Kamis, 16 April 2015

Sarkofagus: Napak Tilas Sumbawa Dahulu Kala


jalan yang berbatu, membuat kita ekstra hari2

Berkali-kali saya harus turun dari motor yang saya tumpangi untuk melewati jalanan yang penuh perjuangan ini. Jalan antimainstream yang tidak biasa membuat motor harus didorong.  Tanjakan dengan batuan lepas yang sangat menakutkan selalu menghadang di perjalanan kami menuju tempat bersejarah itu.
“Orang yang berhasil ke Sarkofagus dengan selamat sepertinya harus diberikan penghargaan khusus.” Celoteh Bang Fathul, saking ekstrimnya jalan menuju lokasi itu.
“Kalau kita berhasil ke Sarkofagus berarti Tepal di depan mata dong ya.” Saya menambahkan.
Saya mengira jalan menuju Ai Beling adalah yang paling ekstrim yang ada di Sumbawa, ternyata kenyataan itu terbantahkan ketika saya kesini. Peluh membanjiri wajah, bahkan penampilan pun sudah tidak jelas seperti apa bentuknya. Jilbab mencong sana mencong sini. Subhan harus berjuang keras mendorong motor dengan dibantu Candra dibelakangnya. Badan Subhan yang lumayan ‘subur’ membuatnya berjuang dengan semangat dan tenaga ekstra. Si Bapak penjaga sarkofagus yang kita temui di jalan tadi juga ikut membantu, membersihkan batu-batu besar yang menghalangi perjalanan kami.
Sarkofagus atau kuburan batu ini terletak di Situs Ai Renung, di Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Sekitar 30 km dari pusat Kota Sumbawa.
Subhan dibantu candra dengan sekuat tenaga mendorong motor dijalanan yang menanjak
ayo bang Fathul semangaaaaat!!! :D
“Lu, abadikan kita sedang dorong motor seperti ini. Bagus ini untuk dimasukkan di Koran.” Insting jurnalisnya Bang Fathul langsung keluar melihat kondisi ini. Seharusnya tempat bersejarah seperti ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Masalah akses selalu menjadi lagu lama yang tak henti-hentinya diperdengarkan. Masalah klasik daerah timur: akses yang jelek.
Bang Fathul dan Bapak pemilik kebun yang sedang asyik berbincang
kebun warga yang berada di jalan menuju sarkofagus
selain motor, warga biasanya menggunakan kuda sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen dan barang bawaan yang lain
“Kalian mau kemana??” Seorang Bapak pemilik kebun di jalan menuju Sarkofagus menegur kami.
“Mau ke situs sarkofagus pak.”
Aidaa semangat mo, jalannya jelek sekali.” Kata Bapak itu lagi. Iya Pak, hanya semangat dan doa yang kita miliki sekarang. Sambil mengumpulkan tenaga yang mulai menipis kami istirahat sebentar di kebun si Bapak. Si Bapak banyak bercerita tentang situs tersebut, dan tentu saja tentang aksesnya yang dari dulu hingga sekarang belum ada campur tangan pemerintah. Masih begitu-begitu saja. Masyarakat setempat biasanya menggunakan kuda untuk mengangkut barang bawaannya. Kalaupun menggunakan motor, motornya telah dimodifikasi sehingga tahan banting dengan jalan seperti ini.
“Tahun 2015 yang sudah modern seperti sekarang jalannya luar biasa jelek begini, bagaimana zaman prasejarah kemarin ya. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa kondisinya.” Bang Fathul menimpali ucapan si Bapak.
Benda Cagar Budaya Ai Renung
Satu jam berjuang melawan jalanan antimainstream akhirnya kita pun tiba di tempat besejarah itu: Situs Ai renung. Tempat kuburan batu itu bersemayan, sisa peninggalan zaman prasejarah yang masih awet hingga sekarang. Sarkofagus, kuburan batu yang menjadi bukti bahwa Sumbawa telah mengenal peradaban sejak dahulu kala. Masuk dalam kompleks kuburan batu, suasana hijau pegunungan langsung menyapa kita. Sekitar kompleks tersebut sawah-sawah membentang hijau yang indah. Kompleks kuburan batu ini sudah ada yang mengurus, ada dua orang penjaga yang merupakan masyarakat setempat yang digaji khusus oleh pemerintah untuk menjaga dan merawat kompleks tersebut. Sekitar kuburun batu telah dipagari dengan pagar besi untuk menghindari gangguan dari hewan-hewan di hutan itu. Sekilas, kompleks kuburan batu ini telah  tertata rapi.
Kuburan batu itu terlihat seperti batu biasa, tetapi jika diperhatikan dengan lebih teliti, di batuan tersebut pahatan-pahatan gambar yang terukir jelas. Ada gambar buaya, perempuan, dan wajah-wajah manusia. Gambar-gambar yang terukir di kuburan batu tersebut memberikan makna tersendiri, misalnya gambar perempuan yang melambangkan kesuburan.
kuburan batu di kompleks pertama
kuburan batu di komplek makam kedua
relief gambar perempuan yang terukir di kuburan batu
kuburan batu
relief gambar manusia di kuburan batu
relif gambar berbentuk buaya
relief bentuk kepala manusia
salah satu kuburan batu

“Terus ini di ukirnya pakai apa?? Pasti pakai besi, kalau iya, berarti orang Sumbawa zaman dulu sudah maju sekali.” Subhan mulai membuka suara setelah mengatur nafasnya yang memburu akibat kelelahan mendorong motor tadi..
“Dengan adanya peninggalan kuburan batu ini menjadi bukti bahwa Sumbawa memang telah maju dari segi perabadan.” Imbuh Pak Sahabudin, penjaga Situs Ai Renung ini.
“Gunung itu juga merupakan gunung megalitikum.” Pak Sahabudin menunjukkan kami gunung yang berdiri kokoh di barat kompleks kuburan batu ini. “Itu gunung bersejarah Sumbawa, disana  juga ada kuburan batunya. Dari bawah desa Batu Tering, gunung ini sudah terlihat, kapan-kapan kita bisa kesana.”
Kuburan batu atau sarkofagus itu ditemukan pada tahun 1971 oleh Dinullah Rayes. Keberadaan kuburan batu ini menjadi bukti bahwa peradaban di Sumbawa telah berkembang sejak zaman Neolitikum. Pada zaman itu manusia telah mengenal sistem bercocok tanam. Masyarakat pada masa ini memiliki ciri yang khas yaitu kepercayaan terhadap roh yang telah mati, mereka percaya bahwa roh seseorang tidak akan hilang pada saat orang itu meninggal. Oleh karena itu, dibuatlah bangunan batu besar yang dikenal sebagai kuburan batu atau sarkofagus, sebagai bentuk penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal itu. Kemajuan masyarakat zaman ini tidak hanya bisa dilihat dari corak kehidupan mereka, tetapi juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka. Kemampuan mereka dalam membuat alat-alat hidup mereka juga semakin meningkat. Dari Sumber di http://samawaness.blogspot.com/2012/11/sarkofagus-batu-peti.html Sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Ai Renung pada tahun 1980 menyebutkan, bahwa tim peneliti pada waktu itu juga menemukan peralatan-peralatan dari batu yang berfungsi untuk mengapak, membelah, menyerut, mengiris, menusuk dan lain sebagainya. Dan beberapa batu berbentuk khas tradisi paleolitik yang berkembang di Indonesia dan Asia Timurkhususnya juga di temukan di Batu Tering seperti tipe-tipe kapak berimbas (chopper ) kapak penetak (chopping-tool) pahat genggam (hands axe).
Dengan adanya peninggalan kuburan batu di Ai Renung ini menjadi bukti yang kuat bahwa Sumbawa telah maju dari segi peradaban sejak zaman dahulu kala. Tidak hanya di Ai Renung, situs kuburan batu ini tersebar di banyak penjuru di Sumbawa, seperti situs tarakin di Kuang Amo. Peninggalan sejarah ini menarik untuk dikaji dan dipelajari lebih dalam lagi.
 
Harus mengabadikan setiap momen :D

9 komentar:

  1. Dapat penghargaan??sudah kebayang gimana jalannya hehe...namanya unik ya.ai renung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, ayo kasi kita penghargaan, yah semacam segelas es jeruk ditengah panaslah, hehehe
      :D

      Hapus
  2. Dapat penghargaan??sudah kebayang gimana jalannya hehe...namanya unik ya.ai renung...

    BalasHapus
  3. lihat relief buaya serem :) dorong motor lumayan juga ya untungnya sejuk ya udara disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak.... udaranya sejuk sekali, hawa khas pedesaan gitu mbak :D

      Hapus
  4. Di Jawa yang jadi pusat pemerintahan saja masih banyak yang belum merata pembangunan dan peningkatan kesejahterannya. Apalagi di luar Jawa, :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah lho???
      terusssss..... susah nih kalau bicara tentang fasilitas :(

      Hapus
  5. gan butuh penjelasan dari masing gambary,,

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^