Senin, 26 September 2011

komentator style saya...

Dirumah, orang yang paling sering mengometari penampilan saya adalah Ibu. Beliau wanita. Saya tahu, karena di kamarnya banyak alat2 kosmetik. Catatan pertama dalam pelajaran menjadi wanita adalah, kalo didalam kamar cewek gak ada kosmetik, maka dia bukan wanita. Itu kata teman saya. Waktu SD saya suka maen make up2-an, pakai baju cinderella (padahal tu daster Ibu saya, qiqiqiq), berpenampilan layaknya putri yang turun comberan, item. Saya suka melakukan hal itu. Behubung saya perempuan satu2nya dirumah,jadi saya hanya bermain sendiri saja, dengan ditemani beberapa boneka saya yang berperan mnejadi dayang2 saya. Kalian tahu, kebiasaan saya menggunakan make up Ibu untuk maen2 berimplikasi pada naiknya uang bulanan Ibu untuk membeli kosmetik. Karena Ibu adalah wanita, yang setiap hal yang dilakukannya harus ada pertimbangan untung ruginya, dan Ibu juga tidak mau naluri saya sebagai wanita hilang (note: saya tomboy), akhirnya saya diberikan bedak bayi ukuran big. Sampai tujuh turunan pun nda akan habis niy bedak. Ibu juga menyimpan baik2 kosmetiknya. Dia takut ada tikus berkepala besar mendapatkan  kosmetiknya itu. Yang pasti awal mula saya mengenal dunia wanita adalah dari Ibu saya.
Sejak SMA saya  sudah terserang koreademik dan jepangdemik. Wabah ini telah menjangkiti seluruh sendi2 kehidupan saya. Mulai dari cara berpenampilan saya, hingga tipe cowok yang saya sukai (cool2 gimana gitu). Karena wabah jepangdemik juga yang membuat saya mengambil jurusan Bahasa waktu SMA, yang kebetulan mengajarkan bahasa jepang. Dan juga memang karena otak saya tidak mempu menyerap pelajaran yang berbau angka2. Hidup sudah susah, jangan dibuat susah dengan menghituang angka2 yang gak jelas buat apa. Yang paling gila pas pelajaran ekonomi, kita disuruh ngitung uang hantu, gak ada rupa. Kadang juga kita disuruh ngitung utang orang. Malas saya. Yasudahlah ambil bahasa saja, yang tidak ada hitungannya. Kepala tidak pusing, hidup jadi santai.
Dan tahukah anda? Ibu saya pernah melakukan suatu hal yang membuat saya menagis tujuh hari, tujuh malam, ampe airmata bisa ngisi kolam ikan yang kering. Blazer korea saya, yang sudah sekian lama saya kejar dan tunggu dijadikan kain pel. Terbayang nda sakitnya tu? Alasanya simple “habisnya jaket kamu udah kayak kain pel”, dengan santai Ibu saya menjawab. Padahal dikorea itu lagi ngetrend. Pengen saya laundry blazer saya tu, tapi rupanya udah seperti apa mungkin… tragis memang…

Catatan: bagi kalian yang suka blazer korea yang kata kita gaul tapi kata emak2 kita kain pel, lebih baik disimpan dilemari dengan gembok segede gaban. Dan asal kalian tahu juga, Ibu adalah orang yang gampang menemukan tempat penyimpanan apapun, sampai Bapak2 sering nyembunyiin uangnya ditempat yang menurutnya aman saja pasti bisa ditemukan

5 komentar:

  1. makanya blazer mbok di kinclongin.... di sablon dengan tulisan "INI TREN BUKAN KAIN PEL"... kreatip, kreativ, kreatif dounkz... ada lomba nulis tentang BB cream caring colour hadiahnya ke korea... googling aja buat info lengkapnya. gak SAh dunk kalo gak usaha, katanya syuka korea...

    BalasHapus
  2. eh.. k fatma kan uda jadi follower ente... follow balek tuh... di http://eve-ahira.blogspot.com.. sering-sering silaturrahim am blog lain...

    BalasHapus
  3. aku juga suka korea.. uda tak follow.. follow balek ke blog aku ya...

    BalasHapus
  4. kak wiwin, lagi style saat itu blazer kayak kain pel...
    sobek sana sini..
    lagi berusaha memperbanyak tulisan..
    bagaimana menurut kakak tentang blog saya ini?
    tulisannya maksud saya...

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^