee
NB:
Spesial thanks to Ocid. Kita (saya dan rina) selama ini selalu ngamuk sama kamu karena keseringan selfie dengan wajah yang sayu nan manjah itu, tetapi untuk liburan kali ini, foto selfiemu dan provokasimu untuk mengajak kita semua berfoto menyelamatkan liburan kali ini yang hampir saja hampa tanpa dokumentasi foto..hahhhaa
Dan apalah artinya postingan cerita liburan ini tanpa foto-foto manjah…

Sumbawa, 20 November 2016
sampai jumpa di liburan kita selanjutnyaa... :D

4 komentar:

  1. Akkk ngiriiii pengen kemah dengan grup jeblok baper manjah, dan tidur di hammock, paradiseee

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk mbak dew kapan liburan ke sumbawa biar ditemani kemping sama anak2 jeblok ini... ;)

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^