Kamis, 28 Maret 2024

Maras Rena Nyaman Ate: Catatan Petualangan di Sumbawa



Kata Ibu, saya lahir di bulan Ramadhan. Saat bulan buntar, ketika bulan bersinar dengan begitu indahnya. Itu pula yang membuat, 'Wulandari' tersemat di belakang nama saya. Doa dari kedua orang tua yang berwujud nama, dengan harapan anaknya bisa menjadi mutiara yang bersinar seperti bulan purnama.

Bodohnya. Saya tidak percaya kata Ibu. Bagaimana bisa Ramadhan ada di awal tahun. Menurut ingatan masa kecil saya, Ramadhan selalu dimulai pada pertengahan atau akhir tahun. Jangan-jangan Ibu mengarang demi meromantisasi cerita kelahiran saya. 

15 Ramadhan. Bulan buntar tepat di atas depan mata. Saya teringat Ibu, dan cerita bulan buntar pada kelahiran saya.




Sama dengan ketidakpercayaan saya akan cerita Ibu tentang kelahiran saya, saya pun tidak percaya bahwa buku ini akan terbit. Setelah perjalanan panjang dengan semua orang di dalamnya, dan penantian yang tidak sebentar, buku ini pun lahir. Tepat di hari kelahiran saya. Ketika bulan purnama bersinar dengan begitu indahnya. "Maras Rena Nyaman Ate", dengan harapan mereka yang membaca bisa mendapatkan perasaan 'maras' (seru, bahagia), dan nyaman ate (menenangkan hati).

Buku ini berisi catatan-catatan perjalanan yang pernah saya lakukan selama menjelajah ke daerah-daerah yang ada di Sumbawa bersama Bang Fathul Rakhman. Ada perjalanan yang dilakukan bersama komunitas, dan ada juga perjalanan pribadi. Keinginan untuk menerbitkan buku ini muncul ketika pandemi kemarin. Bang Fathul yang terlebih dahulu menghubungi saya, katanya beliau ingin menerbitkan catatan perjalanan yang pernah kita lakukan dalam satu buku. Saya bahagia sekali ketika mendengar itu. Impian saya dari dulu, saya harus bisa menerbitkan buku walau hanya satu seumur hidup. 

Definisi 'Tuhan Tahu, tapi Mendengar', itu ternyata benar adanya. Setelah sekian lama, akhirnya buku ini bisa terbit. Terbitnya di saat saya sudah lupa bahwa saya pernah bermimpi tentang itu. 

Tulisan di dalam buku ini adalah tulisan dari perjalanan yang dilakukan dalam rentang waktu 2014-2019 yang lalu. Ada banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam waktu 5 tahun ini. Tetapi justru di sanalah letak keunikan buku ini, pembaca bisa membandingkan kondisi yang dulu dengan yang sekarang, karena mau disangkal atau tidak, perubahan itu niscaya adanya. Semoga buku ini bisa menjadi catatan sejarah tentang perubahan yang terjadi di Sumbawa selama beberapa tahun ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^