Kamis, 22 Januari 2015

Bakela Tude di Sungai Ai Nunuk

"Tude itu apa???" Tanyaku heran, karena ini adalah pertama kali saya mendengar nama itu.
"Tude itu semacam kerang-kerangan yang hidup di sungai dan sekarang jumlahnya lagi banyak-banyaknya." Papar seorang teman tentang Tude itu.
"Ohh.... semacam Remis yang dilaut itu ya??"
"Nah bentuknya tidak jauh seperti itu."
Hasil searching di Google, bahasa umumnya Tude ini dikenal dengan nama Kerang Etok (curbiculacea). Tude atau Kerang Etok umumnya dijumpai di kawasan sungai air tawar yakni pada dasar sungai atau terusan. Ia bisa juga hidup dikawasan muara sungai yang berdekatan dengan delta atau laut, namun kerang ini lebih banyak hidup di sungai yang berdekatan dengan sawah. Kerang ini memiliki dua warna, hitam dan kuning, kerang yang berwarna hitam biasanya hidup di sungai berlumpur, sedangkan yang berwarna kuning hidup di sungai berpasir (Sumber Wikipedia)
Selain enak, ternyata kerang ini sangat bagus untuk dikonsumsi, karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan bagus untuk tubuh.  Tude ini banyak dijual di Pasar Seketeng (nama Pasar di Sumbawa) dan harga Tude yang masih mentah lumayan mahal sekitar Rp.3.000 untuk satu sing (takaran satu mangkok kecil dalam Bahasa Sumbawa), kalau membeli hanya satu atau beberapa sing saja, dipastikan tidak akan cukup, bahkan untuk makan saya sendiri. 
Saya merasa beruntung saat ini, karena seorang teman di Adventurous Sumbawa mengajak saya dan teman-teman AS untuk mencari Tude di sungai dekat rumahnya, di Ai Nunuk. Ai Nunuk itu adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Moyo Hilir, hanya 30 menit dari pusat kota Sumbawa. Kata si empunya yang punya desa, Tude di sungai Ai Nunuk jumlahnya berlimpah ruah, sekuat-kuat kita mencari, sebanyak itu pula hasil yang kita dapatkan. Rasa penasaran saya tentang pengalaman apa yang saya dapatkan nanti ketika mencari Tude membuat saya rela izin untuk pulang lebih awal sama Bos di kantor, hihi, judulnya itu 'Demi Tude apapun rela kulakukan' ^_^
tiba di lokasi

Minggu, 18 Januari 2015

Di Air Terjun Sejari, Kebersamaan Kita Kembali Terukir

Air Terjun Sejari
Jalan menyusuri hutan selama kurang lebih 20 menit kita sudah sampai di air terjun ini, namanya Air Terjun Sejari. Letaknya tidak jauh dari Air Terjun Pelman, air terjun pertama yang kita datangi. Air terjun ini juga masuk kedalam daftar air terjun yang jarang dikunjungi di Sumbawa a.k.a tidak sepopuler air terjun yang telah menjadi mindset pariwisata Sumbawa, padahal keindahannya juga tidak kalah memukau dan sayang jika dilewatkan begitu saja. 

Bang Jaka yang begitu menikmati suasana di air terjun ini
persiapan bakar-bakar ikan
bakar ikan
kebersamaan bersama keluarga besar AS
 Kebersamaan ini yang nantinya akan kita rindukan....


"Terkadang foto lebih bercerita daripada kata-kata, dan biarlah ini menjadi bukti bahwa kita pernah bersama"

Senin, 12 Januari 2015

Terjun Bebas di Pelman

Libur weekend cuma dua hari tapi ajakan jalan-jalan datang dari berbagai arah, itu sama artinya dengan punya uang cuma 100 ribu rupiah tapi keinginan belanja ini-itu tak bisa terbendung, ngenes gaes -_-. Eh tapi karena hidup itu harus memilih, maka harus ada pilihan-pilihan yang juga harus dipilih, dan saya memilih berpetualang ke tempat yang anti mainstream di Sumbawa, niatnya selain ajang promosi, juga sebagai wujud pelampiasan rasa keinginan untuk melihat surga-surga tersembunyi yang ada di Sumbawa.
Setelah sabtunya bernarsis ria di Ai Beling, hari minggu saya kembali diculik oleh teman-teman Adventurous Sumbawa untuk melakukan petualangan yang tak kalah emejing-nya, kita akan ke Pelman. Pelman merupakan sebuah nama air terjun yang terletak di lereng gunung Jaran Pusang, hanya 30 menit berjalan kaki menyusuri hutan dari Dusun Sejari, Kecamatan Plampang. Air terjun ini adalah air terjun yang paling mudah dijangkau di Sumbawa, jalannya pun tidak perlu gradak-gruduk seperti ketika ke Ai Beling kemarin, jalan menuju ke Dusun Sejari-nya sudah sangat bangus, melewati jalan raya besar yang beraspal mulus, kurang dari dua jam kita sudah sampai di Dusun Sejari. Setelah memarkir motor di perkampungan warga, kita bisa langsung melanjutkan trekking menyusuri hutan Jaran Pusang yang hijau nan indah alami. Tidak ada tanjakan yang menguras tenaga, jalannya lurus-lurus saja, makanya wajar dikatakan air terjun ini adalah air terjun yang aksesnya paling mudah di Sumbawa. 
Setelah berjalan kaki selama 30 menit kita akan sampai di tebing air terjun Pelman, tingginya sekitar 3 meter. Dari atas tebing itu kita bisa merasakan sensasi uji adrenaline yang sesungguhnya, yaitu dengan cara terjun bebas dari atas tebing. Buat teman-teman yang tidak bisa berenang, jangan coba-coba untuk ikut terjun bebas seperti ini, karena kolamnya lumayan dalam, kecuali membawa perlengkapan keselamatan seperti pelampung. Ini PR buat saya untuk segera bisa berenang, kan saya juga pengen terbang bebas seperti itu, hiks T_T
siap-siap Foto by Bang Farhan
1 foto by bang farhan

Minggu, 11 Januari 2015

Ai Beling, Air Terjun Paling Narsis di Sumbawa

Nyawa belum sepenuhnya kembali ketika telepon itu berdering, nama "Subhan" tertera di layarnya.
"Ada apa, Han???"
"Diajak sama Bang Farhan dan teman-teman Adventurous Sumbawa ke Ai Beling pagi ini. Bisa ikut Kak Lulu???" Suara Subhan diseberang sana sontak mengembalikan nyawaku seutuhnya, selimut yang masih setia memelukku langsung terlempar cantik disisi ranjang, tanpa babibu aku langsung beberes. 
"Bisa Han, saya siap-siap dulu."
Mimpi apa saya tadi malam sehingga dapat ajakan jalan-jalan yang sungguh sayang untuk ditolak begitu saja.  Ah Adventurous Sumbawa selalu jadi travelmate kece saya beberapa bulan terakhir ini, love it, deh.
Ai Beling. Siapa sih warga Sumbawa yang tidak mengenal air terjun itu. Pamornya hampir mendekati Mata Jitu Pulau Moyo. Ai dalam bahasa sumbawa artinya air, dan beling artinya bicara, Ai Beling jika diartikan seluruhnya bisa disebut sebagai air yang berbicara. Air yang jatuh dari sela-sela batuannya membuat air ini seolah-olah berbicara. Batu-batuan besar yang tersusun rapi membuatnya tampak indah alami. Bentuknya yang bertingkat-tingkat menjadi daya tarik tersendiri air tejun itu. Tapi tidak semua warga Sumbawa yang pernah ke air terjun itu, letaknya yang lumayan jauh, dan jalannya juga sangat anti mainstream a.k.a kurang bagus membuat orang berpikir dua kali untuk menuju kesana.
Perjalanan Menuju Ai Beling
Jam 08.00 Wita saya sudah selesai beberes dan menyiapkan segala perlengkapan untuk menuju ke Ai Beling, kotak makan dan sebotol air dengan ukuran yang lumayan besar tidak lupa saya bawa. Dalam setiap perjalanan saya tidak membiasakan diri untuk membeli air mineral, saya lebih suka membawa air dari rumah, dengan isi ulang di botol khusus yang selalu saya bawa setiap melakukan perjalanan (mencoba go green dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik, bumi sudah semakin tua, kawan). 
Mendung pagi ini tidak menjadi halangan bagi kami untuk bisa menikmati keindahan air terjun Sumbawa yang sudah tersohor namanya itu. Ai Beling terletak di Dusun Kuang Amo, Desa Sempe, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Memakan waktu sekitar 1 jam untuk menuju ke desa tersebut, dan 30 menit memasuki hutan dengan jalan yang anti mainstream itu, jalannya sangat menantang, dan untuk yang tidak terbiasa dengan jalan seperti itu disarankan untuk lebih berhati-hati dalam mengendarai motor. Jangan heran, kawan, inilah kekurangan pariwisata Sumbawa, sangat banyak tempat eksotis di Sumbawa yang memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai penambah PAD (Pandapatan Asli Daerah), tetapi ya itu aksesnya masih jauh dari kata layak. Bagi sebagian orang menganggap bahwa jalan yang jelek adalah halangan besar, tapi bagi para petualang jalan yang jelek adalah tantangan tersendiri, dan wujud syukur yang nyata, agar lebih menjaga jalan-jalan bagus yang telah dibuatkan pemerintah. Disanalah letak keunikan wisata Sumbawa, tantangannya sangat menantang adrenaline, dan saya suka itu (menantang beudtz gaes ^_^).
Disepanjang perjalanan yang terlihat adalah barisan bukit yang menghijau indah menyejukkan mata, pohon-pohon yang menjulang kokoh membuat sejuk sepanjang perjalanan kami, pemandangan yang indah itu sedikit mengurangi ketakukan kami akan jalan gradak-gruduk yang kami lalui. 
jalannya kayak gini, kalau motor ga bisa nanjak, kita mesti turun untuk mengurangi beban, hehe