Jumat, 26 Desember 2014

Indahnya Air Terjun Pamurun Desa Bangkat Monteh

Selalu ada kejutan disetiap perjalanan kami,  setelah berjuang dijalan yang begitu menantang, masuk hutan dengan medan yang licin, menikmati petualangan di Gua Mumber yang begitu menakjubkan, ternyata petualangan tidak terhenti disitu,  Sang Kapten mengajak kami ke tempat yang tidak pernah kami sangka sebelumnya, sebuah air terjun yang begitu mempesona, kawan.
Hanya 20 menit Desa Bangkat Monteh untuk menuju ke lokasi air terjun tersebut, tetapi karena hujan yang baru saja mengguyur Bumi Pariri Lema Bariri ini jalanan menjadi sedikit licin, kami mesti ekstra hati-hati dalam mengendarai motor, jalurnya juga sangat kece untuk penggemar motor trail (Bagi penggemar motor trail jalanan bagus sudah mainstream, jadi mesti ke jalanan yang sedikit bergoyang supaya anti mainstream, hehehe). Di desa ini (Desa Bangkat Monteh, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat) tidak hanya gua-gua eksotis yang menjadi daya tariknya, tetapi ada juga Air Terjun Pamurun yang begitu mempesona, sungai dengan aliran air yang begitu jernih, ditambah lagi dengan hijaunya hutan Selalu Legini yang membuat kita tidak henti-hentinya berdecak kagum, benar-benar pemandangan alam yang begitu alami tanpa jamahan tangan-tangan jahil manusia, dan harapan kami, semoga tangan-tangan jahil itu tidak mengganggu keindahan Sumbawa ini sampai kapanpun. Kalau ini dijadikan promosi produk, tidak hanya "buy one, get two" "beli satu, dapat dua", tapi "beli satu, dapat banyak", mengunjungi satu desa tapi bisa menikmati banyak keindahan alam yang emejing
Air Terjun Pamurun, Foto By Bang Fahri Samalewa

Senin, 15 Desember 2014

Petualangan Menakjubkan di Gua Mumber



Efek petualangan di Liang Dewa beberapa minggu yang lalu ternyata berbekas mendalam di hati saya. Saya jadi terpesona dan mulai menyukai ruang gelap bawah tanah yang bernama gua itu Memasukinya membuat sadar bahwa kekuasaan Allah itu tidak ada batasnya.
Tidak perlu menjelajah jauh untuk mencoba menikmati sensasi berpetualang di dalam gua, apalagi jika harus mengeluarkan banyak uang dan harus keluar negeri untuk itu. Sumbawa punya banyak gua yang amazing (baca:emejing) untuk menguji adrenallin kita, tetapi masalahnya (memang agak klasik tapi berpengaruh besar) adalah tidak adanya publikasi yang masif tentang keberadaan gua tersebut dan akses kesana yang agak susah, sehingga banyak yang mengira bahwa Sumbawa hanya sebuah daerah gersang tanpa sisi menarik sama sekali, padahal Sumbawa begitu mempesona untuk coba dijelajahi lebih dalam lagi. Adventurous Sumbawa mengajak dan memperkenalkan saya tentang semuanya, tentang keindahan Sumbawa yang tidak hanya ada di Pulau Moyo, Madu Sumbawa, dan Main Jarannya, lebih dari itu Sumbawa menjanjikan petualangan yang tak akan terlupakan. 
Sudah direncanakan selama beberapa minggu yang lalu, akhir pekan ini Adventurous Sumbawa akan caving lagi ke salah satu gua yang tidak kalah amazing-nya dengan yang ada di Liang Dewa, yaitu Gua Mumber yang ada di Sumbawa Barat. Gua ini belum banyak yang tahu, informasinya di internet pun tidak begitu banyak, bahkan susah untuk ditemukan. Tidak usah berbicara tentang informasi tentang wisata Sumbawa, karena itu sangat minim sekali, masyarakat Sumbawa saja tidak banyak yang tahu tentang itu. Om Imran adalah salah seorang teman fotografer yang pertama kalinya meracuni saya tentang gua itu, kata beliau gua itu sangat indah, dan terbukti dengan foto-foto yang diperlihatkan kepada saya. Ah ‘racun’ itu ada dimana-mana, kawan, maka berhati-hatilah jika tidak ingin racunnya masuk kedalam syaraf otak terdalam yang bisa membuat otakmu lumpuh seketika jika tidak datang kesana.
West Sumbawa Adventure
Judulnya adalah “West Sumbawa Adventure”. Perjalanan 2 hari di Sumbawa Barat dari tanggal 13-14 Desember 2014 dengan menjelahi beberapa tempat bersejarah di Sumbawa Barat, seperti Tiu Kelamu yang merupakan kolam tempat mandi Lala Jinis, makam Datu Seran yang merupakan makam raja-raja pada Kerajaan Seran dahulu kala, dan beberapa tempat lainnya. Salah satu tempat yang membuat saya sangat tertarik untuk ikut trip ini adalah perjalanan ke Gua Mumber, gua emejing yang membuat saya mupeng tak terkira sejak diracuni oleh Om Imran dengan foto dan cerita-cerita kece-nya.
Perjalanan dari Sumbawa ke Taliwang, Sumbawa Barat memakan waktu kurang lebih tiga setengah jam dengan kecepatan standar. Dari Sumbawa pukul 15.00 wita, tiba di taliwang pukul 17.30 wita. Lumayan melelahkan tetapi itu tidak akan terasa karena disepanjang jalan, mata akan dimanjakan dengan pemandangan hijau dengan barisan bukit dan sawah Sumbawa yang menyejukkan mata. Kalau badan sudah begitu lelah, bisa juga istirahat sejenak sambil menikmati jagung rebus asli Rhee yang terkenal itu. Jagungnya manis dan enak. Disepanjang jalan kawasan Rhee banyak penjual jagung rebus yang menjajakan jualannya di bale-bale sederhana pinggir jalan, disana kita bisa makan jagung sembari memulihkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan kembali. 
Ada satu tempat yang menarik juga untuk menjadi tempat peristirahatan, yaitu Bukit Galau. Dinamakan Bukit Galau bukan karena disini banyak ABG labil yang sering nongkrong  kemudian bergalau ria bersama ya, bukan, itu karena di bukit inilah tempat para pengendara dari Sumbawa ataupun Taliwang beristirahat melepas lelah sambil minum kopi di kedai yang ada di bukit tersebut. Bukit ini sebenarnya bernama Bukit Samarekat, tetapi belakangan lebih populer dengan nama Bukit Galau. Pemandangan yang disajikan juga tak kalah indah seperti jalan yang ada di film-film Hollywood dengan  bukit dan jalan meliuk-liuk tajam. Dari bukit ini akan terlihat jelas lautan Sumbawa dengan pulau-pulau kecilnya.
pemandangan laut Sumbawa dari Bukit Galau
berugak tempat istirahat dipuncak bukit

Senin, 08 Desember 2014

Hei, Ada Pegunungan Alpen di Sumbawa



“Mau kemana?? Tumben sepagi ini sudah mandi” Tanya Ibu yang heran melihatku sudah bebersih sepagi ini. Ah Ibu, tahu aja anaknya jarang mandi kalau tidak ada keperluan keluar rumah.
“Mau jalan-jalan, Bu, sama teman-teman kita.”
“Sepagi ini??? Biasanya masih dalam selimut.”
Hari minggu bagi saya adalah waktu relaksasi tenaga dan pikiran dengan bersantai. Jika tidak ada agenda keluar rumah alias jalan-jalan, maka jangan harap melihat saya rapi di rumah, kalau tidak untuk keperluan wudhu, air itu tidak akan mampir di kulit saya, Ibu sampai menggerutu “Anak gadis, anak gadis,” Hehehehe. Seharian tidur manis dengan TV di depan mata menjadi ritual wajib saya, bangun pagi sudah pasang channel Trans TV dan Trans 7, karena bagi saya hanya 2 channel TV itu saja yang masih agak normal, tanpa adanya sinetron hewan jadi manusia. Selesai acara petualangan ‘My Trip My Adventure’ barulah saya duduk manis dengan novel-novel cantik dipangkuan. Ah benar-benar hari minggu yang menyenangkan. Tetapi hari minggu saya belakangan ini mulai terganggu dengan tawaran-tawaran trip dari kawan-kawan Adventurous Sumbawa dan teman-teman yang lain, selalu saja ada agenda jalan-jalan disetiap minggunya, dan itu sangat menggiurkan, bisa membuat air liur saya menetes tiada henti. Setelah minggu kemarin ikut tripnya yang menantang adrenalin di Liang Dewa, minggu ini teman-teman AS kembali mengajak saya untuk berpetualang ke sebuah air terjun yang berada di Pernek, letaknya tidak jauh dari pusat kota Sumbawa Besar (Alhamdulillah tidak jauh, irit bensin :D)
Tidak hanya saya ciin yang niat pakai sangat untuk ke air terjun itu, Subhan travelmate saya selama beberapa minggu terakhir ini juga sampai rela menelpon membangungkan saya pagi-pagi demi tidak telat sampai dilokasi berkumpul kami. Saya jadi penasaran dengan keindahan air terjun ini.
Perjalanan ke Pernek
Jembatan Bendungan Pernek
Pukul 06.00 Wita kita sudah sampai lokasi pertemuan, hanya Mbak Elly yang kami jumpai disana, sedangkan yang lain masih dalam perjalanan. Selang beberapa jenak menunggu, teman-teman pun berkumpul dan perjalanan menuju air terjun kami lanjutkan. Memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke Pernek, salah satu desa yang berada di Kecamatan Moyo Hulu, Sumbawa. Jalan menuju ke desa ini bagus, tetapi ketika masuk menuju  Bendungan Pernek (Embung Pernek) jalannya sudah mulai jelek. Akibat hujan semalam, jalanan agak licin, jadi kita mesti hati-hati dan waspada dalam mengendarai motor, tidak perlu terburu-buru, safety first. Sampai di Bendungan Pernek, Bang Yudi Rusdian yang terlebih dahulu jalan mendahului kami terlihat kembali dengan muka yang agak kecewa.

Sabtu, 06 Desember 2014

Pantai Sebekil, Uniknya Tuh Disini

Perjalanan ke Pantai Sebekil
Sepulang dari Goa Liang Dewa kita melanjutkan trip ke pantai yang berada di Labangka 5. Katanya pantai yang akan kita datangi jaraknya lumayan jauh dari goa. Jarak yang dekat saja sudah terasa jauh, apalagi jarak yang jauh, hwaaa semangat Lulu.
Mungkin karena kita terlalu lama dalam mengendarai motor, kita sukses tertinggal dari teman-teman yang lain, dan itu mengakibatkan kita berkeliling di tempat yang sama berkali-kali alias nyasar. Bapak-bapak yang nongkrong dipinggir jalan saja sampai bingung melihat kita yang keliling tidak jelas, sekali lagi lewat ditempat itu saya khawatir piring cantik melayang ke muka, hwahahaha.
"Lost packer nih kita, ah lets get lost, lets goo." Teriak Bang Yudi.
Kita nyasaar ciiiin. Karena sinyal yang datang dan pergi, kita jadi susah menghubungi teman-teman AS untuk bertanya keberadaan mereka. Dan memang benar, malu bertanya sesat di jalan, dari tadi kita hanya putar-putar tidak jelas, tanpa adanya inisiatif untuk bertanya penduduk setempat, entah ide itu datang dari siapa diantara kita berempat, kita pun berhenti di pangkalan ojek dan bertanya kepada Bapak-bapak yang ada disana. Alhamdulillah, Allah selalu bersama para pejalan, berkat tanya-tanya kepada si Bapak kita pun menemukan jalan yang benar, putar arah lagi dan goooo....
Melihat teman AS menunggu kami di pinggir jalan rasanya seperti anak ayam yang telah menemukan induknya, bahagia. Setelah bertemu dengan teman-teman, kita melanjutkan lagi perjalanan kita menuju Pantai Sebekil. Dari jalan yang mulus halus hingga bertemu jalan yang membuat kita ajep-ajep diatas motor, tanda-tanda keberadaan pantai belum terlihat juga, yang ada hanyalah hamparan kebun yang mulai menghijau milik penduduk setempat. Ini adalah perjalanan terjauh saya selama di Sumbawa. 
"Biasanya pantai yang keren itu letaknya jauh kak." Hibur Subhan selama di perjalanan. Kita mengobati kelelahan selama diperjalanan dengan bercerita banyak hal, mulai dari cerita tentang pariwisata hingga cerita tentang gosip artis terkini (saking tidak adanya bahan pembicaraan lagi, gosip pun jadi ciin untuk rempong, hihihi).
Selama kurang lebih 1 jam (dikurangi waktu nyasar) kita sampai Pantai Sebekil Labangka 5. Mata langsung tertuju ke arah pantai, pasir hitam dengan batuan hitam yang cantik sukses menjadi daya tarik tersendiri pantai ini, ditambah lagi dengan ombak besarnya. 
Pantai Sebekil, Bang Yudi langsung action

Rabu, 03 Desember 2014

Petualangan Menakjubkan di Liang Dewa



Dalam Liang Dewa Foto by Bang Yudi Rusdian


Blind Trip
“Minggu ini kita ada agenda susur gua, yang bertempat di Labangka, kak.” Kata Subhan kepada saya malam itu.  Ini akan menjadi petualangan menegangkan, mengingat ini adalah yang pertama bagi saya. Yang pertama untuk menikmati petualangan susur gua, dan yang pertama ikut dalam trip kawan-kawan di Adventurous Sumbawa. Saya tidak punya ekspektasi apapun tentang perjalanan kali ini, yang ada dalam bayangan saya hanyalah, saya bisa bertemu dan berpetualang dengan kawan-kawan AS yang selama ini lebih banyak saya kenal melalui dunia maya a.k.a facebook, sebaik-baik teman dunia maya, alangkah lebih baik jika bertemu di dunia nyata, bukan??? Info tentang Liang Dewa pun saya tidak begitu tahu, baik dari segi sejarahnya atau tentang bentuk dari gua tersebut. Lets get lost, lest go-lah, sambil menirukan gaya Ruben Onsu, hehehe.
Bertemu Kawan-kawan AS untuk yang Pertama
Perasaan malu-malu kucing jelas sekali melanda perasaan saya pada pagi itu. Suasana baru dan orang-orang baru, membuat saya mati gaya, seakan di paksa beberapa saat untuk menjadi salah tingkah, tidak tahu mau berbuat apa. Ingin rasanya menyapa dan say “Ini Bang Takwa, ya??? Ini Bang Farhan, ya??? Salam kenal bang, saya Lulu.” Kata-kata itu ada di ujung lidah, tak bisa terucap dan hanya senyum yang canggung. Saya pemalu dalam hal ini, jujur.  Saya yakin kawan-kawan yang lain juga mengalami kebekuan yang sama dengan saya, hanya membutuhkan seorang perantara untuk membuat suasana dingin menjadi cair seketika. Keramahan langsung mendekap saya ketika Mbak Ely salah satu kawan AS tersenyum dan mengajak saya bersalaman. Detik selanjutnya berjalan seperti biasanya, normal, hanya membutuhkan waktu untuk kita saling mengenal satu sama lain. Perjalanan ini akan membawa kita pada titik itu, tidak perlu perkenalan yang formal, hanya perlu mengamati dalam bingkai masing-masing.

Senin, 01 Desember 2014

Nyongkolan, Pawai ala Sasak

Nyongkolan
Sewaktu kecil ketika aku tinggal di Lombok, aku paling suka menjadi bagian buntut barisan ini. Hanya sekedar membawa dompet kecil lusuh sebagai bekal untuk beli es, kaki mungilku setengah berlari mensejajarkan diri bersama barisan yang lain. Sedangkan, Ibu juga turut menjadi bagian dari barisan ini, bukan karena Ibu ingin turut serta, bukan, itu karena aku juga ikut barisan ini. Ibu akan sangat khawatir, jika dia membiarkanku sendiri dalam barisan yang didominasi orang dewasa itu. 
Gendang-gendangan ditabuh, penari-penari profesional dan amatir pun ikut bergoyang mengikuti irama yang disajikan. Aku hanya ikut goyang-goyang kecil seperti mereka. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang aku lakukan, yang aku tahu bahwa teman-teman seusiaku juga ikut dalam barisan ini.  Mereka semua larut dalam kebahagiaan yang sama. Sang laki-laki dan wanita di arak oleh warga satu kampung, setelah di bawa 'lari' oleh sang laki-laki dan dinikahkan, sang wanita akan diantar kembali dalam prosesi 'nyongkolan' ke rumah keluarga wanita. Ini Pernikahan ala Suku Sasak, kawan.