Dalam Liang Dewa Foto by Bang Yudi Rusdian |
Blind Trip
“Minggu ini kita ada agenda susur gua, yang bertempat di
Labangka, kak.” Kata Subhan kepada saya malam itu. Ini akan menjadi petualangan menegangkan,
mengingat ini adalah yang pertama bagi saya. Yang pertama untuk menikmati
petualangan susur gua, dan yang pertama ikut dalam trip kawan-kawan di Adventurous Sumbawa. Saya tidak punya
ekspektasi apapun tentang perjalanan kali ini, yang ada dalam bayangan saya
hanyalah, saya bisa bertemu dan berpetualang dengan kawan-kawan AS yang selama
ini lebih banyak saya kenal melalui dunia maya a.k.a facebook, sebaik-baik
teman dunia maya, alangkah lebih baik jika bertemu di dunia nyata, bukan???
Info tentang Liang Dewa pun saya tidak begitu tahu, baik dari segi sejarahnya
atau tentang bentuk dari gua tersebut. Lets
get lost, lest go-lah, sambil menirukan gaya Ruben Onsu, hehehe.
Bertemu Kawan-kawan AS
untuk yang Pertama
Perasaan malu-malu kucing jelas sekali melanda perasaan saya
pada pagi itu. Suasana baru dan orang-orang baru, membuat saya mati gaya,
seakan di paksa beberapa saat untuk menjadi salah tingkah, tidak tahu mau
berbuat apa. Ingin rasanya menyapa dan say
“Ini Bang Takwa, ya??? Ini Bang Farhan, ya??? Salam kenal bang, saya Lulu.”
Kata-kata itu ada di ujung lidah, tak bisa terucap dan hanya senyum yang
canggung. Saya pemalu dalam hal ini, jujur.
Saya yakin kawan-kawan yang lain juga mengalami kebekuan yang sama
dengan saya, hanya membutuhkan seorang perantara untuk membuat suasana dingin
menjadi cair seketika. Keramahan langsung mendekap saya ketika Mbak Ely salah
satu kawan AS tersenyum dan mengajak saya bersalaman. Detik selanjutnya
berjalan seperti biasanya, normal, hanya membutuhkan waktu untuk kita saling
mengenal satu sama lain. Perjalanan ini akan membawa kita pada titik itu, tidak
perlu perkenalan yang formal, hanya perlu mengamati dalam bingkai
masing-masing.
Menuju Labangka
Sesuatu yang indah tidak bisa didapatkan dengan mudah, semua
butuh perjuangan, pun begitu dengan perjalanan kali ini. Perjalanan ke Labangka
membutuhkan waktu sekitar dua setengah jam dengan kecepatan yang biasa-biasa,
kita bukan pembalap ulung yang mesti berpacu dengan waktu, jadinya jalan mesti
santai saja, walaupun badan terasa pegal sebelum memulai petualangan yang
sesungguhnya. Jika lelah, ya istirahat.
Sampai di Plampang sekitar pukul 11.00 Wita, istirahat
sebentar di Kantor Camat Plampang, kemudian melanjutkan perjalanan ke Labangka.
Ada banyak canda tawa yang terjadi antar anggota, dan itu sangat bermanfaat
bagi saya yang notabene anggota baru untuk bisa berbaur bersama teman-teman
yang lain. Saya sangat suka keramahan teman-teman AS, mereka tidak segan untuk
menegur saya dan mengajak berbicara, kesan
canggung dan malu-malu kucing itu hilang seiring dengan meledaknya tawa
kita.
Labangka, ini kali kedua saya kemari setelah beberapa bulan
yang lalu bernarsis ria di pasir bermericanya yang eksotis. Kesan yang sama seperti
pertama kali saya kemari masih saya dapatkan, jalan menuju ke pantai dan goanya
masih jelek berbatu membuat kita mesti ekstra hati-hati dalam mengendarai
motor. Daerah ini belum dilirik oleh pemerintah setempat sebagai objek
pariwisata yang potensial, pantai di Labangka padahal tidak jauh berbeda dengan
pantai yang ada di Kuta Lombok, pasir bermerica yang khas, dan ombak yang
besar, seperti ciri khas pantai selatan lainnya. Ditambah lagi dengan
keberadaan Liang Dewa yang merupakan salah satu gua bersejarah yang ada disini.
Pertempuran Hati
Bang Takwa, Kapten Adventurous Sumbawa, memberikan pengarahan
kepada kami sebelum memasuki gua, beliau memberitahukan perlengkapan apa saja
yang harus kita bawa, tata cara ketika masuk ke dalam goa, dan banyak hal lainnya
yang mesti kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan ketika berada di dalam
goa.
Mendengarkan pengarahan dari sang kapten, Foto by Bang Yudi Rusdian |
Sekilas goa ini terlihat seperti tanah datar yang biasa .
Yang terlihat hanyalah tanah kosong, dengan karang-karang mati diatasnya, tapi
siapa yang sangka jika di dalamnya terdapat ruangan besar dengan sungai nan
indah. Goa Liang Dewa ini sangat unik, tidak seperti goa pada umumnya dengan
mulut goa yang menganga besar, tetapi goa ini sekilas terlihat seperti sarang
ular dengan jalan masuk yang sangat kecil. Saya pun ketika sampai lokasi saya
langsung mencari-cari dimana lokasi goanya, karena yang ada di dalam bayangan
saya adalah saya akan melihat mulut goa yang besar seperti goa yang sering saya
lihat di acara petualangan di TV, tetapi ini yang terlihat hanya tanah datar
kosong.
“Kita masuk ke dalam lubang itu ya???” Tanya saya kepada
salah satu teman AS. Dia mengangguk, iya. Serius kita akan masuk kesana?? Saya
mulai ragu, apakah saya akan masuk atau tidak, tapi sudah sejauh ini kalau
tidak masuk ke dalam goanya, perjalanan saya yang jauh akan menjadi sia-sia. Saya
juga sangat takut dengan kegelapan, bukannya takut yang phobia, tetapi pikiran saya suka mendadak mistis jika berada dalam
ruangan gelap, hal aneh sedikit saja saya sudah mengartikan itu dengan mistis
yang berlebihan. Saya juga tidak membawa senter, sandal gunung yang saya
gunakan juga hanya sandal gunung standar yang saya khawatirkan tidak bisa
melawan licin jalannya di dalam goa itu. Berbagai perasaan ragu sebagai bentuk
penolakan hati saya untuk berani masuk ke dalam goa itu, di sisi lain saya juga
tertantang untuk masuk kesana, kapan lagi kalau bukan sekarang??? Ah ini dilema
antara iya dan tidak yang membuat saya galau tingkat tinggi. Teman-teman yang
lain sudah siap dengan perlengkapannya, sedangkan saya masih bertempur dengan
hati, apakah akan masuk atau tidak.
“Sebelum masuk ke goa
mari kita berdoa, semoga kita selalu dilindungi oleh Allah Swt, berdoa
mulai!!!” Bang Takwa mengajak kami semua berdoa, kepala ditundukkan, kami mulai
berdoa memohon perlindungan kepada Sang Pemilik dunia ini. Ini waktunya untuk
melihat kebesaran Allah itu, bukankah perjalanan itu akan berujung pada melihat
kekuasaan Allah??? Mantapkan hati, aku pun memberanikan diri ikut masuk ke
dalam goa.
Liang Dewa, Gua Para Pertapa
Jalan masuk Liang Dewa |
Dalam bahasa Sumbawa, liang artinya lubang atau goa, jika diartikan bebas jadi
Liang Dewa adalah goa dewa. Goa ini juga penuh dengan cerita-cerita mistis, konon
katanya di goa ini pulalah banyak orang yang bertapa di dalamnya, mencari
sesuatu yang jauh dari nalar kita manusia pada umumnya. Goa ini jarang dimasuki
oleh orang, atau dengan kata lain goa ini belum dijadikan sebagai objek
pariwisata, jadinya sebelum kami semua masuk ada beberapa teman dengan warga
setempat yang menjadi guide kita yang masuk terlebih dahulu ke dalam goa untuk mengecek keamanannya,
dikhawatirkan di dalam ada ular atau hewan-hewan lainnya yang membahayakan kita
nantinya. Setelah dirasa aman, maka kami boleh menyusul masuk. Berpetualang
boleh saja, tapi safety first, jangan
sampai obsesi mengalahkan akal sehat kita.
Besar lubangnya kurang lebih 1 meter yang membuat kita mesti ekstra hati2 kalau masuk kedalamnya, foto by bang Farhan |
jalan masuk yang tak kurang dari 1 meter, foto by Bang Farhan |
jalan masuk yang sempit, foto by bang Yudistira |
Jalan yang
kita lewati adalah jalan dengan karang-karang
besar yang dibawahnya ada aliran air, terpeleset sedikit saja tanpa
pegangan yang mantap kita bisa langsung terjerembab ke dalam aliran sungai itu.
Itulah hal yang paling saya takutkan, makanya mesti kuat berpegangan dan saling
membantu satu sama lain agar tidak terjatuh. Disinilah letak kerjasama, tolong
menolong dan kebersamaan itu diuji. Beruntung kita semua bisa memasuki goa
dengan lancar, tanpa adanya insiden kecelakaan atau apapun.
Lampu yang tiba-tiba masuk menyinari goa kontan membuat
kelelawar yang sedang asyik dengan tidurnya bertebangan tak tentu arah. Bau
kotoran kelelawar langsung menyergap hidung. Baunya benar-benar menyengat. Ini
pengalaman pertama saya melihat kelelawar dengan mata kepala sendiri. Yang
membuat saya bergidik ngeri itu adalah ketika melihat sekumpulan anak kelelawar
yang menempel di atap goa, jumlahnya ratusan membuat badan langsung merinding
geli, seperti anak tikus yang menempel, kecil dan kenyal-kenyal.
Di dalam goa
itu ada satu ruangan besar dengan atap yang dipenuhi oleh sarang kelelawar,
tidak jauh dari ruangan besar itu ada kolam air payau (air laut yang masuk ke
dalam goa) yang bisa dijadikan sebagai tempat berendam. Airnya bening seperti kristal
yang memancarkan warna kehijauan alami yang menggoda untuk langsung berendam ke
dalamnya. Teman-teman melihat kolam air itu langsung kalap dan masuk
kedalamnya, menyegarkan tubuh yang gerah karena perjalanan ke dalam goa tadi.
Saya memilih untuk memegang kamera sambil mengabadikan tingkah teman-teman
saja, saya takut baju basah yang saya gunakan nanti bisa menghambat perjalanan
saya keluar goa nanti.
Liang Dewa, foto by Bang Yudi Rusdian |
aliran air yang membentuk sungai kecil yang terdapat di dalam goa |
Narsis mode on, hehehe |
Subhanallah, Maha Besar Allah yang telah menciptakan alam
yang menakjubkan seperti ini. Benar-benar tidak ada yang menyangka jika diatas
tanah datar kosong ini menyimpan keajaiban alam seperti ini. Memang benar kata seoarang teman, jika ingin
mencari pantai-pantai indah nan eksotis, maka Lombok bisa menjadi pilihan
tepat, tapi kalau mau mencari petualangan yang luar biasa, Sumbawa menjadi
pilihan paling tepat. Sumbawa penuh dengan sejarah dan petualangan hebatnya.
Keluar Goa
Semakin dalam memasuki goa semakin sedikit juga oksigen yang
kita dapatkan, jadi kita tidak bisa berlama-lama didalamnya. Kurang lebih satu
jam kita berada dalam goa, dan ini saatnya untuk keluar. Seperti pesan Bang
Takwa, apapun kejadian yang kita alami kita tidak boleh panik, apalagi
berteriak histeris, dikhawatirkan ketika berteriak bisa mengganggu hewan yang
tinggal didalamnya, karena dianggap menganggu kenyamanan mereka. Pengalaman
Bang Takwa yang lumayan banyak dalam susur gua menjadi ilmu baru bagi kami yang
awam ini. Saat keluar goa kita sempat bingung dengan jalan keluarnya, tak ada
cahaya matahari yang masuk membuat ruangan gelap gulita total dan tidak ada
penanda arah jalan keluar, membuat kita panik seketika, tetapi Bang Takwa menginstruksikan
agar tetap tenang. Pikiran mistis saya yang lumayan paranoid menganggap bahwa jalan keluar goa telah ditutup oleh
makhluk gaib, padahal tidak, jalan menurun ketika masuk goa tadi membuat kita
sedikit bingung, tetapi Alhamdulillah
Bang Takwa menemukan jalan keluarnya dengan segera yang membuat kita bernafas
lega dan kembali melanjutkan perjalanan keluar goa.
Perjalanan kali ini membuat saya lebih dekat dan mengenal
kawan-kawan AS yang baru saya temui beberapa jam, dan lebih dari itu perjalanan
ini membuka mata saya tentang kebesaran Allah yang nyata. Terimakasih atas
takdir indah-Mu yang mengizinkan aku tinggal di daerah nan menakjubkan ini,
Sumbawa.
Aaaaarrrggghhh,,,sayang bnget saya gk bisa ikutan ngebolang.. ;(
BalasHapushahahaha, coba ikhsan ikut pasti tambah seru lagi....
Hapus:D
yuk minggu ini kita trip lagi, tapi ga ke liang dewa... :D
Kalo ada saya pasti tambah heboh mba,,wkwkwk. :D
HapusKmna nih trip kita minggu ini??
hahahaha, ayo ikhsan ikut minggu ini.. kita mau ke air terjun pernek :D
HapusUdah bosan kesana,,hehe..
HapusTpi boleh juga. :D
ah ikhsan ga kece :P
HapusDulu sekali pernah susur goa, dan tulisan ini membawa keinginan untuk seperti itu lagi. Paling wow itu kalau sudah mematikan senter di dalam goa lalu mengheningkan cipta. Suhanallah..
BalasHapusiya ta mbak??? saya baru pertama kali susur gua dan itu rasanya amzing, pengen lagi dan lagi :D
Hapusklo k em k sumbawa lagi,,,kudu dan harus lulu temenin ke gua ni..mupeng..
BalasHapuskalo sama saya berdua, saya ga berani kak, mesti sama orang2 yang super berani nih yang bisa temenin kita kesini....
Hapus:D
tapi tenang, ntar kita hubungi temen2, sapatau ada yang mau ngeguide kita :D
waah, keren. banyak kelelawarnya... jadi pengen susr gua, tapi di mana, sama siapa? hehe
BalasHapusdimana sama siapanya ayoo dong ke SUmbawa, disini banyak goa yang bisa dieksplore :D
Hapus