Rabu, 28 September 2011

Santoana_kisah lebai dari dunia perbinatangan

Ternyata di dunia perbinatangan juga ada juga cerita yang mirip dengan sinetron.  Binatang aja hidupnya mulai lebai. Yuk…
Pada zaman antah berantah.  Dimana belum ada listrik, mana ujan, becek, gak ada ojek, disebuah pulau yang bernama “jawa”, hiduplah seekor burung cantik nan jelita bernama merak. Merak ini sudah layaknya artis. Kecantikannya benar-benar membuat para burung laki-laki terpikat. Bulunya mengilap, berwarna indah. Lehernya panjang jenjang udah kayak leher jerapah, kemudian kibasan ekornya bagaikan kipas, sehingga kalau teman-teman burungnya ada yang kepanasan gak perlu menyalakan AC, karena ada ekor Si Merak yang bisa dijadikan kipas.
Merak ini adalah merak wanita. Jadi lazimnya seorang wanita, banyak waktunya digunakan untuk gosip. Seperti saat ini si merak lagi gosip.
“eh jeng, tau gak kalau ternyata ada burung gagah yang bernama santoana yang tinggal di pulau sumbawa. Hanya burung ini yang pantas menjadi jodohmu, dia begitu rupawan, dan kamu juga cantik.”
“masa si jeng. Aku jadi malu,hihihi.”
Hampir setiap hari Merak mendengar kata-kata ini dari teman-temanya. Akhirnya, pada suatu hari, Merak memutuskan untuk mencari Santoana. Sebenarnya ada acara take me out bird di stasiun TV perbinatangan saat itu. Tapi dia takut jodoh yang didapatkannya itu jelek, dan akbat rasa penasarannya yang mengharu biru membuat dia nekat mencari Santoana.
Di suatu pagi yang dingin, Merak pun pergi meninggalkan Pulau Jawa, yang ada di pikirannya hanyalah Santoana yang tampan. Perjalanan Merak memakan waktu berhari-hari. Beberapa laut dan pulau sudah diseberangi.
Ketika ia bertanya pada burung di setiap pulau, jawabannya selalu sama, “Terbanglah terus! Pulau itu berada agak jauh ke timur.”
Jawaban dari para burung itu tidak membuat Merak putus asa. Ia terus terbang, terbang… sampai akhirnya ia tiba di sebuah pulau yang sangat panjang. Bertanyalah Merak dengan napas terengah-engah.
“Pulau apakah ini?”
“Ini adalah Pulau Panjang,” jawab Camar santun.
“Masih jauhkah tanah Sumbawa?” tanya Merak lagi.
“O, pulau yang terbentang di depan kita itu adalah Pulau Sumbawa.
Mendengar jawaban Camar, Merak pun sangat gembira. Setelah mengucapkan terima kasih, tanpa merasa lelah dia pun terbang lagi.
Pulau Sumbawa akhirnya berhasil ia pijak. Kini ia tinggal mencari Santoana.
Merak melangkah gemulai di sekitar pantai. Ekornya terkibas, leher jenjangnya melongok ke kiri dan ke kanan.
Setelah agak lama mengitari pantai bertemulah dia dengan burung hitam besar yang sedang mencari makan di tepi pantai. Orang Sumbawa menyebutnya Bongarasang.
Merak mendekat dan menceritakan maksud kedatangannya ke Pulau Sumbawa.
Ia juga bertanya tentang Santoana. Bongarasang sangat terpesona melihat Merak yang cantik. Timbullah akal liciknya. Siap action!!!! Bongarasang pura-pura diam dan tertunduk malu.
“Kenapa diam?” tanya Merak tak sabar.
“Aku diam dan malu karena akulah yang kau cari,” kata Bongarasang berbohong.
Merak lemas mendengar perkataan Bongarasang.
“Indah kabar daripada rupa,” keluhnya kecewa, sebab Bongarasang tidak setampan yang ia bayangkan.
Akan tetapi, karena sudah niatnya untuk menikah dengan Santoana, akhirnya Merak menikah dengan Bongarasang yang dianggapnya Santoana.
Waktu pun berlalu. Akhirnya pasangan itu mempunyai anak. Merak dan Bongarasang berencana mengadakan pesta besar. Bongarasang juga ingin memperkenalkan istrinya yang cantik kepada semua undangan.
Hari pesta pun tiba. Semua undangan berdatangan. Burung tua ketua adat juga datang. Merak dan anaknya sudah berdandan di tengah ruangan. Semua tamu memuji kecantikan ibu muda yang berasal dari Pulau Jawa itu. Bongarasang tersenyum bangga.
Ketika acara gunting bulu untuk keselamatan bayi burung akan dimulai, berkatalah ketua adat, “Tunggu sebentar, Santoana belum datang.”
Mendengar kata ketua adat itu, seketika wajah Merak berubah merah. Ia sangat marah kepada suaminya yang telah berbohong. Bongarasang tertunduk takut Merak menunggu dengan dada berdebar. Seperti apakah gerangan Santoana?
Dari kejauhan, Santoana datang dengan gagahnya. Bulunya indah mengkilat tertimpa sinar mentari. Suaranya terdengar nyaring. Pinggulnya melenggok dengan ekor berwarna hijau tua. Berjuntai tertiup angin. Bulu-bulu halus dengan perpaduan warna yang sangat indah, membungkus badan dan lehernya.
Tiba-tiba Merak terbang meninggalkan keramaian pesta. Hatinya sakit tak terkira menyangka kalau selama ini dia sudah dibohongi. Sambil menitikkan air mata, ia melantunkan lagu sedih daerah Sumbawa.
Kulempat let biru do,
Ku buya sanak parana
Kudapat taruna kokoh
(Kulewati beberapa pulau dan samudra, untuk mendapat jodoh yang sepadan, namun bertemu dengan lelaki pembohong)
Akhirnya Merak meninggalkan Pulau Sumbawa dengan perasaan malu dan kecewa. Anaknya ikut malu dan bersembunyi di dalam tanah. Sampai sekarang anak burung itu tetap bersarang di dalam tanah. Namanya Bartong. Santoana kemudian dikenal dengan nama Ayam hutan.
Menurut cerita, itulah sebabnya burung Merak tidak ada di Pulau Sumbawa sampai sekarang.
Kisah percintaan yang tragis.  Tidak kalah hebat dengan sinetron.
(Cerita rakyat Sumbawa – Nusa Tenggara Barat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^