Minggu, 28 Juni 2015

Jurang Setan: Keindahannya Tidak Seseram Namanya



Pantai Jurang Setan
Pantai Jurang Setan
Setelah dari Istana Karang, Bang Chris mengajak kita semua snorkeling ke Jurang Setan. Mendengar namanya saya langsung bergidik ngeri, jurang setan? Jurang Setan ini adalah nama tempat di Desa Beringin Jaya, Kecamatan Pekat, Dompu. Letaknya tidak jauh dari Desa Calabai. Saya tidak tahu kenapa pantainya dinamakan Jurang Setan, mungkin karena diatas pantai ini ada tebing jalan yang lumayan ngeri sehingga disebut jurang setan, mungkin.
Matahari sedang terik-teriknya ketika kita tiba di Pantai Jurang Setan. Pantai berpasir hitam ini sangat sepi dari pengunjung, hanya ada beberapa anak muda yang sedang bermain-main di sana. Tidak jauh dari pantai itu ada aliran sungai air tawar yang sangat dingin, kontras dengan cuaca dan kedinginan airnya. Kata Bang Chris juga tidak jauh dari aliran sungai itu, tepat di bawah tebing Jurang Setan ada sebuah goa dengan lorong yang lumayan panjang dengan aliran sungai kecil didalamnya. Dari Pantai Jurang Setan, kita hanya berenang beberapa menit saja untuk menuju ke spot snorkelingnya, tidak perlu naik kapal seperti snorkeling kita yang pertama. Snorkeling di pantai ini bisa jadi alternatif pengobat rindu bermain dengan ikan-ikan, jika tidak bisa snorkeling di Istana Karang yang mengharuskan menyewa kapal. Letaknya pun tidak susah ditemui, tidak jauh dari pusat desa, jadi bisa dikunjungi setiap saat.
Yuhuuu, its time to snorkeling again.
Hari ini benar-benar surga bagi saya. Main sepuasnya bersama ikan-ikan. Terik yang begitu menyengat kulit tidak terasa ketika menceburkan diri kedalam laut. Adem. Berenang kesana kemari, say hello dengan ikan-ikan yang cantik. 
Karang di Jurang Setan

Sabtu, 27 Juni 2015

Berkunjung Ke Istana Karang Teluk Saleh

menuju lokasi snorkeling


Bicara tentang laut maka kita akan dihadapkan pada kegiatan asyik nan menyenangkan, yaitu snorkeling. Saya paling suka ini. Tujuan ke Calabai juga untuk itu, main-main bersama ikan cantiknya. Dari Pelabuhan Calabai kita bisa menyewa kapal milik nelayan untuk menuju spot-spot snorkeling bagus di sana. Laut Calabai, masuk ke dalam perairan Teluk Saleh, yang selama ini dikenal sebagai aquarium raksasa dunia. Ikan yang beraneka ragam, karang-karang yang cantik bisa kita temui disini.
“Spot snorkeling yang paling bagus itu ada di Istana Karang. Karangnya beraneka ragam, saya yakin ketika kesana kalian tidak bisa move on dari laut, ndak mau pulang.” Ehm promosi Bang Chris sedari tadi tidak ada habisnya tentang keindahan bawah laut Calabai semakin membuat tak sabar untuk say hello sama ikan-ikan itu. 
siap siap snorkeling

Kamis, 25 Juni 2015

Selamat Pagi Calabai



pelabuhan calabai
Semalaman menaklukan jalan Sumbawa-Dompu cukup membuat badan sakit tak karuan. Ibu sudah mengingatkan saya, kalau perjalanan Sumbawa-Dompu itu bukan perjalanan yang mudah, walaupun jalannya sudah bagus, tetapi jaraknya yang sangat jauh cukup membuat kelelahan. Dan benar saja, pukul 16.30 Wita meninggalkan Kota Sumbawa, baru tiba di Calabai-Dompu pukul 00.30 Wita. Bayangkan saja berapa jam waktu yang kita habiskan diperjalanan. Badan seperti mati rasa, pegal disana-sini. 
Tetapi memang untuk menikmati suatu keindahan memang butuh perjuangan, hahaha
Lets go adventure guys...
Gunung Tambora
Selamat Pagi Calabai
Calabai terletak di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, NTB. Selama ini Calabai dikenal sebagai gerbang masuk menuju Pulau Satonda dan Pulau Moyo. Bagi yang mau ke dua pulau eksotis itu bisa melalui Pelabuhan Calabai, menggunakan kapal boat milik warga. Tidak hanya itu, letaknya yang tepat berada di bawah kaki Gunung Tambora menjadikannya berhawa sejuk, tidak seperti daerah-daerah lain di Dompu (Pulau Sumbawa) yang panas. Airnya pun sangat dingin, mandi pagi dijamin menggigil. Pada pagi hari kita bisa menyaksikan keindahan matahari terbit tepat di atas Gunung Tambora. Di bagian baratnya lautan biru Teluk Saleh terhampar luas dengan Pulau Moyo dan Pulau Satonda yang terpajang di depannya. Ah memang tidak rugi saya menempuh perjalanan yang melelahkan ini, karena semua akan terbayar lunas dengan keindahan Calabai yang memikat mata dan hati.
“Cari kopi yuk. Kita ngopi di Pelabuhan Calabai, asyik ngopi pagi-pagi disana.” Seorang teman menawarkan. Ide yang bagus. Perut sedari tadi kembung, efek angin yang semalaman bebas masuk semaunya. Mungkin segelas kopi hangat bisa membuat perut sedikit membaik. Tepat di depan gapura Pelabuhan Calabai ada sebuah warung kecil yang sangat sederhana. Disitulah kami mampir sejenak, sembari menikmati pagi dengan segelas kopi panas.
Disekitar pelabuhan terlihat kesibukan para nelayan yang menebarkan jalanya, beberapa warga lainnya juga tak mau kalah mencoba peruntungan mendapatkan ikan dengan memancing. Di satu sudut lainnya anak-anak kecil berlarian kesana kemari, bermain bersama teman sebayanya.

Rabu, 24 Juni 2015

Karena Selfie di Bendungan Mamak itu Menyenangkan


Bendungan Mamak
Bendungan Mamak, merupakan satu dari banyak bendungan yang ada di Sumbawa. Bendungan ini terletak di Desa Mamak, Kecamatan Lopok, Sumbawa. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di bendungan ini, hanya 45 menit dari pusat kota Sumbawa. Jalannya pun sudah beraspal mulus, hanya di beberapa titik saja jalannya berlubang. Sepanjang perjalanan kita akan dimanjakan oleh hijaunya persawahan penduduk. Bendungan Mamak ini sangat familiar di telinga warga Sumbawa. Selain fungsinya sebagai pusat irigasi sawah-sawah di Sumbawa, bendungan ini juga menjadi tempat mancing favorit warga. Hampir setiap hari, bendungan ini selalu ramai dikunjungi oleh para pemancing, tidak hanya berasal dari warga desa sekitar bendungan tetapi juga daerah-daerah di dalam kota Sumbawa. Nelayan ikan air tawar juga banyak ditemukan disini. Perahu mereka berjejer rapi disepanjang bendungan. Bagi warga yang ingin membeli ikan tanpa mau bersusah payah memancing, bisa membeli ikan melalui nelayan-nelayan yang ada di bendungan ini 
perahun nelayan

Selasa, 23 Juni 2015

Satu Hari di Bulan Juni Bersama Tulus


Tulus, keceeeeeeenya mengalihkan duniaku :D


“Ada semangat yang Baru di Satu Hari di Bulan Juni di kota tanpa Gajah ini, kota dimana aku pernah Jatuh Cinta dengan tulus bersama seseorang walaupun itu hanya Kisah Sebentar dan Boomerang bagiku, tetapi aku masih berharap dia akan menjadi Teman Hidup. Apakah itu Sewindu atau harus menunggu 1000 Tahun Lamanya lagi, aku berharap takdir kita tidak menjadikan kita bernasib seperti  Sepatu, yang selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Jika memang takdir itu iya untuk kita,  Jangan Cintai Aku Apa Adanya ya, cintai aku dengan cara yang spesial, dengan caramu.”

Satu lagi bonus perjalanan yang saya dapatkan ketika berkunjung ke Mataram kali ini. Bisa menonton konser Tulus. Ketika mengunjungi Pantai Ampenan kemarin ada seorang pemuda yang memberikan selebaran famplet konser Tulus di Halaman TVRI NTB. Konser Tulus yang telah diberitahu Kak Ade jauh hari sebelumnya, tetapi dengan setengah hati saya percaya, maklumlah Kak Ade suka iseng ngerjain saya, hahaha. Tetapi famplet yang saya dapatkan sore itu membuat saya melayang. Akhirnya, Tulus. Saya bisa juga menonton konser kece itu secara langsung. Konsernya hari Minggu 7 Juni 2015 pukul 20.00 Wita di acara launching Honda Scoopy yang berjudul “Honda Smart Adventure”. Yeay, kapan lagi saya bisa melihat Tulus secara langsung. 
konser Tulus di Halaman TVRI NTB, Mataram

Kamis, 18 Juni 2015

Mantar: Desa Kecil Nan Cantik di Atas Poto Tano



Mantar di pagi hari
Siang itu saya mendapatkan telepon dari Bang Jhony, seorang teman di Adventurous Sumbawa. Beliau memberitahukan bahwa ada volunteer dari Taiwan yang ingin memberikan bantuan peralatan sekolah kepada anak-anak di Desa Mantar dan Bang Jhony ingin saya ikut serta juga untuk membantu disana nanti. Mendengar tawaran itu, saya langsung tertarik dan buru-buru mengiyakan. Pak Rektor UTS juga langsung setuju memberikan izin ketika saya memberikahukan alasan saya untuk tidak masuk kerja beberapa hari dikampus.
“Iya Lulu, tidak apa-apa. Kegiatan itu bagus sekali untuk kamu.” Izin dari Pak Rektor itu membuat saya bahagia, serasa ingin terbang melayang. Dari dulu Mantar telah masuk ke dalam wish list perjalanan saya. Saya tidak menyangka bahwa wish list itu bisa  di-check list secepat mungkin, diluar dugaan saya sebelumnya. Kerja sosial sambil jalan-jalan, asyik.
Pukul 19.00 Wita kita telah tiba di Seteluk (3 jam perjalanan dari Sumbawa, dan hanya 30 menit jika dari Poto Tano). Dari Seteluk ini kita bisa menyewa Ranger, alat transportasi publik yang berbentuk mobil bak terbuka yang biasa digunakan warga untuk menuju Mantar.  Karena kemalaman tiba di lokasi, semua Ranger yang menuju ke Desa Mantar sudah tidak ada. Salah seorang teman yang juga warga Seteluk menyarankan untuk menyewa Ranger, yang  tentu saja harganya dua kali lipat dari harga biasanya.
“Kalau menggunakan motor, amankah?” Bang Jhony bertanya kepada warga setempat.
“Aman sih Pak, cuma motornya harus menggunakan motor gigi, soalnya jalan itu akan menanjak terus. Dan jalannya juga banyak batuan lepas. Kalau mau, bisa juga sewa tukang ojek untuk mengantarkan kesana.”
Bang Jhony berdiskusi dengan kita semua. Dari empat motor yang kita gunakan, hanya ada dua motor yang tidak memungkinkan jika digunakan untuk naik ke Mantar. Solusinya adalah menyewa tukang ojek yang merupakan warga setempat yang telah terbiasa naik ke Mantar. Jalannya yang merupakan batuan lepas dan tanjakan yang cukup ekstrim membuat kita tidak berani untuk mengambil resiko menggunakan motor yang bermasalah.
Suara raungan gas motor terdengar begitu menyakitkan ketika mulai melewati tanjakan pertama Mantar. Kata warga, ini pertama kalinya ada orang luar yang nekat naik ke Mantar malam-malam begini tanpa menggunakan public transport (Ranger). Kesulitan semakin terasa ketika batuan lepas yang mengiringi sepanjang jalan Mantar membuat ban belakang motor ngepot, penumpang pun harus rela turun dari atas motor untuk menjaga keselamatan. Dingin yang semulanya begitu menggigit tulang jadi berganti dengan keringat yang mengucur deras karena harus menaiki tanjakan maut Mantar itu.

Kamis, 11 Juni 2015

Pantai Ampenan Sore Itu


lapak pantai ampenan

Semenjak pertama kali merantau, menginjakkan kaki di Mataram lima tahun yang lalu, tempat pertama yang ingin saya kunjungi adalah Ampenan. Alasannya sederhana, karena penasaran tentang rupa Ampenan yang selalu diceritakan guru sejarah saya semasa SMA, tentang kejayaannya sebagai kota niaga zaman dahulu kala. Ketika memasuki Ampenan kita akan dimanjakan dengan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur gaya barat zaman dahulu kala yang pernah menjadi saksi betapa maju dan mahsyurnya Ampenan saat itu. Tauke Cina dan juragan Arab juga banyak terlihat berdagang disekitar bangunan tua itu menjadi bukti akulturasi budaya yang datang dari berbagai penjuru dunia yang kemudian menyatu dan berkumpul di Ampenan. Masuk menuju pelabuhan, bangunan-bangunan tua yang dulunya lebih terlihat seperti bangunan angker yang mengerikan sekarang dikemas menjadi lebih menarik, bangunannya di cat warna-warni. Katanya supaya lebih menarik minat wisatawan, karena  Ampenan akan dijadikan ikon wisata kota tua di Lombok. Di sepanjang Pantai Ampenan juga telah dibangun lapak-lapak permanen bagi para pedagang kaki lima yang berjualan disekitar pantai. Pemerintah telah memberikan porsi perhatiannya secara lebih kepada Ampenan, tidak seperti beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali kesini, Ampenan benar-benar tak terurus.  
sisa sisa kayu pelabuhan ampenan dahulu kala

jejeran perahu nelayan di pantai ampenan

Unpredictable Moment Perjalanan Sumbawa Lombok Kali Ini



pelabuhan kayangan lombok di waktu malam
Kalau boleh jujur saya adalah orang yang paling suka ‘galau’ ketika hendak melakukan perjalanan jauh keluar kota. Pertama, saya susah mendapatkan izin Ibu yang horornya melebihi izin kantor, dan kedua saya paling malas untuk packing (semua barang dilemari maunya saya angkut, padahal pergi hanya beberapa hari). Tetapi undangan nikahan teman kantor ke Lombok pada Minggu ini sangat berat untuk tidak dihadiri, selain karena dia merupakan teman seruangan a.k.a bos di kantor, dia juga teman semasa kuliah, yah jadinya tidak enak saja jika tidak menghadiri momen sakralnya itu.
“Bu, boleh saya ke Lombok minggu ini?? Nikahan teman.”
“Jam berapa berangkat? Sama siapa aja? Motoran? SIM-mu kan mati.” Pertanyaan beruntun Ibu yang membuat saya shock sebelum mengambil hatinya untuk diberikan izin. Nasib anak gadis yang memang tidak gampang untuk bisa kemana-mana semau hati.
“Sama temen kantor, Bu. Iya kita motoran semua, biar gampang nanti ke acara nikahannya.” Alasan dari A sampai Z saya keluarkan untuk bisa ‘diiyakan’ Ibu.
 “Iya boleh berangkat, tapi siang jalan dari Sumbawa biar ndak kemalaman.”
Ingin rasanya teriak jingkrak-jingkrak mendengar izin dari Ibu itu. Malam itu juga saya packing semua barang yang saya butuhkan, bongkar-bongkar lemari, memilih dan memilah mana yang harus dibawa dan mana yang tidak. Menghadiri nikahan sekaligus jalan-jalan ke Lombok, asyik.
Ngaret 2,5 Jam
Jum’at 5 Juni 14.30 Wita
Lagi dimana? Saya sudah dirumahnya ini.
Bunyi sms saya kepada Melda, teman kantor yang akan berangkat bersama ke Lombok siang ini. Dalam hati saya sudah membatin pasti akan ngaret jalannya. Jam segini saja belum ada satu pun teman yang muncul. Ibu sedari tadi sudah menelepon menanyakan apakah saya sudah jalan atau belum. Satu jam berlalu tanpa kepastian keberangkatan yang jelas. Satu orang teman lagi yang harus ditunggu, karena ada beberapa ‘kejadian’ mendadak yang membuat dia lama meninggalkan rumah. Kalau menggunakan travel, tidak masalah mau berangkat kapan pun ke Mataram, tetapi ini menggunakan motor, sangat rawan jika melakukan perjalanan malam-malam, khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diperjalanan nanti, semisal ban motor pecah, kehabisan bensin atau yang lebih parah ketemu pembegal, kan bisa gawat itu, apalagi yang berangkat semua adalah perempuan. Adzan ashar sudah berkumandang, Ibu pun semakin gencar menelepon saya, dengan amat sangat terpaksa saya mengatakan bahwa saya sudah diperjalanan. Khawatir jika Ibu mengetahui jika sesore ini saya masih di Sumbawa, izin berangkat ke Lombok akan dicabut kembali. Ibu, maafkan anakmu yang harus berbohong padamu.