Minggu, 28 Mei 2023

Kapan Nikah?

 

Handbouquet crochet flower yang saya rajut di @anakpapabandy.craft

"Kapan nikah?" Tanya seorang Bibi yang rumahnya cuma sepelemparan batu dari rumah saya, yang kalau misalnya Ibu masak, baunya pasti sudah langsung tercium ke rumahnya, yang kalau ada berita apapun sudah pasti akan sampai ke telinga beliau tanpa harus saya koar-koar. Jadi kalau semisal tidak ada berita apapun tentang pernikahan, itu artinya memang belum.

"Kenapa?" Tanya saya kembali. "Bibi mau kasi sumbangan apa untuk nikahan saya, biar saya kasih tahu kapan tanggal saya menikah."

"Ya ndak gitu, biar kita doain."

"Ya sudah doakan saja, ndak usah nanya-nanya, kecuali Bibi mau ngasih saya sumbangan buat pernikahan saya, biar saya kasih tahu tanggalnya. Karena biaya catering, dan dekor lumayan mahal, biar Bibi nabung dari sekarang untuk sumbangan nikahan saya." Opor yang tadinya terlihat begitu enak, tiba-tiba langsung hambar. Di usia yang sudah menginjak kepala tiga, pertanyaan "kapan nikah?" itu seperti bom yang siap meledak kapan saja. Nyalakan saja sumbunya dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dan "dhuaaar" bomnya langsung meledak tanpa butuh aba-aba sebelumnya.

Ada satu basa-basi busuk yang akan membuat silaturahmi yang harusnya berjalan begitu penuh sukacita menjadi rusak seketika, yaitu mengeluarkan pertanyaan "kapan ini, kapan itu". Sampai saat ini saya masih belum mengerti apa faedah sebenarnya orang bertanya "Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan ini kapan itu?". Kalau cuma untuk memberi makan rasa penasaran, atau cuma kehabisan topik pembicaraan, mending diam saja di pojokan sambil menghabiskan stoples nastar atau sambil scroll tiktok. Ada banyak topik pembicaraan yang harus dibahas dan membuat kumpul-kumpul jadi asyik, seperti membahas teori konspirasi bumi bulat atau datar, kapan one piece akan tamat, kapan bumi akan diinvasi oleh alien, benarkah covid 19 hanyalah konspirasi, atau benarkah monyet adalah nenek moyang manusia. Ada banyak topik seru, tetapi kenapa harus pertanyaan "kapan nikah?" itu yang selalu menjadi awal pembicaraan. 

"Kamu sih pilih-pilih makanya ndak nikah-nikah."

Hah?? Apa yang salah dengan pilih-pilih? Untuk memutuskan membeli baju saja, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memilih. Apakah warnanya sesuai, apakah ukurannya pas di badan, harganya sesuai tidak dengan budget yang ada, apakah modelnya adalah model yang kita suka. Ada banyak pertimbangan yang menjadi patokan keputusan, apakah baju itu jadi dibeli atau tidak. Sayangnya memilih pasangan jauh lebih complicated daripada memilih baju. Baju yang salah bisa ditukar kembali ke tokonya, tetapi salah pilih pasangan tidak bisa membuat kita ujug-ujug datang ke orang tuanya lalu mengembalikannya. 

"Pak, Bu, maaf saya tidak cocok dengan anaknya. Ini ya, saya kembalikan." 

Menikah itu adalah hal yang mudah, yang tidak mudah adalah mencari seseorang yang jika bersama dia, kita tidak akan menyesali pernikahan itu, yang kalau bersama dia, mau sejauh apapun perjalanannya pasti akan terasa menyenangkan, yang ketika motor macet di perjalanan, kita bisa mendorongnya bersama-sama sambil menyanyi lagu Sheila on 7, daripada harus saling menyalahkan. Pernikahan itu ibarat berada dalam satu perjalanan panjang, bayangkan jika di perjalanan itu kamu bersama dengan orang yang tidak menyenangkan, tidak satu frekuensi, jangankan utuk bisa sampai finish, baru start saja pasti sudah terasa melelahkan. Tapi bayangkan jika teman perjalananmu adalah orang yang asyik, mau diajak kemanapun juga tidak akan masalah. Karena kita yakin, dengannya perjalanan akan selalu menyenangkan. Pasangan  adalah seseorang yang kita butuhkan, seseorang yang tepat untuk menjadi teman perjalanan hidup selamanya. Jangan sampai grasak-grusuk, lalu salah mengambil langkah. Bukannya sampai tujuan, malah bisa nyasar entah di mana. 

"Santai sekali kayaknya, umur segini belum nikah-nikah."

Jadi apa yang diekspektasikan untuk dilakukan perempuan yang belum menikah? Glesor di tanah sambil nangis-nangis macam anak kecil yang tidak diberikan permen oleh Ibunya. Atau setiap hari pasang status galau di sosmed. 

Seperti berada di ruang tunggu di Bandara. Kita tidak pernah tahu apakah pesawatnya akan delay, berangkat tepat waktu atau mungkin ditunda penerbangannya. Tetapi satu yang pasti, pesawatnya akan tetap berangkat jika sudah tiba waktunya. Dalam proses menunggu itu pasti ada rasa kesal, jenuh, harap-harap cemas, tetapi ya mau bagaimana, kita tidak punya pilihan selain menunggu. Sambil menunggu, kita mungkin bisa baca buku, merajut, nonton netflix atau apapun yang membuat menunggu tidak terasa membosankan. Kita semua punya cara masing-masing untuk membuat waktu menunggu menjadi tidak membosankan, tetapi tidak dengan cara menampilkan kegalauan di semua lini sosial media. 

"Kalau nikahnya lama, nanti susah punya anak."

Ada teman saya yang menikah di umur 23 tahun, saat organ reproduksinya sangat subur-suburnya, tetapi sampai usianya mendekati kepala empat, dia belum dikaruniai keturunan. Ada teman saya yang menikah di usia 45 tahun yang  katanya sudah susah bagi perempuan untuk hamil, tetapi tidak sampai satu tahun pernikahan, dia sudah hamil, melahirkan normal lagi.  Ada juga tetangga saya yang menikahnya lebih dahulu dari Ibu saya, tetapi baru punya anak ketika saya sudah kelas 3 SMA. 

Rejeki, jodoh, maut, palunya ada di tangan Allah. Bunga akan mekar pada waktu yang ditentukan, tidak lambat, tidak pula cepat. Siapa kita yang bisa mendikte Allah, meminta disegerakan sesuai waktu yang kita inginkan, padahal Allah adalah penulis skenario hidup ini. Allah yang tahu apa yang terbaik dalam hidup. Siapa tau ada keberkahan dibalik lamanya menikah. Mungkin Allah meminta kita untuk bisa lebih lama berbakti, menghabiskan waktu bersama orang tua, sebelum nantinya menikah. Atau Allah meminta kita untuk memantaskan diri dari segi ilmu, dan banyak hal lainnya. Allah yang Maha Tahu atas segalanya, manusia tidak tahu apa-apa. 

Ramadhan baru saja selesai. Yuk kita pererat silaturahmi tanpa harus mengeluarkan basa-basi busuk :)


NB:

Tulisan yang selesai ditulis ketika takbir kemenangan menggema di masjid.

21 komentar:

  1. Nah ini betul banget..pertanyaan basa basi yg basi beneran..kadang yg nanya ga mikir ...apa kita siap apa enggak dengann jawabannya...kalo lagi ngumpul rame" suka nanya dan kepo,maksudnya baik cuman ga liat sikon, namnya nikah rezeki,maut jodoh udh di atur .memang kita juga usaha,..tapi semua balik lgi PD yg di atas, lagian nikah bukan sebuah ajang perlombaan siapa cepat dia dapat,gak gitu juga konsepnya,ntar darinpada ikut"an temen yg nikah cepet nyesel sednri akhirnya..tapi kalo udh siap ya udah teruskan..kita hanya berusaha aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sekali mbak. Nikah itu kayak jodoh, maut, takdir, yang palunya gak ada di tangan manusia. Sekuat apapun kita berusaha, kalau Allah bilang belum ya belum 😭

      Hapus
  2. Hahaha benar banget. Di skakmat saja kayak gitu, nanyain terus kapan nikah, emang nikah gampang apa.🤣

    Nanti sudah nikah ditanyakan lagi, kapan punya anak.
    Udah punya anak ditanya lagi, kapan punya rumah dst...😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mas Agus. Pertanyaannya gak ada habis2nya. Saya bingung apa sih faedahnya menanyakan hal yang sangat privasi gitu. Perhatian kagak, kepo iyaa hehehe

      Hapus
  3. kapan kamu nikah?
    jawaban yang cepat & tepat yaitu "kalau engga sabtu ya minggu."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu juga jawaban saya gitu. Tapi lama2 makin annoying orang2. MasyaAllah 😂😭

      Hapus
  4. Bener banget mbk, pertanyaan macam itu sangat menyebalkan. Saya juga dulu ditanya gitu giliran udah nikah ditanya lagi, kapan punya anak? Kapan... Kapan.. Terus, jadi kesel saya tapi cuma saya bales pake senyum. Ya kan kita emang nggak tahu kapan rejeki itu datang. Dan perkara nikah itu emang nggak sepele, pasangan seumur hidup loh, masak carinya asal cari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah Mbak Tri. Pertanyaan2 itu kayak gak guna gitu lhooo. Dulu saya masih bisa jawabnya pake guyon, sekarang jadi suka judes jawabnya hahahaha

      Hapus
  5. Bisa dijawab: Doain aja ya Tante, semoga segera dapat jodoh yang cocok.
    Atau: Pasti tante diundanglah, kalau jodohnya sudah dapat.

    Memang sebenarnya maksudnya basa basi pertanyaan "Kapan Nikah" itu, cuma memang basa basi berselimut kepo kayak gini sepertinya sudah dianggap lumrah, namun sensitif bagi yang menerima pertanyaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maunya jawab kalem gitu mas, tapi di keluarga selalu ada satu tante yang keponya masyaAllah. Tiap ketemu, tiap ngumpul selalu hal yang sama yang ditanyakan, dibanding2kan sama si A si B. Hati yang harusnya bisa sabar jadi tiba2 emosi😭
      Nulisnya ini bener2 pas selesai ditanya gitu, jadi maafkan kalo berasa sangat menggebu2 ditulisannya 🙏

      Hapus
  6. Saya juga bingung, kenapa suka keluar pertanyaan "kapan nikah" atau kapan lainnya...maksudnya mungkin hanya basa-basi saja di awal pertemuan, tapi buat yang ditanya, bukan basa-basi malah menjadi semacam tekanan.
    Saya merasakan hal itu koq waktu dulu masih belum nikah...

    Harus sabar saja menghadapi pertanyaan macam itu Mbak. Segala sesuatunya sudah ada yang mengatur, termasuk masalah nikah tsb.

    Salam persahabatan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah Pak. Dulu sy masih bisa happy dan senyum-senyum saja tiap ada yang bertanya 'kapan nikah?' tapi lama2 capek juga 😅
      Yang bisa dilakukan sekarang ya cuma bersabar dan berdoa. Terimakasih nasehatnya ya Pak.

      Hapus
  7. Kadang, aku tuh mikir, orang2 yg suka nanya begini sebenernya mau cari ribut atau gimana ?? Dia tau ga pertanyaan gitu bisa menyinggung orang yg ditanya? Segitu ga ada nurani atau kenapa sih...

    THN lalu aku mudik ke Sibolga mba. Trus lanjut ke Sorkam, ketemu Ama Tante dari pihak papa. Bisa2nya dia nanya, kapan aku mau anak ketiga??? Punya 2 aja kepalaku udah pusing, disuruh 3 🤣🤣🤣. Dan nyuruhnya kayak maksa, dan dipertanyakan trus sepanjang aku di sana.

    Untung yaaa moodku lagi bagus. Krn kalo jelek, aku bisa aja jawab, ' oncu (arti: Tante) sendiri kapan mau punya anak. Kok malah adopsi??'

    Cuma aku ga sekurang ajar itu sih. Anak dia memang adopsi soalnya. Maksudku, coba seandainya dia dikasih pertanyaan gitu, apa ga sakit ati?? Trus malah nanya yg ga penting ke orang lain hal yg sama

    Makanya suka ga abis pikir Ama orang yg suka bener basa basi nyakitin hati 🥱😠

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah mba fanny, berasa nikah terus punya anak itu pencapaian hidup. Mereka gak usah nanya, kita yang ditanyakan pun penasaran dengan jawaban kapan itu. Basa basinya bener2 gak asyik sekarang 😮‍💨

      Hapus
  8. Kini menjadi pertanyaan yang sensitif ya
    Dulu mah hanya sekedar bosa-basi dan tak ada keseriusan . dan yang ditanya juga enjoy
    kini? wow seperti sebuah pertanyaan yang gimana gitu

    BalasHapus
  9. Keren² sanggahan yang menarik dan menohok sekali ... #setuju

    BalasHapus
  10. baru bangkit dari pertapaan, tetiba liat postingan kapan nikah. Waa... Ungkapan kejenuhan nih. Ini setipe dengan pertanyaan "kapan wisuda?" atau "Kapan punya anak, uda isi belum?" ya.. pertanyaan pertanyaan yang kadang bikin orang malas bertemu, bahkan malas reuni. Daku sepakat, banyak topik lain yang bisa dibahas dari sekedar rasa ingin tahu yang nggak ada follow up nya. Seperti pertanyaan yang bikin senang ini: Kapan kirim kue lagi Lu? hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooo kak gwen demi apa tetiba muncul lagi di dunia perblogan terus mampir di tulisan saya 😅😅😅
      Dikau apa kabar?
      Kuenya insyaAllah meluncur kapan-kapan ya kak hehee bila perlu nanti saya yang datang antar sekalian 😅😅😅

      Hapus
    2. di tunggu dooong. Iya Lu, daku kembali. hehehe

      Hapus

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^