Ini cerita seorang teman. Dia berani. Sangat berani. Dia berani mengambil keputusan untuk berhenti dan mengambil cita-citanya kembali. Saya tidak tahu kapan dia mengajukan pengunduran diri di perusahaan itu. Info dari teman juga katanya dia sudah mengundurkan diri. Dari awal, ketika mendengar dia bekerja di sana, saya juga merasa bahwa di sana bukan tempatnya. Seribu langkah lebih berani dari saya. Saya masih diam di sini. Masih. Tidak akan pernah beranjak.
Dia penulis. Kata teman, akhir tahun ini dia harus menerbitkan satu novel. Saya dukung. Impian itu harus dikejar.
Dari kecil saya begitu ingin bisa berbahasa jepang. Inilah efek dari kecintaan saya akan anime dan komik jepang. SMA, saya mengambil jurusan Bahasa, subjurusan Bahasa Jepang. Saya bahagia dengan pilihan itu. Saya berhasil membuat keputusan yang saya sukai. Saya bercita-cita bahwa saya akan menjadi guru Bahasa Jepang, S2 ke Jepang, belajar segala hal tentang Jepang. Nilai Bahasa Jepang tidak pernah di bawah 9. Saya yakin bisa PMJK di Universitas yang saya inginkan. Tetapi cita-cita itu tidak semudah menuliskannya di kertas atau mengucapkan dengan kata-kata. Ada banyak liku-liku yang mesti kita jalani untuk sampai kesana. Antara nilai raport dan takdir, takdirlah yang lebih menentukan kemana kita akan berjalan. Takdir saya mengatakan saya belum bisa kesana. Jadilah saya terdampar di PAUD FKIP Universitas Mataram. Hanya saya sendiri di SMAN 2 Sumbawa yang lulus PMJK di sana. Jelas saja, mana ada yang mau kuliah di PAUD. Pikir saya saat itu. Bapak dan Ibu membujuk saya untuk menerima PMJK itu. S1 PAUD, kan jarang, jadi kalau daftar PNS, pasti keterima. Kata-kata itu yang selalu saya dengar. Harus ya, orang tua PNS, anaknya pun jadi PNS juga....
Dua tahun kuliah di PAUD. Saya belum sepenuhnya menerima diri saya di PAUD. Seminggu kuliah, wajib ada satu atau dua hari yang kosong untuk saya berorganisasi. Uniknya, walaupun ada alfa, nilai saya tidak pernah jelek. Tiga tahun berturut-turut saya selalu dapat beasiswa. Keinginan saya untuk tetap bisa belajar Bahasa Jepang tidak terhenti hanya karena saya tidak kuliah Bahasa Jepang. Saya tetap belajar. Otodidak. Setiap malam online internet mencari artikel-artikel tentang Bahasa Jepang. Di FB, cari komunitas Bahasa Jepang, bertukar ilmu di sana. Untuk membujuk Bapak pun tidak pernah surut. Setiap telponan, wajib kata-kata "Pak, boleh saya kursus Bahasa Jepang??" itu muncul. Bukannya Bapak tidak ingin saya untuk melakukan apa yang saya mau, Bapak selalu mendukung langkah saya, tetapi saya yang terlalu pengecut untuk mengatakan apa yang sebenarnya saya rasakan. Takut. Saya takut terlalu melangkah jauh dari apa yang Bapak inginkan. Saya anak pertama. Saya harus menjadi contoh bagi adik-adik saya. Saya ingin patuh pada kata-katanya. Patuh. Setidaknya itulah pengabdian yang bisa saya berikan.
Di detik saya menuliskan kata-kata ini saja, dalam hati yang paling dalam ingin sekali saya katakan bahwa saya ingin merebut mimpi-mimpi saya kembali. Menjadi guru Bahasa Jepang, menjadi fotografer. Saya ingin mengatakan secara terbuka semua keinginan saya itu kepada Bapak. Ingin sekali. Saya tidak ingin hanya berbicara diam-diam di blog dan FB saja. Saya ingin karya-karya saya dilihat Bapak. Saya ingin pengakuan itu tidak hanya dari orang lain. Saya ingin jalan melalui jalan saya, melalui hidup saya. Tetapi saya takut. Saya takut untuk mengatakan apa yang saya mau. Jika kalian pernah menonton film India yang berjudul "3 Idiots", kaliam pasti merasa salah satu pemainnya itu seperti saya. Bodoh. Tahu jiwanya bukan disana tapi masih tetap di sana.
Kemarin di telepon, Bapak begitu semangatnya untuk saya bisa S2. Saya tidak ingin mematahkan itu semua. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk jadi anak perempuan yang bisa Bapak banggakan. Saya bersyukur dengan pilihan Bapak saya untuk saya di sini, karena di sini saya menemukan cahaya itu....
Jangan ikuti saya. Saya begitu pengecut dengan mimpi saya. Teman saya begitu berani....
Tidak terasa air mata ini jatuh. Saya kok melodrama yah...
#keepsmile kakak... siapa tau bisa jalan dua2nya ^_^
BalasHapusgak ada cara lain...
Hapusmesti keep smile to..
^_^
pasti ada hikmah di balik semuanya..
Ganbatte Kudasai!!!
opik juga ya ^_^
orang besar, dengan sejuta jejeran penghargaan nobel bukan karena mereka pintar atau bergelar sarjana cumlaude, tp mereka berfikir menantang pemikiran orang-orang normal, yang biasa melakukan hal yang sama, mungkin sampai mati.
BalasHapusSaranku sih, lebih baik lakukan apa yang di bilang oleh hati, bukan orang lain :)
yup,, tahu saya...
Hapustetapi terkadang berbicara akan sangat mudah, hati memang tdk bisa bohong,,
^_^
Hapusdream come true...
Halo mba lulu...
BalasHapusWah, coba bisa tukeran tempat ya kita :D
Saya suka sekali ngajar anak-anak. Dan berfikir kenapa saya dlu ga ngambil paud. Tapi karena sudah terlanjur di Bahasa Jepang, jadi berusaha lakukan terbaik saja apa yang ada di posisi skrng ini :)
Di sambi kan bisa mba, sambil blajar paud, sambil blajar bahasa & budaya jepang. Nanti siapa tau saja mba Lulu ini bisa mendirikan Taman Kanak-Kanak yang nilai dan kualitasnya sama atau lebih baik dari TK di Jepang :)
Seorang guruku pernah bilang, ambillah segala pelajaran yang kita dapat hari ini, sebab kita tak pernah tahu kapan ilmu itu akan berguna buat kita ^^
Yume wo mukatte, ganbatte ne
Yoroshiku d^__^b
iya kak lulu, kak nhinis ini pinter bangeeetss bhs japan
Hapushwaaaaa mba ninis ayooo kita tukeran...
Hapusnggak akan ilang impian bisa hatam bahasa jepang,hehehe....
^_^
mbak ninis salam kenal ya...
Iya pik, ngiriii saya T_T
Hapus