Senin, 01 Desember 2014

Nyongkolan, Pawai ala Sasak

Nyongkolan
Sewaktu kecil ketika aku tinggal di Lombok, aku paling suka menjadi bagian buntut barisan ini. Hanya sekedar membawa dompet kecil lusuh sebagai bekal untuk beli es, kaki mungilku setengah berlari mensejajarkan diri bersama barisan yang lain. Sedangkan, Ibu juga turut menjadi bagian dari barisan ini, bukan karena Ibu ingin turut serta, bukan, itu karena aku juga ikut barisan ini. Ibu akan sangat khawatir, jika dia membiarkanku sendiri dalam barisan yang didominasi orang dewasa itu. 
Gendang-gendangan ditabuh, penari-penari profesional dan amatir pun ikut bergoyang mengikuti irama yang disajikan. Aku hanya ikut goyang-goyang kecil seperti mereka. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang aku lakukan, yang aku tahu bahwa teman-teman seusiaku juga ikut dalam barisan ini.  Mereka semua larut dalam kebahagiaan yang sama. Sang laki-laki dan wanita di arak oleh warga satu kampung, setelah di bawa 'lari' oleh sang laki-laki dan dinikahkan, sang wanita akan diantar kembali dalam prosesi 'nyongkolan' ke rumah keluarga wanita. Ini Pernikahan ala Suku Sasak, kawan.
Merariq
Pertama, si wanita mesti dibawa lari dulu kerumah si laki-laki, prosesi ini disebut 'merariq' atau kawin lari. Bukan kawin sambil lari-lari ya. Kalau zaman dulu, rada ekstrim, kalau laki-laki sudah menyukai seorang gadis, si laki-laki boleh membawa lari si gadis tersebut, si gadis yang dibawa lari tidak boleh menolak, karena ketika di gadis menolak dan kembali lagi ke rumah, maka si gadis akan menjadi perawan tua dan tidak ada yang mau menikah dengannya. Tetapi sekarang semua sudah lebih demokratis, semua atas atas suka sama suka. Ketika dibawa lari, pun, kedua orang tua si wanita sudah tahu kalau anaknya dibawa lari si laki-laki. Setelah di bawa lari, keluarga si laki-laki barulah berembug untuk merencanakan melamar si wanita kerumahnya. Pada pertemuan dua keluarga terseut baru ditentukan, berapa mahar yang akan diberikan, berapa uang pelaksanaan acara dll, kapan acara pernikahannya, dll.
Pengantin bukan Ratu dalam Sehari
Uniknya di Lombok, disini tidak ada Ratu dalam Sehari itu. Pengantin mesti membantu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga selama pernikahan. Semakin rajin si pengantin, maka semakin plus juga nilai si pengantin di mata keluarga dan orang tua. Makanya jangan heran, kalau bertamu ketika di 'pesilaq' pada acara pernikahan di Lombok, yang melayani kita adalah pengantinnya langsung. Mereka yang turun tangan memberikan makan tamu, dan mengajak ngobrol, dll. Lain padang, lain belalang, lain daerah, lain pula adat istiadatnya. Ini sesuai dengan apa yang disunnahkan Rasulullah, sebaik-baik tuan rumah adalah yang menjamu tamunya sendiri.
Nyongkolan, Pawai ala Sasak
Pengantin perempuan
pengantin laki-laki
nyongkolan, pawai ala sasak
Sudah tua tapi masih aktif :D

Pada hari H pernikahan, pengantin di arak (pawai) dari rumah pengantin laki-laki ke rumah pengatin perempuan. Biasanya waktu nyongkolan itu pada sore hari, dan ini akan membuat jalanan macet seketika, warga asli yang terbiasa menyaksikan acara ini mungkin banyak yang menggerutu karena ketika nyongkolan jalan akan menjadi macet, tetapi bagi kami (wisatawan) luar Lombok yang menyaksikan ini akan bergembira ria karena bisa menjadi bahan cerita seru kami selama di Lombok. Nyongkolan ini menjadi puncak prosesi pernikahan. Selama berlansungnya nyongkolan lagu-lagu Sasak dan dangdut yang mendominasi, semua bergembira ria bersama, berjoget sesuai irama lagu.
Di beberapa tempat di Lombok nyongkolannya masih sangat kental dengan adatnya, dengan gendang beleq dan irama sasak yang mengiringi, tanpa joget-jogetan yang terkesan rusuh, tetapi sekarang seiring berjalannya waktu budayanya pun mulai terkikis zaman, lagu-lagu yang dibawakan sudah modern dan raga gaul.
semua bergembira bersama
eh ada bule juga, bulenya pake kain lagi, hihihi
its gonna be macet

6 komentar:

  1. Postingannya mantab, ditambah photograper yang baik, eh ada bule nampang juga yah, makasih infonya ya...

    Salam dari Pulau DOllar

    BalasHapus
  2. Baru tau kalo di pesilaq, pengantin ikut melayani tamu..

    Pernah ke acara nikahan temen di lombok tapi pengantinnya dipajang aja... Hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. kang ican, kalo yang di desa desa tu pengantinnya yang ikut bantu2 juga.. kalo kota mah sudah modern :D

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^