Kamis, 18 Juli 2013

Serabi Santan

Hingga kelas 3 SD, saya masih tinggal dengan orang tua di Lombok. Bapak masih punya jatah kerja disini. Namanya juga PNS, harus siap sedia ditempatkan dimana saja. Diantara semua adik saya mungkin hanya sayalah yang paling sering berpindah-pindah tempat tinggal. Mulai dari masih dalam kandungan, Ibu sama Bapak tinggal di atas gunung di Lombok dimana tidak ada listrik dan akses kesana pun susah, jalan kaki daki gunung. Bapak mesti rela untuk tugas disana. Hanya beberapa bulan, Ibu Bapak kemudian dipindah tugaskan ke Kayangan Labuhan Lombok. Bapak tinggal di rumah dinas sekolah. Hanya dua tahun kemudian pindah ke kampung turingan Labuhan Lombok. Hanya dua tahun juga kemudian pindah lagi ke Kampung Barang Tapen, masih tetanggaan juga. Setelah itu barulah kita menetap lama di Sumbawa. Ternyata kebiasaan berpindah-pindah itu jatuh ke anak perempuan satu-satunya ini. Saya ketika besar jadi suka keliling-keliling, travelling, jalan-jalan, atau apalah namanya yang penting tidak diam di rumah. Bosan.
Dulu waktu zaman saya masih kecil ketika tinggal di Lombok, saya paling suka sarapan pakai serabi ini. Namanya serabi santan. Dinamakan seperti itu karena memang dibuatnya pake santan kelapa dan tepung beras. Rasanya gurih sekali. Paling enak dimakan ketika baru matang, pas diangkat dari tungkunya terus santannya itu disendok pakai daun pisang. Hmm dijamin maknyusss deh,hehee. Tetapi sekarang agak susah untuk mencari serabi ini. Panganan langka lombok kalau bisa saya bilang. Karena serabi jenis ini hanya ada di Lombok Timur saja. Kemarin ketika pulang ke sumbawa sempat mampir di Kayangan Lombok Timur tempat biasa membeli serabi ini tetapi tidak buka. Patah hati juga saya. Ibu bilang akan buatkan yang sama di Sumbawa, yah soal rasa pasti beda dengan yang asli -_-
Sekembalinya dari Sumbawa barulah saya dapat serabi ini. Rasanya masih sama seperti yang dulu. Gurih dan khas bau bakarnya yang dari tungku tanah itu benar-benar beda.
Inaq Icah, tempat biasa beli serabi, jualannya sudah lama, berpuluh tahun.. wahhh
Nah bisa dilihat kan cara masaknya serabi ini. Pakai tungku tanah dan kayu bakar. Makanya rasanya enak dan beda dengan yang dijual di mall-mall.Walaupun namanya serabi tetap beda rasanya. Saya lebih suka dengan yang tradisional seperti ini.
Seperti ini serabinya ^_^
Yang putih di atasnya adalah santan yang sudah tercampur dengan tepung beras, rasanya gurih sekali. Makannya paling enak jika disendok langsung pakai daun pisang. Rasa panas dari serabi yang baru di angkat dari tungkunya bercampur dengan daun pisang menghasilkan aroma khas tersendiri yang luar biasaaa...
Ayoo coba dah..
Saya yakin di daerah lain juga ada makanan ini. Kalau di daerah kalian ini namanya apa???

8 komentar:

  1. enak lagi ada kuah gula merahnya tuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya gak suka pik yang ada kuahnya...
      enak yang santan aja,heheehe
      serabi ini jenis langka lho...

      Hapus
  2. Kalo yang polos begini biasanya saya akan kombinasikan dengan kuah santan bercampur gula merah.. kita nyebutnya Serabi Kerem (rendam)... Kapan-kapan mungkin saya akan berburu serabi santan polos :) *nah lho ngasi nama seenak hati hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. mana enaaaaaaak...
      serabi kayak gitu ada lagi jenisnya yang lain,, gak pake kelapa, cukup gula merah dan kelapa parut -_-

      Hapus
    2. enaaak itu Lu.. nggak pernah nyoba se

      Hapus
    3. udah, tapi saya gak terlalu suka,, soalnya bikin sakit gigi dengan gula merahnya itu....

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^