Kamis, 01 Agustus 2013

Percakapan Itu

Tentang percakapan pada waktu itu.
"Waduuuh, bagi saya pacaran itu adalah pekerjaan yang buang-buang waktu. Pacaran itu hanya sebatas pada sms telepon bilang "kamu sedang apa?? Sudah makan belum?? Jangan telat makan ya ntar sakit." Hanya itu saja. Paling-paling akhir pekan jalan-jalan ke pantai atau kemana aja, yang penting berdua. Kalau giliran putus aja, jawabannya seperti ini "kamu itu terlalu baik untuk saya. Saya terlalu banyak kekurangan" atau seperti ini "Kita udah tidak cocok lagi. Terlalu banyak perbedaan yang kita miliki, saya rasa kita udahan dulu ya untuk sementara waktu" #siapintisu. Dulu zaman alay SMA, kita pacaran biar tambah motivasi. Hah, motivasi apaan, ujung-ujungnya seriang bolos les. Terus usia udah mulai dewasa, pacaran buat cari pendamping hidup, tapi apa ujung-ujungnya putus juga. Gak ada yang berani ke rumah buat lamar. Jadi, bagi saya itu pacaran itu wasting time pake banget saudara. Sekarang, udah gak mau lagi pacaran, saya memberikan jempol dah bagi laki-laki yang mau datang kerumah dan menghadap orang tua saya."
Pernyataan di atas tu kata teman saya pas rumpi rempong buka bareng. Itu dari perspektif si perempuan. Sempet juga ngobrol saya teman laki-laki saya yang luar biasa bejigarnya waktu SMA. Dia bilang gini:
"Saya memang nakal, Lu. Pacar saya banyak. Tidak munafik bagi saya laki-laki suka juga lihat perempuan cantik dan terbuka. Tapi cuma suka saja ya, untuk dijadikan isteri saya lebih memilih perempuan yang berjilbab dan tertutup rapi. Saya mau perempuan seperti itu yang jadi Ibu anak-anak saya nanti."
Tidak menyangka teman saya itu akan berstatemen seperti itu.
Ada juga cerita tentang adik sepupu saya yang sedang masa alay-alaynya. Iseng-iseng saya bertanya, darimana awalnya dia bisa pacaran dan kemudian putus dengan pacarnya hanya dalam waktu secepat kilat.
"Sebenarnya gini mba lulu, kita itu kenalnya lewat FB, terus tukeran nomor HP. Biasanya ntar yang cowok yang hubungi kita dulu. Buat tau kita udah punya cowok atau belum, cowok itu biasanya nanya begini "Lagi sibuk gak nih?? Kalau saya telpon gini kira-kira ada yang marah gak ya??" Kalau sy bilang ada yang marah, tu cowok biasanya akan mundur perlahan, tapi kalau bilang gak, pasti dia akan melancarkan gombalan-gombalannya lagi. Pas ketemuan, kalau cowoknya OK itu akan bertahan lama tapi kalau nggak, yang paling banter satu minggu."
Memang benar, ingin dicintai dan mencintai adalah suatu fitrah yang ada dalam setiap diri manusia. Jika rasa cinta itu tidak ada, maka bisa dipertanyakan kenormalannya. Mencintai laki-laki juga bukanlah sesuatu yang haram kok, tetapi akan jadi haram ketika dia menjadi segala-galanya, hingga rela menyerahkan segalannya dan melupakan Allah, sang pemberi cinta sejati. Kalau katanya bang Tere Liye, laki-laki yang gentle itu adalah yang mengungkapkan I Love You dengan datang beramai-ramai kerumahmu beserta keluarga besarnya. So sweet kan. Itu pernyataan cinta yang paling romantis yang pernah ada. Laki-laki itu memang paling gampang mengeluarkan jurus-jurus maut untuk menaklukkan perempuan, dan perempuan itu paling lemah dengan hatinya. Sekali keluar rayuan saja, hati berubah jadi taman bunga, segala-galanya langsung diserahkan. Padahal, laki-laki pun sebagaimana "hancur"nya mereka tetap akan mencari perempuan yang baik-baik untuk jadi isterinya. Sedangkan perempuan tidak akan bisa memilih jika sudah kena "jerat" laki-laki itu. Makanya, kita perempuan mesti pandai menjaga diri kita. Jangan mudah percaya gombalan-gombalan laki-laki. Percayanya pas sudah nikah aja. Kalau sudah syah nikah, mau jungkir balik ngegombal juga gak ada yang larang. Saya gak pernah pacaran dari zaman katanya alay itu bukan karena saya sadar bahwa ternyata pacaran gak ada dalam islam tetapi karena doktrin dari Bapak yang bilang gini "Kamu hanya boleh percaya dua laki-laki, bapak dan suami kamu, selain itu jangan." 
Sekarang saya baru sadar, kalau ternyata peran orang tua terhadap pemikiran anaknya itu sangat luar biasa besarnya.
Tulisan ini dari percakapan dengan teman2, dan saya yakin kok kalau sebenarnya boleh pacaran tapiiii harus setelah nikah ya...

Nyomot Google

4 komentar:

  1. terimakasih mbak sudah sharing, menginspirasi untuk saya yang masih labil ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe...
      sama2, alhamdulillah bisa bermanfaat...
      terimakasih kunjungannya :D

      Hapus
  2. uwaa.. baru sadar dikau buat postingan begini Lu.. *plok plok!

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha selama ini postingan saya kenapa kak???
      tumben ya ini bener -_-

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^