Selasa, 24 Agustus 2010

Catatan hati (about Name)

Kata orang nama adalah pemberian terindah dari orang tua.                      
Benarkah?
Kalian setuju?
Aku setuju, ,
Ehm, tapi...
Aku edit lagi tulisanku...
Aku sedikit setuju dengan kata-kata itu.
Aku ingin sedikit bernostalgia dengan namaku.
Namaku Lulu Wulandari.
Ada banyak cerita sejarah yang menjelaskan arti namaku itu.
Ehm, tentu saja dari cerita itu aku dapatkan dari orang tuaku.
Sebagus apapun cerita itu diceritakan, tetapi aku masih tidak terlalu suka namaku.
Aku sering menjadi bahan ejekan teman-teman karena nama.
Mereka memplesetkannya menjadi "Lolo"
Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan artinya apa, karena aku yakin jika kalian orang sasak kalian tahu artinya. JIka kalian bukan orang sasak, kalian kan punya mbah google, tanya saja di dia.
Intinya aku benci nama itu..
Aku ingin menggantinya,
Menjadi Sandra mungkin, atau Cindy atau apalah yang keren pokoknya.
Ketika Ku utarakan makssud hati kepada Bapak.
Dia malah tertawa terkekeh-kekeh.
Ada yang lucu?
Bapak terdiam,
Dia kemudian bercerita.
"Kau tahu namamu itu berasal dari bahasa arab Lu'lu' yang artinya Mutiara, Bapak ingin kau menjadi mutiaranya Bapak. Yang tersimpan jauh di dasar laut, susah di ambil, tidak sembarang orang bisa memilikimu, cantik walaupun terbaluti kerang yang kasar dan kuat, hanya orang yang benar-benar saja yang bisa memilikimu. Kau mutiara di tengah 3 Mas  dirumah ini."
Aku hanya terdiam mendengar cerita itu, itu cerita sejarah tentang namaku yang paling aku sukai.
Tidak ada yang mengejekku lagi.
Aku suka namaku.
Sangat Suka.
Melebihi sukaku pada warna pink.
Nama yang indah.
Bagaimana denganmu?
Bisa kau ceritakan juga apa arti namamu?

LuLu W.S
(Mutiara Pak Bandy)
(^_^)V

Aku Ingin Menulis

Aku ingin menulis..                                                                         
Menulis apapun yang ingin aku tulis
Tetapi ketakutan membuat tanganku berhenti menulis
Aku ingin menulis....
Sangat ingin menulis
Aku ingin menulis segala kegundahanku
Aku ingin menuangkan segala yang ada dalam otakku
Aku ingin menuangkan isi otakku melalui tinta-tinta bolpoin hitamku, dan tercurahkan kepada kertas putih
Seperti langit menurunkan air pada bumi
Bukan gerimis, tetapi lebat
Aku ingin menulis
Tetapi tak ada yang tertulis
Bantu aku menulis
Aku bingung....
Aku hanya ingin menulis sedikit bait saja, menulis apa yang aku tahu
Menulis,
                          A
                                B
                                      C
                                            D
                                                 sampai Z
"Ah, kau seperti anak-anak....."
Tetapi sungguh aku ingin menulis
Mungkin tulisanku akan menjadi Best seller
"Jangan banyak mimpi,
Ayo menulis!!!!"
"Ambil penamu! lalu menulislah!!!!!"
Aku takut...
Tetapi aku ingin menulis..

"Buang saja kertas itu
dan Tertawakan betapa pengecutnya dirimu
Menulis saja tidak bisa."

Mataram, Agustus
Ketika semangat menulis terpatahkan oleh ketakutan
(~_~)''???

Ibu........

"Wajah anda adalah buku, setiap orang dapat membaca setiap keganjilan-keganjilan yang terjadi"
Sebuah kata dari pujangga besar William Shakespare.


Kata-kata itu mengingatkanku dengan Ibuku. Wanita itulah yang selalu bisa membaca raut-raut kebohongan dimukaku. Sebagus apapun kata terangkai untuk membenarkan kebohongan itu di depannya, selalu saja ada hal yang nampak untuk menghancurkan kebohongan itu. Betapa besarnya ikatan batin antara Ibu dan anak membuat setiap jarak, sejauh apapun itu menjadi lebih dekat.
Terkadang rasa iri itu muncul ketika melihat seorang anak perempuan yang bergelayut manja di pundak Ibunya. Mengingatkanku kepada Ibuku. Betapa inginnya aku melakukan hal itu lagi. Tetapi tuntutan untuk mewujudkan cita-cita, belajar di negeri orang memaksaku untuk menahan kerinduan untuk bertemu Ibu tercinta.

Haha, aishiteru..
hiks, hiks, hiks,.
jadi kangen rumah..

"Tomoe Gakuen, Gadis cilik di jendela", Sebuah Novel Pendidikan sebagai rekomendasi untuk para pendidik....

"Ibu guru menganggap Totto-chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahhu yang besar. Itulah sebabya ia gemar berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Karena para guru sudah tidak tahan lagi, akhirnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolah.
Mama pun mendaftarkan Totto-chan di Tomoe Gakuen. Sekolah yang di bangun oleh Mr. Kobayashi. Totto-chan girang sekali, di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan diluar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Mengasikkan sekali, kan?
Di Tomoe Gakuen, para murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya sesuka mereka. Mr. Kobayashi melakukan itu menumbuhkan keinginan mereka untuk belajar, dan membuat setiap jam dalam sekolah itu menyenangkan dan yang lebih penting lagi yaitu untuk membuat hati mereka senang. Karena sesuatu yang di awali dengan kebahagiaan akan berjalan dengan baik dan merasuk ke hati, tidak hanya dipikiran saja. Karena sekolah itu begitu unik, Totto-chan pun kerasan disana.
Walaupun belum menyadari, Totto-chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, membaca dan lain-lain disana. Ia juga mendapatkan banya pelajaran tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serya kebebasan menjadi diri sendiri." 

Narasi di atas adalah sedikit gambaran tentang novel "Totto-chan, gadis cilik di jendela". Buku yang telah berhasil membuat sejarah penerbitan Jepang dengan penjualan buku sebanyak 4.500.000 per tahun itu menjadi salah satu rekomendasi buku yang harus dibaca oleh para pendidik di Jepang.  Buku ini menjelaskan bagaimana metode pendidikan yang diterapkan oleh Mr. kobayashi (kepala sekolah Tomoe Gakuen, dan juga sebagai salah seorang tokoh pendidikan Jepang), di yakin bahwa setiap anak memiliki watak baik, yang dengan mudah bisa rusak oleh pengaruh buruh orang dewasa dan lingkungan sekitar. Dan di buku ini beliau berusaha menemukan watak baik setiap anak dan mengembangkannya, agar anak-anak dapat tumbuh dengan baik. Di Tomoe Gakuen anak-anak tidak ada yang ingin pulang ke rumah setelah pelajaran usai, mereka begitu menikmati setiap detik belajar disana. Aku yakin jika ada banyak sekolah seperti itu, maka akan sedikit tindak kriminal yang terjadi dan anak-anak putus sekolah pun sedikit.
"Jangan patahkan ambisi mereka. Cita-cita mereka lebih tinggi dari cita-cita kalian"
Itu adalah sepenggal kata dari Mr. Kobayashi yang berhasil merampok hati dan pikiranku untuk kemudian tersadar bahwa ternyata ada banyak hal yang telah kita lakukan untuk mematahkan cita-cita mereka. Terkadang sebongkah ego itu muncul, menuntut direalisasikan dalam bentuk pemaksaan kehendak kita kepada mereka. 


Saya tidak ingin berbanyak-banyak kata untuk menunjukkan betapa bagusnya buku ini untuk dibaca. Untuk anda para pendidik, Ibu-ibu rumah tangga, para Bapak, dan siapapun itu yang ingin mengetahui bagaimana pendidikan yang berkualitas itu sebenarnya, bagaimana cara memahami anak, saya rekomendasikan untuk membaca buku ini.