Sabtu, 28 September 2013

Wisuda Pun Datang

Hari ini aku melihat banyak wajah. Aku terbiasa dengan mereka, tetapi hari ini seolah semuanya tampak asing. Aku juga hampir tak mengenal siapa aku. Riasan yang tak biasa ini membuatnya tampak berbeda. Perempuan memang terlihat lebih cantik jika tampil apa adanya. Serius. Yang ada dalam pikiranku saat ini adalah menyegerakan semuanya, lalu membuka segala riasan ini, dan tidur yang lelap di kamar.Tetapi tidak bisa. Aku mesti sabar untuk beberapa jam saja.
Lihatlah ekspresi bahagia itu. Senyum sumringah itu begitu menyejukkan, kawan. Empat tahun kita berjuang di kampus Universitas Mataram. Segala cerita telah terukir. Ini memang bukan akhir dari segalanya, tetapi inilah awal dari perjuangan yang sesungguhnya. 
Untuk teman-teman yang belum merasakan bahagianya mengenakan toga, jangan pernah menyerah kawan. Jadikan apa yang kami alami saat ini motivasi untuk tetap semangat. Wisuda itu perkara waktu dan ketekunan. 
"Jadikan buncah bahagia mereka hari ini sebagai cambuk melejitkan ikhtiar. Senyum-senyum merekah lepas hari ini adalah motivasi. Target itu kian dekat. Tak mampu berlalri, maka berjalanlah pelan. Jangan sampai rindangnya pohon melelapkanmu. Karena sekali engkau terlelap, maka ribuan langkah kau tertinggal di belakang, percayalah... "(Kata Teman)

Senin, 23 September 2013

Singkat

Perasaan kemarin baru saja kita bertemu. Dengan lugunya mengikuti semua perintah senior dalam ospek. Jalan jongkok, leher dikalungi permen, tas dengan karung beras, semua kita lakukan tanpa ada penolakan sedikit pun. Ah lugunya kita. Semester awal, kemana pun kita bersama, ke kantin bersama, mengerjakan tugas bersama, apa pun bersama. Pertengahan semester,  seperti ayam yang mulai kering sayapnya, kita sudah mulai bisa terbang. Sekarang kita sudah tiba pada semester akhir. Kesibukan kuliah dan mengerjakan tugas-tugas akhir membuat kita jarang bertemu. 
Hey dan sekarang kita bertemu kembali, bercerita tentang pengalaman skripsi, bercerita tentang segala hal, banyak cerita yang keluar dari mulut kita masing dan membuat kita tersadar bahwa kebersamaan ini terasa begitu singkat. Setelah ini, kita mulai sibuk merangkai hidup kita masing-masing, mengejar apa yang menjadi impian kita. Mereka dengan jalannya, saya berjalan dengan jalan saya sendiri juga Menjadi mandiri, terbang dengan kepakan sayap sendiri. 
Dua, tiga, atau empat tahun lagi kita bertemu. Mungkin sudah ada yang menjadi akademisi, ada yang menjadi guru, ada yang mejadi pengusaha, ada yang menjadi ibu rumah tangga, dll. Mungkin juga ada yang sudah punya anak, hidup dengan keluarga bahagia. 
Kita kembali duduk dan merangkai cerita kita bersama.....
Waktu ini begitu singkat, mari mengisinya dengan keermanfaatan teman-teman....

Teman-teman di PAUD FKIP Unram 2009

Minggu, 22 September 2013

Air Terjun Benang Kelambu (Sekeping Syurga)

Kumat lagi hobi saya buat jalan-jalan. Lombok begitu indah, dan sayang jika keindahannya hanya bisa dinikmati dari cerita orang saja. Kita mesti mengunjungi semua tempat-tempat itu untuk bisa merasakannya sendiri. Kalau kemarin saya lebih banyak mengeksplore pantai, sekarang saya mau menjelajah hutan, hahaha. Sebagai latihan awal buat mendaki rinjani. 
Ahad 22 September kemarin saya dan adik sepupu menjelajah ke Benang Stokel. Jalan-jalan dengan modal nekat judulnya ini. Hanya berbekal uang beberapa puluh ribu dan bensin seadanya, kita bismillah saja untuk berangkat. Benang stokel adalah nama air terjun yang terletak di daerah Tratak, Kecamatan Batu Kliang, Kabupaten Lombok Tengah. Kalau dari Mataram membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai kesana. Jangan khawatir dengan jalannya, jalan menuju kesana sangat mulus, baru saja selesai dalam perbaikan. Ketika semester 2 kuliah, jalannya masih hancur, makanya agak trauma untuk ke Benang Stokel lagi.
Berangkat dari rumah (Letaknya di Mantang, Lombok Tengah) pukul 11.00 Wita, tiba di sana pukul 11.30 Wita.
Siap menjelajah dengan Sipink
Jalan menuju Benang Stokel sangat mulus dan asri. Banyak pepohonan di sepanjang jalan, sawah-sawah membentang hijau menambah indah pemandangannya.
Sawah-sawah di sepanjang jalan menuju Benang Stokel
Lihatlah sawahnya. Wow indah sekali. Membayangkan berlarian di tengahnya sambil menari india, #eh.

Kamis, 19 September 2013

Rehat Sejenak

Kita terlalu serius menjalani hidup. Terlalu banyak prioritas-priorotas dan impian yang mesti dicapai hingga terkadang membuat tubuh lelah dan melupakan kebutuhan batin kita. Lelah membuat kita cepat marah, lelah membuat kita cepat tua. Marilah kita rehat sejenak. Ada waktu di mana kita bisa rehat sejenak dari segala aktivitas kita. Waktu-waktu dalam lima kali sehari adalah waktu yang sakral untuk kita bisa berbicara denganNya, untuk bisa curhat apa pun, bahkan meminta pun diperbolehkan.
Pagi ketika kita terbangun, kita bertemu denganNya dalam subuh, bertemu dan berdoa untuk bisa menghadapi hari. Ketika siang hari, waktu yang sangat melelahkan, panas yang terik, kita bertemu lagi denganNya, kita istirahat untuk berdoa dan rehat dari aktivitas hari. Sore hari kita bertemu. Menjelang malam, bertemu dan berdoa dengan khusyuk atas nikmat sehari ini, bersyukur atas segala kemudahan menjalani hari. Isya, menjelang tidur, kita rehat sejenak untuk mengintrospeksi diri, mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan sehari ini, merencanakan apa yang kita lakukan esok, setelah bertemu denganNya dalam malam, kita bisa tidur dengan tenangnya. Tidak peduli apa yang terjadi dalam tidur, apakah Dia akan mengambil kita atau tidak, setidaknya kita telah mempersiapkan diri. Jika pagi kita bertemu lagi denganNya, bersyukurlah akan nafas yang masih bisa berhembus. Bersiaplah dalam menjalani hari-hari lagi.
Cuma lima waktu dalam sehari, kita diminta untuk rehat sejenak. Bukan untuk siapa-siapa, semuanya untuk diri kita agar kita bisa mengcharger kembali hati dan tenaga kita, agar kita tidak kosong. Seperti HP, butuh charger untuk membuatnya bertahan dan hidup. Begitu dengan hati dan ruhani kita, perlu istirahat dan curhat denganNya.
Dalam 24 jam waktu, hanya lima kali saja untukNya. Satu kali bertemu tidak lebih dari lima menit, satu dikali lima sama dengan dua puluh lima menit. Dalam 24 jam waktu hanya 25 menit waktu kita diminta untuk bertemu denganNya. Bukan untuk siapa-siapa, hanya untuk kita, agar kita tidak kosong.

Rabu, 18 September 2013

Pelantikan Gubernur NTB dan 1000 Kuliner Indonesia

Tanggal 17 September 2013 kemarin menjadi momen yang berharga bagi rakyat NTB. Gubernur yang terpilih melalui Pilkada tanggal 13 Mei 2013 yang lalu resmi dilantik. Gubernur terpilih adalah incumben yang kemarin juga menjabat sebagai Gubernur NTB yaitu Tuan Guru H. Zainul Majdi atau yang biasa kita panggil dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB). Tuan Guru dalam suku Sasak adalah orang yang sangat dihormati, alim ulama, sama seperti kyiai kalau di Pulau Jawa. Sedangkan Bajang artinya muda. Gubernur NTB sekarang ini memang masih muda, umurnya sekitar 30-an tahun dan juga berwajah ganteng,hehehe. Ini adalah kali kedua beliau terpilih sebagai Gubernur NTB. Semoga dengan kembali terpilihnya TGB bisa menjadikan NTB lebih baik dan maju, sesuai dengan jargonnya yaitu "Beriman dan Berdaya Saing".
Usai pelantikan kemarin, Pak TGB mengadakan tasyakuran dengan judul "1000 Kuliner Indonesia", semua masyarakat boleh memakannya secara gratis. Mendengar kata kuliner itu, saya langsung antusias untuk datang ke acara tersebut. Saya ingin tahu seperti apa makanan dari berbagai macam penjuru nusantara itu. Berdua dengan Kak Ade, kita langsung tancap gas ke Taman Sangkareang, tempat diadakannya tasyakuran tersebut. Sebenarnya saya lebih setuju jika judul acara tasyakurannya adalah 1000 Kuliner NTB, jadi sekalian promosi tentang masakan-masakan khas NTB. Apalagi sekarang jargon untuk pariwisatanya adalah Visit Lombok Sumbawa.
Taman Sangkareang
Gambar di atas adalah gambar air mancur di Taman Sangkareang. Acara tasyakurannya di adakan di lapangan umumnya yang terletak di belakang air mancur ini. Oh ya, kalau malam pemandangan di taman ini cantik lho. Air mancurnya berwarna warni, dan lampu-lampu taman yang temaram semakin membuat indah taman ini. Anak-anak muda Mataram suka nongkrong di taman ini.

Selasa, 17 September 2013

Life Is Like Photography

Terkadang hidup itu menjadi menyenangkan ketika kita membawanya santai seperti photograpy. Hanya mengambil bagian-bagian dan gambar yang kita suka. Jika ada yang jelek, yah tinggal dihapus saja dan ambil gambar yang baru. Dari gambar-gambar yang jelek itulah kita bisa belajar banyak hal, termasuk bagaimana mengambil objek yang bagus dan menjadikannya gambar yang indah dilihat mata. Fokus pada objek-objek penting yang kita inginkan. Sibuk dengan kamera kita masing-masing, sibuk untuk mendapatkan gambar sebaik mungkin tanpa memperdulikan orang lain atau kamera yang orang lain punya. Bagi para fotografer, sebaik apapun kamera yang orang lain miliki,  tidak akan pernah menyamai kamera milik sendiri.  Rumput saya lebih indah dari milik tetangga. Kamera saya yang terbaik (sisi positifnya: menjadi lebih bersyukur)
"Photography itu adalah tentang bagaimana menjalani apa yang kita suka, tidak menjalani apa yang orang lain suka. Begitu juga hidup" Lulu
Saya yakin semua dari kita pasti pernah menjepret gambar, minimal foto dengan menggunakan HP. Gambar-gambar yang kita ambil pasti gambar yang kita suka, jika tidak suka langsung 'delete'. Semuanya menggunakan pandangan kita tidak apa yang orang lain pandang. Akan begitu menyusahkan jika selama pengambilan gambar jika kita terlalu banyak mendengarkan apa kata orang, ribet, rewel. Seharusnya begitulah hidup itu, menjalani apa yang kita suka...
Mereka mungkin bisa meminta kita untuk mengambil gambar seperti ini dan itu, tetapi pada akhirnya kitalah yang mengarahkan kemana lensa akan memotret....
Mereka mungkin bisa berharap banyak kepada kita, tetapi pada akhirnya kitalah yang menentukan semuanya.


*Inti dari note ini: Kejar apa yang menjadi cita-citamu, jangan terlalu mendengar apa yang orang lain katakan, karena menyesal itu menjadi sangat pahit di akhir.....

Senin, 16 September 2013

Tanpa Judul

Ternyata fokus pada satu sudut itu tidak baik. Ada banyak sudut lain yang mesti dilihat untuk membuat pandangan kita menjadi sempurna. 
Malam ini saya belajar banyak untuk melihat semuanya, untuk melihat kesempurnaan sebuah gambar itu...

Kamis, 05 September 2013

Cinta Kami untuk Mereka

Yah mereka masih seperti biasa. Perubahan yang terlihat hanyalah mereka sedikit lebih rapi dari pertama kali bertemu dulu. Mereka sudah mulai menggunakan seragam ke sekolah, sudah mulai membawa tas dan buku-buku, sudah mulai mengenakan sepatu. Walaupun saya tau bahwa itu bukanlah hal terpenting dari sekolah itu, tetapi setidaknya kita bisa mengajarkan disiplin dan hidup rapi dari sana. Hal yang membahagiakan bagi kami adalah melihat mereka datang setiap hari ke sekolah, melihat senyum mereka, melihat tingkah unik mereka, melihat mereka saling berebut tangan untuk bersalaman. 
Saya ingat awal mula datang ke Kampung Tsunami ini bulan Februari 2013 yang lalu, anak-anak di sana tak ada satupun yang bersih, di wajahnya masih membekas ingus yang kena lap dengan baju lalu mengering, mengenakan sandal pun tidak, sehingga wajar kaki-kakinya mengeras tidak seperti anak lainnya yang seumuran. Seperti artis yang masuk kampung begitulah cara mereka menyambut kami, mereka berlarian dengan begitu hebohnya, tangan kami direbut untuk bisa bersalaman yang pertama. Saya suka saat-saat itu. Saya suka ketika mereka antusias mendengarkan kami mengajari mereka mengaji, berdoa, belajar, dll. 
Jujur saja, saya selama kuliah (walaupun kuliah di PAUD) tidak pernah terbersit sedikit pun keinginan untuk mengajar di PAUD ataupun di TK. Saya lebih memilih untuk kerja di instansi pemerintahan yang berhubungan dengan pendidikan atau menjadi dosen. Bagi saya mengajar PAUD itu adalah hal yang menguras tenaga dan membutuhkan kesabaran yang ekstra. Tetapi segala pikiran itu langsung lenyap begitu saja ketika saya mulai mengajar di PAUD Merah Putih. Saya suka dan menikmati hari-hari saya menjadi guru. Awalnya saya tidak percaya diri untuk menjadi guru PAUD (soalnya saya lumayan kaku) apalagi menjadi Ketua PAUDnya, PPL saja saya tidak pernah menjadi guru utama dalam kelas, semua pembelajaran diambil alih oleh teman-teman yang lain. Tanggung jawab yang besar yang membuat saya belajar dan membuka buku lagi tentang anak-anak. Pada saat pertama mengajar, saya merasakan kelelahan yang luar biasa. Anak-anak di sana aktifnya luar biasa (tidak boleh dikatakan nakal, soalnya mereka lagi masa pertumbuahan. Kata nakal akan jadi image yang jelek untuk mereka). Lari-lari kesana kemari, meja di tendang-tendang, kalau marah dengan teman-temannya mereka tidak segan-segan saling pukul dan baku hantam. Efek lingkungan tempat tinggalnya yang lumayan keras membuat mereka seperti itu. Setiap hari mereka selalu dipukuli orang tuanya, sehingga mereka menjadi kebal dan tidak takut apa pun. Pastinya awal mula mengajar di sana, dua jam terada dua tahun. Lamaaa sekali.
Satu kunci yang akhirnya saya temukan adalah kesabaran. Hanya kesababaran kepada merekalah yang membuat kita  bertahan. Kesabaran itulah yang akan membuahkan Cinta. Mungkin pada awalnya mereka tidak akan mendengar kita, tetapi sadar atau tidak sadar semua penanaman moral yang selalu kita berikan kepada mereka akan tersampaikan diotaknya dan menjadi memori yang akan diingatnya. Kami guru-gurunya selalu menanamkan budaya "maaf" jika melakukan kesalahan apa pun, pertama menerapkan mereka cuek bebek, lama kelamaan karena kita selalu mengatakan itu dan akhirnya mereka pun terbiasa mengucapkan maaf. Budaya buang sampah pada tempatnya, jika teman-teman ada yang pernah berkunjung ke PAUD ini ketika awal mula terbentuk mungkin akan mengira bahwa PAUD ini adalah gudang sampah, kita memulai dengan memberikan contoh "membuang sampah pada tempatnya", dan akhirnya mereka terbiasa.
Saya pun mulai menyadari sebagai guru kita mesti keras kepala, mesti keras dan gigih, jikalau lemah maka kita akan kalah dengan mereka. Tidak peduli apakah mereka akan mendengarkan setiap nasihat yang kita sampaikan, tidak peduli apakah mereka mencontoh apa yang kita lakukan, setidaknya kita telah melakukan itu, karena saya yakin mereka akan merekam semuanya dalam otaknya. Apa yang terekam dalam otak akan menjadi memori yang akan diikutinya. Merry Eming Young mengatakan bahwa 60% perkembangan otak anak terjadi pada masa 0-7 tahun, maka ini adalah waktu bagi kita untuk mengembangkan segala potensi yang mereka miliki. 
Sabar dan jangan pernah menyerah, man shabara zhafira, siapa yang bersabar maka dialah yang beruntung. 
Semangat anak-anakku. Kelak jadilah orang hebat dan berguna bagi negeri ini...
#Ganbatte
^_^ P

Rabu, 04 September 2013

Motivasi Menulis

Kemarin dapat note FB dari seorang teman penulis namanya Kang Syamsudin Kadir. Judulnya notenya itu "Menulis Buku, Menulis Status Facebook". Jika dilihat dari judulnya terasa ringan ya, menulis buku dari status. Selama ini kita buat status gampang-gampang saja tanpa perlu pikir panjang. Apa yang kita rasakan saat itu maka itu pulalah yang kita sampaikan. Sebenarnya hakikatnya sama dengan menulis buku, hanya perlu menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan. Pertama saya juga agak kagok dalam menulis. Dalam bayangan saya menulis itu adalah hal yang berat. Karena itu pulalah yang membuat blog saya mati beberapa tahun. Saya kehilangan ide menulis, saya hanya ingin menulis sesuatu yang WOW. Padahal banyak kok hal yang terjadi disekeliling kita yang bisa dijadikan bahan menulis.
Menulis dari status FB, terdengar oke juga dan bisa untuk di coba. Ini nih ada penjelasan dari Kang Kadir.
"Sahabat sukses! Tau kah sahabat bahwa dengan begitu saja, berarti sahabat sudah bisamenulis buku? Katakanlah sahabat mengganti status FB sahabat 5 kali sehari,artinya, dalam setahun sahabat memiliki status FB sebanyak 5 x 365 status. Hmhm hm... berapa banyak tuh tulisannya? Banyak sekali, bukan? Ya, silahkanhitung sendiri. Lalu, bagaimana kalau sahabat mengganti status FB sahabat lebihdari 5 kali? Tentu saja lebih banyak lagi tuh tulisannya.  Oke,tak perlu panjang lebar deh, coba kumpulkan status FB sahabat sekarang juga!Kumpulkan semua status FB sahabat sejak sahabat memiliki FB hingga sekarang.Saya yakin pasti banyak tuh statusnya. Jangan malu dan ragu, apapun statussahabat, itu adalah karya sahabat, dan silahkan ambil sekarang juga. Keburudiculik orang tuh, mendingan diamankan dari sekarang! Nah,kalau sudah diambil, coba rapihkan, perbaiki huruf dan kata-katanya—kali ajaada yang salah atau kurang tepat—agar renyah dibaca dan yang membaca juga akanpaham dengan apa yang sahabat tulis. Oke ya!  
Setelah itu, jika memungkinkan silahkan pisahkan berdasarkan karakter isi atau tema statusnya. Misalnya kepemimpinan, kepemudaan, perjuangan, cinta, nikah, remaja,renungan, nasihat, motivasi dan lain-lain. Lalu tentukan judul buku sahabat yang kira-kira tepat atau sesuai dengan isi naskah sahabat. Misalnya, SEHARI MENULIS BUKU “Dari Status Facebook Menjadi Buku”, atau MENULIS BUKU, MENULIS STATUS FACEBOOK “Status Facebook Seorang Facebooker”, atau judul yang kira-kira tepat."
Sederhana sekali dan bisa dilakukan oleh semua orang. Sebenarnya segala sesuatu yang ingin kita lakukan tetapi terasa berat untuk dilakukan adalah akibat dari mindset yang berat juga. Kita pengennya buat buku yang langsung jadi best seller, tetapi kerjaannya hanya bermimpi saja sedangkan untuk mencoba tidak pernah, menulis jarang. Contoh kecil buku best seller, yang bagi saya adalah buku paling ringan tetapi paling bagus adalah bukunya Raditya Dika. Tulisan-tulisannya dari kumpulan tulisan di blog. Itupun dari kehidupan sehari-harinya. Isinya ringan dan membuat orang terpingkal-pingkal. Diapun menulis buku dari blognya karena ada temannya yang memintanya untuk mengumpulkan tulisan-tulisannya yang ada diblog kemudian dibukukan dan dikirim ke penerbit. Ceritanya sama dengan ini. Menulis dari status. 
Jujur, saya pun demikian, saya jika diminta menulis untuk lomba, saya bisa pastikan jari-jari saya tidak akan bertahan lama di laptop. Karena terlalu banyak beban 'untuk menang' yang ada di dalam otak, tetapi jika menulis untuk blog atau FB, jari terasa lancar sekali. Kenapa?? Karena blog dan FB itu adalah milik kita sendiri dan apa yang ingin kita tulis benar-benar sesuatu yang ingin kita tulis, tidak terbebani apapun. 
Tulisan sederhana Kang Kadir itu membuat saya juga termotivasi untuk terus menulis, setidaknya tentang cerita travelling saya di Lombok atau tentang photography, hehehe. Just Write What You Want!!!!
Bang Fauzil Adhim juga pernah ngomong kayak gini:
"Banyak yang bertanya pada saya apa sebenarnya kiat jitu menjadi penulis, maka saya jawab MENULISLAH dan MULAI MENULIS"
Yuk teman-teman kita mulai menulis. Daripada status FB dan tulisan blog kita nganggur begitu saja,hehehe

Tamparan dari Kang Kadir

Selasa, 03 September 2013

Taman Lampion

Dalam bayangan saya sebelumnya lampion itu bentuknya bulat-bulat dan berwarna merah, karena itulah yang sering saya lihat di TV-TV kalau perayaan waisak atau perayaan upacara agama Buddha. Saya tidak menyangka kalau lampion juga bisa seindah ini. Kemarin malam habis sunsetan di Sengigigi, langsung ke studio foto untuk foto ijazah wisuda nanti. Keluarnya bareng adek sepupu sama Kak Ade. Setelah semua urusan selesai, kita jalan-jalan sana sini gak jelas, akhirnya kita memutuskan untuk main-main di Taman Lampion Mataram Mall. Ini wahana baru yang ada di Mall, setelah sebelumnya itu ada rumah hantu. Saking banyak yang penasaran dengan yang namanya hantu, antrian untuk masuk pun luar biasa panjang dan melingkar-lingkar seperti baygon. Saya sih kapok untuk kesana, soalnya pernah coba masuk rumah hantu ketika jalan-jalan ke Kota Batu Malang, main-main ke Jatim Park. Itu yang hantunya cuma visualisasi gambar saja sudah buat saya ketakutan apalagi yang nyata-nyata (maksudnya hantu orang yang di make up).
Tiket masuk ke Taman Lampion itu adalah 15 ribu per orang, pertama tak kira 5 ribu,hehehe
Pintu masuk Taman Lampion

Sunset di Senggigi

Kemarin ketika selesai ujian dan revisi sana sini saya langsung update status seperti ini...

Status terbaru pasca ujian dan revisi
Fokus skripsi itu benar-benar melelahkan. Yang paling melelahkan itu adalah menahan rindu untuk bisa jalan-jalan. Lombok itu memang membuat rindu. Panoramanya yang begitu indah membuat mata ingin selalu melihatnya. Serius. Saya saja masih tinggal di sini, sudah rindunya seperti apa untuk bisa jalan-jalan, apalagi kalau sudah di luar Lombok ya??? Yakin saya rindunya jadi penyakit malarindu tropikangen,hehe.
Sebenarnya kemarin maunya sunsetan di Malimbu. Malimbu itu terletak di ujung sengigi. Malimbu itu adalah bukit yang paling bagus viewnya untuk melihat sunset dan menikmati keindahanlaut Lombok. Kalau banyak yang bilang sunset sengigi itu bagus, saya bisa bilang itu masih kurang. Yang paling keren itu di Malimbu. Pertama karena letaknya lumayan tinggi, kedua juga tidak banyak bangunan di bawahnya (langsung jurang), jadinya fokus untuk liat sunsetnya lebih banyak. Tapi ternyata kita tidak terburu untuk ke Malimbu. Jam enam matahari sudah mulai terbenam. Supaya tidak begitu kecewa, kita berhenti saja di Sengigi. Sambil makan jagung bakar...
Sunset dari atas bukit sengigi
Foto yang di atas itu adalah sunset yang dijepret dari atas bukit sengigi. Indah kan???? Ini jepretnya pakai kamera digital, jadi yah beginilah hasilnya,hehe Dari sini kita bisa juga liat penampakan gunung gede yang ada di Bali, letaknya gunungnya agak ke kiri dari gambar, cuma saya gak sempat foto kemarin. Kapan-kapan yah saya fotokan :D

Senin, 02 September 2013

Wah, Akhirnyaaaaa...

Akhirnya......
Skripsi yang saya kerjakan 7 bulan full, selesai juga. Ada perasaan lega yang menyeruak ke dalam batin. Dalam bayangan saya, saya akan berhasil menuntaskan skripsi ini agustus 2014. Karena memang prodi PAUD di Unram tergolong yang paling susah juga untuk wisuda. Entahlah kenapa. Kakak-kakak tingkat masih banyak juga yang belum wisuda, itu yang membuat saya berfikiran ternyata susah juga ya di PAUD. Eh ternyata setelah dikerjakan dan dinikmati skripsinya jadi enak juga,hehehe. Rasanya nano-nanolah. Manis asem asin, ramai rasanya. Suka. 4 tahun kuliah, tidak kurang tidak lebih. Setidaknya saya bisa menyelesaikan semua SKS tepat pada waktunya dan saya bisa lebih fokus mengurus PAUD Merah Putih. Hanya satu semangat yang terbayang jelas dalam ingatan saya ketika mengerjakan skripsi ini, saya ingin menjadi contoh yang baik bagi adik-adik saya. Saya ingin semangat ini juga bisa mereka contoh. Saya tidak ingin kuliah lama, terus DO. 

Heboh. Mungkin itulah kata yang tergambarkan melihat sikap keluarga ketika mendengar saya akan wisuda. Nenek yang sibuk mengkhayal untuk berencana ke Mataram rame-rame, terus Ibu sibuk dengan kebaya saya yang warnanya pink. Bapak juga sibuk, sibuk siapin uang-uang keperluan wisuda. Efek jadi anak pertama dan cucu kedua di rumah membuat semua jadi heboh begini. Jadi teringat ketika awal-awal kuliah. Wah itu juga lebainya luar biasa. Sebelum berangkat ke Mataram, hampir setiap hari Ibu dan Nenek memberikan petuah ke saya. Nasihat-nasihat untuk anak rantauan, hehehe. Neleponnya setiap jam makan, bahkan lebih dari itu. Sampai teman-teman kagum dengan perhatiannya Ibu, mereka saja jarang ditelepon sama orang tuanya. Dan satu hal juga yang membuat mereka kaget adalah ketika orang tua saya berkunjung ke Mataram. Ibu saya lebih cantik dalam segala hal daripada saya. Ibu saya putih langsing, saya kuning langsat dan gemuk, ibu saya cantik, sedangkan saya standart. Sampai mereka bilang, saya ketukar gak sih ketika dulu dilahirkan, hehehe. Eh tapi tapi, untung saja ada Bapak, saya itu ibaratnya foto copian Bapak. Bisa ya ternyata anak perempuan satu-satunya wajahnya mirip pinang dibelah dua dengan Bapaknya :D
Dan akhirnya....
Sebentar lagi saya melepas gelar mahasiswa....
Lulu Wulandari,S.Pd ^_^

Minggu, 01 September 2013

Tanpa Judul

Minggu yang indah di awal september....
Apa kabar kau yang di sana yang aku pun tak tahu siapa????
Kau tahu?? Beberapa minggu terakhir ini aku banyak menerima undangan pernikahan. Teman-temanku sudah banyak yang menemukan tulang rusuknya. Sedikit cemburu sih, Allah mempertemukan mereka lebih cepat. Eits salah, bukan lebih cepat, tetapi memang karena waktunya sudah tepat.
Kita tidak usah terburu-buru bertemu, ya?? Karena memang aku masih belum mampu untuk bertemu denganmu. Aku mesti bisa meningkatkan kualitas diriku, agar tak begitu malu pada pertemuan pertama kita nanti. Aku mesti banyak belajar bagaimana cara memasak yang enak dan sehat, aku tidak mau jika nanti kau lebih suka makanan resto dari pada rumah sendiri. Aku mesti belajar banyak hal.
Tetapi terkadang ada gejolak rindu yang membuatku ingin meminjam bahumu. Bukan untuk melepaskan tangisan, bukan. Hanya sekedar menengadahkan kepala, menahan gravitasi yang membuatku ingin terjatuh.
Awal september ini, ada sebait doa yang selalu aku panjatkan, agar kau baik-baik saja di sana.