Kamis, 26 Juni 2014

Tentang Kopi



“Kopi itu semacam cerita yang tidak pernah ada habisnya. Ada banyak cerita yang akan tercipta karena kopi. Kopi itu kisah cinta dalam romansa anak adam, ada pahit ada manisnya.” Lulu
Apa yang kau tahu tentang kopi?? Bubuk hitam pahit yang berbau khas? Teman ngerumpi bapak-bapak di warung?? Atau minuman wajib yang harus ada di dapur?? Bagi saya kopi lebih dari itu. Kopi itu adalah gambaran perjuangan yang kasat mata. Walaupun namanya kopi instan, kopi tidak bisa tercipta seinstan namanya. Ada banyak proses yang mesti dilalui. Berat. Seperti cerita sang gerabah, biji kopi itu mesti rela dijemur diterik matahari, melawan panas yang menyengat, setelah itu mesti disangrai dipenggorengan yang tak kalah panasnya dengan sinar matahari, dan hancur halus seketika dimesin penggilingan, hingga kemudian tercipta kopi yang enak. Tidak mudah, dan tidak seinstan namanya, kan??
Dan kau tahu berapa besar jasa kopi untuk melanggengkan julukan manusia sebagai makhluk sosial??? Bapak-bapak yang mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaannya tanpa ada waktu untuk berkumpul dengan teman yang lain, tetapi cukup ada kopi melingkar ditengah-tengah mereka, maka acara kumpul-kumpul akan menjadi awet, dan pembicaraan khas bapak-bapak akan menghiasi harumnya bau kopi. Setidaknya kopi bisa menjadi pemersatu hubungan antar manusia. Sepasang suami isteri yang hubungannya renggang, cukup dengan segelas kopi buatan sang isteri di pagi hari bisa menyatukan hubungan yang renggang. Perhatian sang isteri terlihat dari segelas kopi. Kumpul sesama teman mungkin terasa tak asyik dan tak menyenangkan tanpa ada kopi ditengahnya. Kopi membuat cerita tersendiri. 

Bagi saya kopi adalah satu hal sederhana yang tidak sesederhana namanya.

*Tiba-tiba ingin berbiacara tentang kopi ^_^

Sumber: Google

Minggu, 22 Juni 2014

Jelajah Eksotisme Sumbawa, Episode Pantai Labu Sawo

Hai para traveller.....
Lulu datang lagi nih dengan cerita jalan-jalan yang baru lagi,hehehe. Kalau kemarin blog isinya full dengan cerita jalan-jalan Lombok, sekarang tentang Sumbawa. Ini perjalanan keliling Sumbawa untuk yang pertama setelah kembali lagi ke kampung :D
Pantai ini namanya Labu Sawo, letaknya di Kecamatan Moyo Hulu, Desa Penyaring. Selama ini Desa Penyaring terkenal dengan permen susu sapinya yang mampu menggoyang lidah orang, dan atraksi main jarannya yang mampu juga membuat orang berdecak kagum, ternyata ada juga pantainya yang bisa menjadi tempat asyik untuk liburan keluarga, namanya Labu Sawo. Letaknya tak jauh dari pusat Kota Sumbawa, hanya 30 menit perjalanan. Akses menuju kesana juga bagus, jalannya sudah diaspal, hanya sebagian yang belum.
Pantai ini bukan pasir putih seperti yang ada di Lombok, tetapi untuk keluarga yang ingin mengajak anak-anaknya main ke pantai tanpa takut dengan ombak besar atau karang yang tajam pantai ini bisa jadi pilihan, selain itu pemandangan pantai ini juga indah, dengan Pulau Moyo yang ada di depannya.
Labu Sawo
Kepitingnya numpang narsis
Berjemur dulu ah... ^_^
Labu Sawo
Pantai ini kotor bukan karena sampah manusia, tetapi karena bekas kayu bakau yang mati. Seingat saya dulu ketika SMA, tahun 2008 ada banyak bakau yang hidup disini, entah mengapa sekarang kondisinya jadi begini. Harusnya pemerintah setempat bisa melihat dan memperhatikan potensi tersembunyi seperti ini. Pariwisata mindset,lah.
ternyata pantai ini bisa juga dijadikan tempat paralayang

ayooo berenang..
walaupun masih kecil, fathir jg gak mau kalah ^_^
Seandainya pemerintah sedikit lebih memperhatikan nasib pantai ini, saya yakin bisa jadi destinasi favorit warga Sumbawa, bahkan NTB.

Selasa, 10 Juni 2014

Jalan-jalan Keliling Kampung

Gak ngeblog beberapa bulan rasanya seperti telah kehilangan ribuan kabar teman-teman blogger. Kangen maksimal emaaaak, serius. 
Hai apa kabar kalian??
Baik-baik sajakah....
Hampir 3 bulan berada di kampung halaman, tetapi rasanya tidak sama seperti di Lombok kemarin. Banyak hal baru yang saya dapat, penyesuaian dengan dunia baru. Padahal ini kampung saya sendiri, tempat saya besar, bermain belajar, tapi kok seperti baru masuk hutan, menerabas dan meraba-raba mana tempat yang baik untuk ditanami tanaman. Maka dari itu untuk mengenal kembali kampung saya, seminggu awal di rumah hal pertama yang saya lakukan yaitu jalan-jalan. Tetap ya, dimanapun dan kapanpun hal yang ada di otak cuma jalan-jalan dan jalan-jalan. Travelling is the part of my life, kata orang kampung saya. Walaupun jalan-jalannya rada tidak jelas, travelling must go on, no matter what happen.
Awal pulang kampung, pertanyaan pertama yang saya tanyakan ke Ibu "Bu, mana tempat asyik di Sumbawa untuk jalan-jalan." Ibu yang dengar langsung geleng-geleng kepala. "Tidak di Lombok, tidak di rumah, pikirannya jalan-jalan saja, mbok ya pikirin testnya dulu, jalan-jalannya nanti."
Seperti yang pernah saya katakan di beberapa cerita saya terdahulu, zaman kecil saya tergolong anak rumahan, kerjaannya sekolah rumah, sekolah rumah, bisa dihitung jari kapan saya pergi main ke pantai atau tempat rekreasi, makanya pas ditanya tempat oke di Sumbawa, saya geleng kepala gak tahu apa-apa. Saya lebih mengenal Lombok, daripada kampung sendiri. Malu mak, maluuu gak kenal kampung.
Jalan-jalan gak perlu jauh-jauh ya, keliling dekat rumah juga gak masalah. Ternyata ada banyak view menarik di rumah saya.
Bukit dekat rumah
Narsis mak ^^

Adek juga gak mau kalah

Tempat jalan-jalan pertama saya adalah bukit dekat rumah. Di atas bukit itu saya bisa melihat view Kota Sumbawa dari atas. Kalau nongkrong di bukit ini, saya jadi teringat drama-drama korea, biasanya di drama itu ada tempat-tempat seperti ini yang jadi tempat favorit pemainnya nongkrong.
Belajar jepret makro
Bulir padi mulai membesar

Berasa jadi peneliti pertanian
Setelah dari bukit, kita main-main ke sawah. Waktu kecil saya paling suka main-main ke sawah, kalau lagi musim tanam, saya suka bikin rusuh sawah, nyari keong sawah terus bawa pulang buat oleh-oleh Ibu, padahal ujung-ujungnya keong itu gak akan kesentuh, jijik pakai maksimal Ibu buat masak keong itu.
Setiap hari selalu ada agenda jalan-jalan, kasian kan kamera saya cuma bisa diam manis dalam tas. Mesti dipanasi mesinnya biar gak rusak,hehehe. Padahal memang dasarnya tidak bisa jauh dari kata jalan-jalan.
Sunset di kotaku

Dermaga labuan. Salah satu tempat favorit saya untuk lihat sunset. Cantik pemandangannya
Menunggu senja

Tempat paling asyik untuk liat sunset di Sumbawa itu ada di Kampung Pasir Labuan Sumbawa. Dari SMA saya paling suka nongkrong sore-sore disini. Pemandangannya cantik, walaupun banyak sampah bergentangan disekitar pantai, namanya juga kampung nelayan, susah untuk merubah kebiasaan masyarakat untuk menghargai lingkungannya.

Ini kampungku,,, Selamat datang kembali Lulu,,,
Menjelajah lagi, jalan-jalan lagi...
Samawa Sabalong Samalewa
^_^

Jumat, 06 Juni 2014

Cerita tentang "Takdir" Itu


“Tak peduli seberapa lembar kertas rencana yang kita buat, tidak peduli seberapa lama kita merencanakan hidup kita, tetapi jika Allah mengatakan ‘tidak’ maka tak ada daya kita untuk merubahnya, bahkan untuk menundanya pun tidak bisa. Itu yang dinamakan dengan takdir.” Lulu

Saya ingin bercerita sedikit saja tentang perjalanan hidup saya yang saya katakan sebagai takdir terindah. Di beberapa tulisan saya terdahulu saya selalu mangatakan bahwa saya mencintai apa yang saya jalani sekarang, saya cinta Lombok, saya cinta segala aktivitas saya dengan anak-anak disekolah, hobi saya jalan-jalan Lombok, menulis, wirausaha. Tetapi ternyata ada lho satu sisi melankolis yang ada dalam diri yang tiba-tiba bisa muncul kapan saja tanpa bisa dihindari, kadang sisi itu membuat bulir bening itu mengalir, sisi itu adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang yang saya inginkan saat ini adalah keluarga. Saya ingin dekat dengan mereka, saya ingin ada yang memarahi ketika lama pulang kerja atau ketika mulai lalai dengan kesehatan, tetapi selama  merantau jauh dari orang tua, hidup kita hanya kita yang mengendalikan, orang tua hanya pemantau jarak jauh, kadang iri dengan mereka yang tinggal dengan orang tua, kemana-mana ada Bapak yang antar, terus setiap hari makan masakan Ibu. Perhatian-perhatian mereka yang saya butuhkan, karena bagi saya cinta yang nyata adalah keluarga. Dalam setiap doa saya minta kepada Allah “Jika memang takdir saya adalah tinggal di rantauan, maka tunjukkan jalan itu, tetapi jika memang saya harus kembali pulang, maka tunjukkan saya jalan itu juga, entah bagaimana caranya.”
Baiklah kembali lagi kepada cerita takdir terindah itu, kau tahu bahwa kata-kata adalah doa, entah apakah bercanda atau tidak ketika kita sudah mengeluarkan kata-kata dari mulut itu maka itu akan menjadi doa bagi kita. Oleh karena itu, dalam islam kita diminta berhati-hati dalam berucap, karena bisa jadi itu doa yang akan menjadi kenyataan. Saya ingat kejadian pada pertengahan Maret 2014, minggu malam senin, sekedar bercanda saya bilang sama sahabat dekat saya yang namanya Nani, “Ni, aku mau ke Sumbawa minggu depan ni. Bapak bilang ada laki-laki yang mau datang ke rumah ngelamar.” Sontak Nani kaget mendengar apa yang saya katakan, saya juga bukan tipikal orang yang suka bercanda dengan hal seperti itu, tetapi entah mengapa malam itu kata-kata bercandaan itu keluar begitu saja dari mulut saya. Nani cuma bisa terkaget dengan semua cerita yang saya ucapkan, tidak ada hujan tidak ada angin secara tiba-tiba saya harus ke Sumbawa, dan Nani juga paham bagaimana saya, saya tidak akan melawan kata orang tua saya apapun keadaannya, makanya itu ketika saya mengatakan bahwa saya pulang atas kata orang tua dia langsung percaya saja.
Pada hari rabunya, usai shalat dzuhur Bapak tiba-tiba telpon “Lu, siapkan berkas-berkasmu ya, legalisir ijazah, transkrip nilai dan lain2nya. Ada lowongan jadi pendamping anak di Sumbawa.” Tanpa banyak tanya saya seperti terhipnotis cuma bisa ngangguk-ngangguk saja pas Bapak menfatwakan instruksinya. “Lulus atau gak lulus perkara nanti, yang penting kamu coba dulu saja, toh gak ada ruginya, kalo gak lulus bisa kembali lagi ke Mataram, kalo lulus ya Alhamdulillah jadinya bisa kumpul-kumpul sama keluarga lagi.” Kata-kata Bapak itulah yang membuat saya mantap untuk mengurus berkas-berkas saya.  Ijazah dan transkrip nilai pasca wisuda September 2013 lalu belum saya urus, pas mau urus selalu bilang “ah entar juga bisa kok,” begitu seterusnya sampai ada kebutuhan mendesak seperti ini barulah saya kalang kabut mengurus semuanya. Dalam waktu tiga hari semua bahan-bahan lamaran kerja mesti lengkap, panik sekali saat itu, tetapi seperti takdir yang Allah gariskan untuk saya semua berkas itu lengkap bahkan sebelum sampai pada deadline. Birokrasi kampus yang biasanya berbelit saat itu menjadi mulus layaknya jalan tol, tanda tangan orang-orang yang bisanya susah saya temui kemarin semuanya jadi gampang saya temui. Hingga hari H wawancara, semuanya berjalan lancar. Kaki ini seolah dijalankan Allah untuk kesana, ada rezeki mereka yang akan saya bawa melalui ini, saya yakin sekali dengan itu. Alhamdulillah seminggu kemudian ada sms yang datang ke HP mengatakan bahwa saya lulus, dari puluhan pendaftar saya jadi satu dari dua belas orang yang diterima.
Saya bersyukur, ternyata memang jalan saya adalah pulang ke rumah. ini adalah takdir terindah yang Allah gariskan untuk saya. Allah mengatakan kepada hambanya, minta apa yang kalian inginkan maka aku akan kabulkan. Allah tidak pernah melarang hambanya untuk berdoa, Allah malah mengatakan sombong kepada hambanya yang tidak meminta kepadanya. Hanya perkara waktu doa itu akan terkabul. Alhamdulillah doa itu diijabah Allah. Saya punya banyak waktu untuk keluarga saya, saya punya banyak waktu untuk mengabdikan diri saya kepada mereka, saya ingin selalu ada untuk mereka.
Saya jadi teringat dengan apa yang saya katakan kepada Nani pada senin pertengahan maret yang lalu, saya mengatatakan kalau saya akan ke Sumbawa, mungkin kepulangan saya untuk selamanya. Dan benar kata-kata itu menjadi kenyataan, padahal itu hanya main-main lho.Ini adalah kali kesekian saya yakin bahwa kata-kata itu doa. Entah apakah kata-kata yang kita ucapkan adalah bercanda, tetapi itu telah keluar dari mulut, maka ia akan menjadi doa yang datang kepada kita. Saya yakin, haqqul yakin bahwa ada takdir-takdir indah Allah lainnya yang akan saya jalani. Saya yakin juga bahwa ada sesuatu yang akan terjadi disini, ada garis takdir orang lain juga yang Allah titipkan melalui garis saya, karena sekali lagi saya sangat yakin hubungan manusia satu dan yang lainnya seperti jaring laba-laba, saling berhubungan. 

Ini saatnya untuk mengatakan “Selamat datang Sumbawa, selamat datang rumahku. Ini waktunya untuk mengabdikan hidupku untuk anak-anak hebat Sumbawa. Selamat datang kembali.”