Just Wait |
Menunggu itu
terasa begitu melelahkan, bukan?? Tidak juga. Tetapi bisa iya, bisa juga tidak.
Sebenarnya bukan karena menunggunya, ketidakpastian waktulah yang membuat
semuanya terasa berat, lebih dari biasanya. Ah aku hanya takut ini akan
berakhir tragis seperti dandelion, terbang mengudara tanpa tahu arah, tanpa
tahu muara, hanya mengikuti kemana arah angin, kemudian tertancap di tanah, dan
membuat koloni baru.
Apa kabar
hidupmu?? Adakah yang ingin kau katakan padaku?? Kamu tahu kenapa hubungan bisa
menjadi sangat awet, karena ada dua pasang telinga yang saling mendengarkan,
ada mata yang saling memperhatikan, ada mulut yang senantiasa saling
mengingatkan, ada tangan yang melindungi, ada kaki yang mengarahkan kemana
harus melangkah, membimbing tanpa harus terbimbing. Tetapi sekarang aku
bertanya-tanya, apakah organ itu berfungsi seperti sebelumnya??? Sepasang mata,
telinga, mulut, tangan, kaki, akan menua hingga waktunya, tetapi itu akan
menjadi saksi bahwa pernah ada waktu untuk bertahan pada setia.
Apa yang kau
lakukan sekarang?? Masihkah kau mencandaiku dengan waktu?? Atau waktu yang
mencandaiku?? Entahlah. Ini seperti mencari frekuensi FM di gelombang AM. Tidak
akan pernah bertemu. Tapi aku tetap menunggu.
Terkadang aku
kesal dengan kau yang tetap tak bergeming dari sini. Memenuhi rongga otakku.
Semuanya sesak pada waktu tertentu, berjalan normal pada waktu tertentu
lainnya. Tetapi tetap saja, sesak itu kadang menyesakkan bahkan untuk bisa
berbagi sesak kepada yang lain. Aku tahu, ada atau tanpa kamu hidup ini akan
tetap berjalan. Toh, di dunia ini ada berjuta orang mengalami hal yang sama,
dan tidak akan membuat bumi berhenti berputar pada rotasinya. Tidak akan.
Jangan kau
ajarkan aku bagaimana cara melupakanmu. Dengan jauh seperti itu, itu cara
tersirat yang kau lakukan agar aku pandai melupakanmu. Tetapi ini masalah klise
bernama hati. Biarkan waktu menjawab, apakah ini akan bertahan lama atau
semakin menguat. Aku mungkin harus menunggumu, untuk tahu apakah ada ruang
untuk kutinggali, atau hanya sesaat perhentian. Aku mungkin harus menunggu
sedikit, hingga jeda yang sedikit bisu itu menyadarkan aku untuk melangkah
jauh, lalu hilang.
Jika nanti
menunggu itu bukan untuk kita, jika nanti kita bertemu, jika nanti itu sampai
pada saat kau melihat keriput diwajahku, tanganku tak begitu kuat menggenggam, kakiku, bahkan untuk menopang badan ini kadang tak sanggup. Dekatlah,
datanglah, walau sekedar bersenyum sapa, bukankah kita bangsa timur penuh
dengan sopan santun?? Dekatilah, dan sapa aku.
Yang paling menyakitkan dari cinta itu bukan karena tidak bisa memiliki, tetapi karena menjadi bagian yang dilupakan, padahal dalam beberapa puzzle hidup itu, kau pernah menjadi kepingannya, dalam, jauh. Datanglah, hanya sekedar bertegur sapa.
Yang paling menyakitkan dari cinta itu bukan karena tidak bisa memiliki, tetapi karena menjadi bagian yang dilupakan, padahal dalam beberapa puzzle hidup itu, kau pernah menjadi kepingannya, dalam, jauh. Datanglah, hanya sekedar bertegur sapa.
menunggu sesuatu yang menyebalkan bagiku hehehe
BalasHapustapi menunggu membuat kita sadar akn pentingnya waktu dan pertemuan :D
HapusSweet banged :)
BalasHapushehehe, makasih....
Hapussesuatu yang keluar dari dasar hati terkadang terasa manis kak :D