Selasa, 19 November 2013

Quote Kinanthi dan Pilihan Hati

Gerimis pagi ini seolah mensugesti diri untuk uring-uringan di kamar, menikmati hangatnya selimut dan kasur. Tak ada yang lebih nikmat pada cuaca seperti ini, selain bermalas-malasan di kost, sambil membaca beberapa novel dan ditemani secangkir kopi hangat. Wah, dunia serasa milik sendiri. 
Bicara novel, saya jadi teringat proses panjang saya memilih novel tadi malam di toko buku. Awal masuk, sudah niat ingin membeli novel Tere Liye yang "Negeri Para Bedebah", tetapi tiba-tiba mata beralih pada buku-buku karya Dee, hati mulai goyah, Dee atau Tere Liye, ya??? Lima belas menit berkeliling di bagian novel, mata tertuju pada buku karya Marah Rusli, "Memang Jodoh". Ahaaa, karya sastra oke ini. Saya meninggalkan novel Tere Liye dan Dee, dengan memegang mantap buku Marah Rusli itu. Hendak ke kasir untuk membayar buku, gak taunya mata ini beralih lagi ke bukunya Emha Ainun Najib dan Tasaro, sumpah itu buku bikin ngiler. Saya dihadapkan pada tiga pilihan susah dalam memilih. Saya memang penyuka novel (Kecuali teenlit, ya), melihat novel serasa melihat cokelat, langsung kalap -_-. Di timang-timang, dipikir-pikir, saya semakin bingung menentukan yang mana. Mau beli semua, emang uang dari daun, yang tinggal petik. 
"Suatu saat mencintai adalah memutar hari tanpa seseorang yang engkau sayangi. Sebab, dengan atau tanpa seseorang yang engkau kasihi, hidup harus tetap dijalani" Tasaro, Kinanthi Terlahir Kembali
Nice quote dari Tasaro yang membuat saya memilih novel "Kinanthi Terlahir Kembali". Saya jadi berfikir, terkadang ada hal-hal sederhana yang membuat kita memilih dan memutuskan untuk itu. Ketika ada begitu banyak alasan bagus untuk kita memilih sesuatu, tetapi hati malah tertuju pada satu titik yang pasti yang membuat kita berkata "Oke, itu saja".
Saya berkeliling lama, memilih dan menimang, niat yang tadinya benar-benar bulat, tiba-tiba berubah ketika kita dihadapkan banyak pilihan. Kau tahu maksud ini??? Yah, itulah yang orang sebut dengan hati. Hati itu seperti cuaca, bisa berubah kapan saja, kadang panas, kadang hujan, kadang dingin, tak ada yang tahu (Tere Liye). Sekarang, saya bisa mengatakan iya, tetapi beberapa detik lagi, saya bisa mengatakan tidak, saya bisa saja begitu mencintai dia sekarang, tetapi entah nanti saya bisa berbalik membencinya. Itulah hati, hal yang paling abstrak yang bisa kita pahami dan mengerti. Soal rasa, kata bisa bohong, tetapi soal hati kata gak bisa bohong, #eh iklan mode on.
Kinanthi Terlahir Kembali
Prolog Kinanthi
Saya suka prolog novel Kinanthi ini. Ini juga yang membuat saya memilihnya. Mungkin, kata-kata tersuratnya yang masuk secara tersirat ke dalam hati saya saat ini. Mungkinkah, aku jatuh cinta?? Mungkin...

"Begini cara kerja yang engkau sebut cinta. Engkau bertemu seseorang, lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada disekitarnya. Jika ia dekat, engkau akan merasa utuh, dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa dia memperhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahanmu itu meringkusmum, mendengar namanya disebut pun menggigil akalmu. Engkau mulai tersenyumm dan menangis tanpa mau disebut gila.
Berhati-hatilah..
Kelak, hidup adalah ketika engkau menjalani hari-hari dengan optimisme. Melakukan hal-hal hebat. Menikmati kebersamaan denga orang-orang baru. Tergelak dan gembira, membuat semua orang berpikir bahwa hidupmu telah sempurna.
Sementara, pada jeda yang engkau buat bisu. Sewaktu langit meriah oleh para benda berpijar. Ketika sebuah lagu menyeretmu ke masa lalu, wajahnya memenuhi setiap sudutmu. Bahkan, langit membentuk auranya. Udara mendesaukan suaranya. Bulan menyabitkan senyumnya. Bersiaplah, engkau akan mulai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin telah haram bagimu."

NB:
Terkadang kita memilih bukan karena ada alasan, tetapi karena hati juga memilih. Jangan tanyakan mengapa aku mencintainya, karena cinta memang terlahir tanpa alasan. Jika ia berasalan, maka seiring waktu ia pun akan menghilang, seperti menghilangnya alasan itu. Love is the best abstrak thing.

Jumat, 15 November 2013

Yume Ga Nihon o Ikimasu, Ganbatte Lulu!!!!!



Ketika awal kuliah dulu saya sempat terpesona dengan sebuah video yang berjudul "Danang Pembuat Jejak". Video itu sering ditampilkan oleh kakak senior dulu ketika ospek dan acara-acara seminar motivasi. Video itu berkisah tentang seorang pemuda yang memiliki banyak impian yang kemudian dituliskan dalam selembar kertas. Berkat perjuangannya yang begitu gigih dia akhirnya bisa mewujudkan ke semua mimpinya. Salah satunya adalah ingin sekolah ke luar negeri, dan benar dia bisa meraihnya. S2 di Jepang. Mendengar kata Jepang, seperti ada magnet yang membawa saya untuk terus berdecak kagum "Woooow Jepaaang, kapan ya saya bisa kesana???" Yume ga nihon o ikimasu. Impian saya ingin ke Jepang
Mimpi itu terwujud hanya perkara waktu. Apakah hari ini, esok, satu minggu kemudian, tahun depan, atau bahkan tidak terwujud sama sekali. Tetapi saya yakin satu, "Man jadda wa jadda". Siapa yang bersungguh sungguh maka dia yang akan mendapatkan. Kata ajaib yang menghipnotis saya untuk tetap semangat. Ganbatte Kudasai!!!!!
Ada seorang teman yang bertanya kepada saya "Kenapa ingin sekali ke Jepang dan belajar bahasa Jepang???"
Seperti sebuah candu yang membuat saya terus mengagumi dan tak bisa lepas, itulah Jepang. Dari TK, tontonan saya adalah anime Jepang. Biasanya di setiap akhir anime atau itu ada penutup yang berisi "film ini disutradarai oleh, pemainnya adalah, dll". Kalau anime Jepang dia selalu menggunakan Hiragana dan Katakana, itulah yang membuat saya penasaran, cara bacanya seperti apa ya??? Artinya itu apa?? Buku bacaan saya juga bukannya bobo atau buku anak-anak, tetapi komik Jepang. Semakin sering saya menonton animenya, semakin sering saya membaca komiknya, semakin besar rasa penasaran saya tentang Jepang. Doraemon, anime yang bagi sebagian orang hanyalah fiktif belaka, yah memang benar. Tapi tahukah bahwa kartun itu berasal dari komik yang dibuat tahun 1969 oleh Fujiko F. Fujio, yang kemudian tenar dan di buat dalam bentuk animenya. Saya kagum dengan ide dan imajinasi dari Fujiko, tahun itu Indonesia masih sangat primitif-primitifnya, jangankan untuk membuat robot yang serba bisa atau melakukan penemuan-penemuan yang hebat, berfikir pun masih belum sampai kesana. Dari itulah tertanam dalam otak saya, "Wah ternyata ada ya orang berimajinasi seperti itu". Mungkin dari anime itulah kemudian muncul ide membuat alat-alat serba canggih seperti yang dilakukan orang-orang di barat sana. Everything start from dream. Saya yakin saat itu alat-alat yang ada dalam kantong doraemon adalah mimpi dari Fujiko, tapi suatu sata entah siapa yang akan mewujudkan itu untuk ada. Nothing Imposible.
Karena tontonan dan bacaan saya semua tentang Jepang, itulah yang membuat saya mengagumi Jepang. 
Kembali lagi tentang mimpi tadi, percaya tidak kata-kata adalah doa??? Kalau saya sangat percaya dengan itu. Kata-kata itu bisa dalam bentuk lisan dan tertulis yang penting sudah tersampaikan keluar dari otak kita. Saya suka menuliskan dan memfoto segala hal yang menjadi impian saya, entahlah itu hal remeh sekalipun. Itu adalah doa yang akan membawa kita untuk sampai kepada mimpi kita. 
Nyoba makan sushi, kali aja bisa terbiasa dan tingga di Jepang

Kamis, 14 November 2013

Sudah Ada Ijazah, Terus Kapan Ijab Sah????? -_-)"

Ketika masih menjadi mahasiswa pertanyaan yang saya tidak suka sekaligus menjadi pelecut saya adalah ketika orang bertanya "Kapan wisuda, Lu???", saya sih suka jawab dengan simple 
"Kalau toga itu sudah dikepala, ketika ada S.Pd dibelakang nama saya, dan ketika saya sudah upload foto wisuda saya,hehee. Nah waktu itu dah saya wisuda." 
Sekarang saya sudah wisuda pertanyaan berganti "Sudah wisuda dan dapat ijazah, terus kapan Ijab sah-nya, Lulu???" Jangan tanya kapan ijab sah dulu dah, tanya dulu ada yang lamar tidak?? Terus tanya sudah ada yang nyatakan cinta ke rumah dengan rombongan keluarganya belum??? 
Saya sering disindir keluarga dan teman-teman, mungkin kamu terlalu pemilih dan selektif mencari makanya sampai umur sekarang (im still 22 lho, -_-) masih belum ada calon. Hahaha, mau memilih bagaimana, wong yang dipilih saja tidak ada. Masalah selektif sih iya, karena ini menyangkut orang yang akan bersama kita seumur hidup kita, ini bukan seperti membeli baju di toko yang kalau jelek bisa beli lagi, atau tidak seperti mencicipi kue, kalau tidak enak bisa tidak coba yang lain lagi. Tidak. Semuanya serba sakral dan hati-hati. Kita bisa bedakan antara selektif dan pemilih, selektif lebih kepada berhati-hati dalam menentukan, sedangkan pemilih adalah sudah ada yang dipilih tetapi mencari yang lebih dan lebih baik lagi. Saya kategori yang selektif. Tidak saya pungkiri memang banyak yang datang, tetapi jika hanya bermain-main saja, saya akan menolak, hati ini bukan untuk dipermainkan. Kalau memang mau serius dengan perempuan itu, bisa kan nyatakan cinta di depan Bapaknya?? Lamar dengan baik-baik, pacaran itu hanya wasting time dan membuka peluang untuk melakukan yang tidak-tidak.  Saya sering nasehati ketiga adik laki-laki saya dengan kata-kata ini.
"Kalian itu mesti hati-hati dengan hatinya perempuan, mereka itu lemah perasaan, kalau mau untuk main-main saja lebih baik jangan sekali-sekali untuk datang mendekat. Kalau kalian suka melakukan itu, ingat karma itu, mungkin tidak jatuh ke kalian tapi ke kakak perempuan kalian ini, atau bisa jadi ke anak-anak perempuan kalian nanti. Sakit hati perempuan itu dalam, dek."
Masalah wisuda, mungkin saya bisa bekerja keras untuk segera menyelesaikannya, masalah bisnis saya, saya bisa bekerja keras agar bisnis saya berjalan lancar, masalah projek saya ingin membuat buku, saya bisa untuk terus menulis dan terus berkarya dengan itu, masalah semua hal yang diperlukan dengan kerja keras, saya bisa mengusahakan cepat, tetapi perkara jodoh, itu bukanlah hal yang bisa dicapai dengan kerja keras, ada tangan Allah yang menentukan kapan dan siapa, ada hati yang menunggu kesiapan, jika memang sudah waktunya maka pada saat itulah bertemu. Seperti Adam dan Hawa yang terpisah lama di bumi, ketika waktunya tiba, mereka bertemu juga.
Bagi teman yang suka bertanya "kapan", serius, ini bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan rumus pasti matematika. Jika ingin melihat kami yang jomblo-jomblo ini segera duduk manis dipelaminan, yah di doakan saja. Pertanyaan "Kapan" itu terkadang suka membuat frustasi, apalagi melihat teman-teman yang sudah menikah, foto bersama keluarga kecilnya dengan bayi yang lucu di tengah. Sekali lagi, jodoh, rezeki, maut, itu urusan Allah. Kita manusia hanya bisa berusaha untuk terus upgrade capacity agar bertemu dengan jodoh yang baik-baik juga.
Sekarang kalau ada yang bertanya "Kapan menikah, Lu???" Saya akan jawab dengan santai juga "Tunggu dah undangan saya launching buku nikah saya di depan penghulu dan Bapak saya." 

mawar kuncup, seperti hati yang menunggu mekar

Selasa, 12 November 2013

Ketika Kiri dan Kanan Tidak Saling Mengenal

Selama ini otak kita sering ter-mindset bahwa kiri itu adalah buruk, kanan itu adalah baik. Contoh dalam lingku organisasi, anak-anak kiri (SMI, LMND, FMN) kampus terkenal anarki, dan kalau demo itu suka rusuh, beda ketika anak-anak kanan (Kammi, LDK, HTI,dll) yang aksi, itu bakalan berlangsung damai, aman. Ada banyak perbedaan antara kiri dan kanan dalam organisasi di kampus itu, saya juga menjadi satu orang yang ter-mindset otaknya bahwa anak-anak kiri itu selalu buruk, saya juga tidak banyak berteman dengan mereka, ketakutan akan mereka yang akan menyebarkan ideologinya ke otak saya membuat saya menjauh, dan menjadi eksklusif, tertutup untuk orang-orang yang saya anggap "kiri" itu. Secara tidak langsung saya terus bergaul denga orang-orang dalam kelompok saya saja, nyaman dengan golongan saya, bahagia dengan pemikiran yang ada dalam otak saya, tanpa mau membuka pikiran dan bergaul dengan luas dengan orang banyak. Anak-anak kiri mengatakan "A" tentang anak-anak kanan, dan anak-anak kanan mengatakan "B" tentang anak-anak kiri, sehingga mereka tidak pernah bersatu.
Saya masih terjebak dalam pikiran kiri dan kanan itu sampai saya semester 4 kuliah. Saat itu saya aktif di BEM, dan banyak bergaul dengan anak-anak Mapala, WMPM, SMI, dll (organisasi yang dianggap kiri di kampus). Saya sering sharing dan diskusi banyak hal dengan mereka, termasuk tentang pandangan mereka tentang politik, pendidikan, sosial, alam, dll. Dari apa yang kita diskusikan, saya sadar bahwa mereka ternyata keren juga, pandangan dan analisis mereka terkait permasalahan bangsa itu benar-benar mendalam dan tidak hanya omdo saja. Terlihat cara bicaranya tidak asal bicara, tetapi dari membaca buku dan mengkaji permasalahan. Mungkin ada beberapa anak-anak kiri yang ketika aksi suka anarkis dan melakukan pengrusakan-pengrusakan, sehingga imej yang terbentuk di khalayak dan media menggambarkan bahwa mereka tidak baik, padahal jika kita bisa sedikit saja dekat dengan mereka, kita bisa menjadi patner yang bagus dalam membangun bangsa ini. 
Ketika teman-teman Mapala yang melakukan penghijauan di lahan kering, teman-teman WMPM membuat desa binaan di kampung-kampung kecil, beberapa teman-teman lainnya juga membuat organisasi sosial yang khusus diperuntukkan membantu masyarakat dalam ekonomi dan pendidikan. Banyak hal nyata yang telah mereka lakukan, dan itu benar-benar membuka mata saya. Dont judge book by its cover, sekali lagi jangan melihat buku dari kovernya, bisa jadi buku yang lusuh, jelek, kumal, malah memuat banyak hal yang bagus. Secara pandangan kita memang boleh berbeda, tetapi tujuan kita sama, ingin membangun negeri ini, tetapi caranya saja yang berbeda. Boleh jadi mereka yang tampilannya begujal, gondrong, aneh, telah melakukan banyak hal untuk negeri ini, sedangkan mereka yang tampilannya klimis, rapi, kalem, intelek, soleh, hanya berguna bagi dirinya saja, nyaman dengan lingkungannya saja. Bisa jadi kan?? 
Saya berfikir kenapa kanan dan kiri itu bekerja bersama-sama saja, bukankah ketika tangan kanan dan kiri bekerja bersama-sama akan lebih selaras dan cepat?? Dan kenapa anak-anak kanan tidak bisa membuka diri mereka dan tidak menjadi eksklusif bergaul hanya dengan golongannya saja??
Bisa jadi kesalahan pemikiran dan persepsi itu terjadi karena kita tidak saling mengenal dengan baik. Seandainya kita saling mengenal, mungkin kita bisa bersama-sama bekerja, bahu membahu membangun bangsa ini. Tidak akan pernah terjadi peperangan antar suku atau daerah ketika masyarakatnya saling mengenal dan berhubungan dengan baik. Tidak akan pernah terjadi kesalahan persepsi seperti ini jika kita bisa berkomunikasi dengan baik.
Intinya adalah orang yang berguna adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain, tidak peduli apakah dia dari kelompok kiri atau kanan, dari kalangan preman atau alim ulama. Percuma harta, jabatan, pangkat, ilmu, ketika ia hanya berguna untuk diri sendiri saja.
Sumber google

Senin, 11 November 2013

Belajar Buat Donat Kentang ^.^

Hai apa kabar kamu di sana???
Semoga baik-baik saja ya. Oh ya saya lagi belajar membuat kue sekarang, saya tidak ingin nantinya kau lebih menyukai kue-kue dari resto daripada kue di rumah. Ini semua efek dari seorang teman, dia sudah menikah dan sekarang juga lagi giat-giatnya belajar memasak. Kemarin dia bercerita sudah membuat donat kentang, saya tanya-tanya bagaimana cara membuatnya, dari apa yang disampaikan ternyata membuat donat itu gampang. Saya penasaran. Penasaran tingkat tinggi. Sangat. Akibatnya, tadi sepulang mengajar, tanpa banyak prolog a.k.a ngalur-ngidul kesana kemari saya langsung ke warung untuk membeli semua bahan-bahan untuk membuat donat kentang. Kau tahu, ini rasanya seorang perempuan yang sedang mempersiapkan kue untuk someone spesialnya *uhuk. Ada rasa takut gagal, was-was, antara berhasil dan tidak. Ini pertama kalinya saya membuat donat. Ibu dulu suka buat donat, tapi tidak pernah sekalipun saya membantu Ibu membuat, alhasil saya buta segala hal tentang donat. Berbekal info dari om Google, ngobrak-ngabrik google, mencari tahu segala hal tentang donat, mulai dari resepnya, hingga tips agar donat yang kita buat empuk dan mengembang. Dari referensi yang saya baca di google, saya mulai menciut, kok ribet begini ya?? Kata teman buatnya gampang, apa mungkin karena dia sudah ahli kali ya, pikir saya. Saya sudah membeli banyak bahan, tak mungkin bahan-bahan itu dibiarkan mengendap bagitu saja di dapur. Ya sudah, berbekal nekat dan Bismillah, saya coba membuat donat kentang yang judulnya AYTASTM (Apapun Yang Terjadi Asalkan Saya Tetap Mencoba). Terserah mau gagal atau tidak, yang penting coba dulu, never try never know, kan.
Untuk resep donatnya saya comot di sini. Saya mempersiapkan segala bahan-bahan dan alat yang diperlukan. Berhubung saya anak kostan, saya memakai alat-alat seadanya saja yang ada di kost,hehehe.
Bahan-bahannya ini..

Minggu, 10 November 2013

Bahagia Itu Ini ^.^

Saya baru tahu dan baru benar-benar sadar bahwa anak kecil tidak boleh diberikan janji, karena sampai kapanpun dia akan mengingatnya dan terus menagihnya sampai janji itu kita tepati. Seperti beberapa hari yang lalu, saya keceplosan berjanji 
"Ibu Guru akan ajak semuanya ke pantai hari ini, asalkan tidak boleh ribut dan ganggu temannya di kelas selama kegiatan." 
Ternyata kata-kata itu mereka ingat, alhasil sepulang sekolah mereka merengek meminta saya mengajak mereka ke pantai. Janji-janji, kau begitu mematikan rupanya. Bagi seorang anak kecil, janji adalah suatu yang sakral yang harus tertepati, tetapi bagi orang dewasa janji adalah sekeping janji yang entah bagaimana akan tertepati. Saya harus banyak belajar tentang cara menepati janji dengan anak-anak itu. 
Jadilah pagi itu saya bermain-main di pantai bersama anak-anak. Lihatlah muka mereka, penuh dengan raut kebahagiaan, seolah ini adalah kali pertama bagi mereka bermain di pantai. Ini memang kali pertama mereka dengan gurunya sih, hehe. Kalau melihat senyum mengembang mereka, rasa sayang itu semakin tumbuh, mengembang, besar, dan tak ingin melepaskan mereka. Bahagia bagi mereka juga sederhana, tidak perlu mainan mewah, atau gadget mahal, semua itu tidak perlu, cukup dengan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya dengan alat permainan sederhana itu sudah cukup.  Bisa tertawa bebas tanpa memikirkan nantinya sepulang dari pantai akan kena omel Ibu di rumah karena bajunya yang kotor. Terkadang orang dewasa juga perlu menjadi anak kecil sekali waktu untuk bisa meresakan bahagia bebas tanpa memikirkan beban yang ada. Hanya tertawa lepas, dan bebas. Saya begitu menikmati waktu saya dengan mereka, berbasah-basahan di pantai tanpa takut kotor.
 
Liat air langsung nyebur, kayaknya mereka harus mengajari saya berenang. Sumpah saya katro dalam urusan satu ini -_-
Sensor yah,hehehe
Setelah hampir satu tahun berkecimpung di kampung nelayan, ini untuk pertama kalinya saya bermain-main di pantai tsunami. Ternyata  pantai tsunami ini bagus juga lho. Gambar di atas itu adalah aliran sungai yang akan menuju ke laut, airnya tawar bukan payau. Makanya anak-anak itu tidak bosan-bosannya mandi di sana, walaupun kotor airnya tetapi tetep aja asyik main-main.
Saya sangat bahagia bisa bermain-main dengan mereka, mereka mengajari saya banyak hal, terutama pada janji yang harus tertepati ^_^

Rabu, 06 November 2013

Semoga Istiqomah

Awal Januari yang lalu, kami sempat pesimis, bisa nggak ya program ini berjalan. Ide yang datang tiba-tiba, hanya dengan satu semangat yang menggebu-gebu yaitu ingin membangun negeri dengan cara kami masing-masing. Saya dengan minat dibidang pendidikan dan ingin semua anak-anak negeri bisa mengenyam pendidikan yang layak tanpa takut biaya tinggi. Rizal yang bergelut dengan hukum selalu merasa gerah jika melihat anak-anak terkena kasus pelecehan seksual, kekerasan anak, trafikking, dll. Kami sempat berfikir bahwa sekolah ini tidak akan berjalan lama, hanya beberapa bulan pasti akan sepi. Tetapi ternyata tidak, anak-anaknya selalu rajin bersekolah, pengajarnya walaupun tanpa gaji tetap mengajar, ada yang di PAUD, TPQ. Entah hal gila apa yang mereka pikirkan sehingga mau bertahan di sini, terlalu gila untuk bisa melihat negeri ini baik dan bangkit dari keterpurukannya, terlalu gila untuk mencerdaskan anak bangsa. Sekarang sudah 11 bulan kami berjalan, semoga tetap selamanya.
Tidak banyak doa saya, semoga kami tetap istiqomah dengan semangat kami, semoga kami tetap gila untuk itu.
PAUD Merah Putih
 Mataram Mengajar Keep spirit kawan-kawan :D
Anak-anak hebat kami

Selasa, 05 November 2013

Gas Ijo dan Uang 20 Ribu


Gas Ijo dan uang 20 ribu
Ini adalah perenungan ke sekian kali saya tentang hidup, bahwa memang hidup itu tidak gampang. Hidup ini hanyalah aktivitas menunggu kematian. Maka sewajarnya hidup ini digunakan untuk hal yang bermanfaat. Karena tidak ada lagi akhir dari hidup ini, selain mati.
Prolog saya terkesan tidak nyambung dengan apa yang akan saya ceritakan kali ini, tetapi masih berhubungan dengan hidup dan perjuangan itu. Mungkin bagi orang yang serba berkecukupan, uang sepuluh ribu, atau dua puluh ribu itu tidak ada artinya, serasa cukup untuk bayar di WC Umum. Tetapi bagi orang hidupnya jauh di bawah kata berkecukupan, uang sebesar itu sangat berarti. Saya jadi teringat drama korea yang berjudul "The Moon That Embraces The Sun", ketika sang raja bertanya kepada seorang anak, seberapa berharganya dia jika dibandingkan uang 10 keping atau 100 keping. Anak itu menjawab 10 keping, sang raja langsung kaget, betapa rendahnya harga yang dimilikinya, tetapi dengan bijak sang anak berkata "Bagi orang miskin uang 10 keping ini sangat berharga, bahkan dibandingkan nyawanya sendiri, begitu pula dengan sang raja. Jadi, tetaplah arif sebagai raja itu". Sederhana bukan???