camping ala ala di Tanjung Menangis |
Jam berapa pulang dari kampus??
Nanti habis dari sana langsung ke rumah Bang Ega ya.
Jangan lama-lama pulangnya nanti kita kemalaman
nyampenya.
Sms bertubi-tubi dari Putri yang membuat
saya tak konsentrasi menyelesaikan pekerjaan di kampus.
Iya.
Balas saya singkat.
Iya apanya ini? Aku sms panjang kamu jawabnya cuma ‘iya’?
Putri yang tak terima dengan singkatnya
jawaban saya membuatnya semakin cerewet meng-sms.
Bagaimana aku mau konsentrasi selesaikan kerjaan
kalau kamu sms terus.
Pesan
terakhir terkirim dan tak ada balasan lagi dari Putri. Terkadang perempuan itu
memang cerewetnya tanpa batas. Wajar saja dalam setiap buku-bukunya, Raditya
Dika selalu ingin ‘pura-pura mati’ jika dihadapkan pertanyaan seperti itu. Saya
juga ingin ‘pura-pura mati’, ‘pura-pura cuek’ dengan sms bertubi-tubi dari
Putri, tapi bukankah orang sabar itu enteng jodoh?? Hahahaha.
Bersahabat dekat dengan Putri delapan tahun cukup buat kita saling memahami
satu sama lain.
Akhir
pekan ini, kita sudah berencana untuk kemah di salah satu tempat eksotis di
Sumbawa. Tempat yang tidak terlalu jauh dari pusat kota tetapi memiliki
keindahan yang memikat hati. Tempat ini juga namanya lumayan mahsyur dalam
legenda rakyat Sumbawa; Tanjung Menangis. Konon katanya, pada zaman dahulu kala Tanjung ini menjadi tempat seorang Putri Sumbawa menangisi kepergian laki-laki yang telah
menyembuhkannya dari penyakit menahun yang bernama Kre Kure (penyakit kulit) yang tidak ada obatnya. Laki-laki
tersebut bernama Zainal Abidin. Raja pada saat itu membuat sayembara, bahwa
barang siapa yang berhasil menyembuhkan putri dari penyakitnya jika dia
perempuan akan dijadikan saudara dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan sang
putri. Akhirnya Zainal Abidin tergoda untuk mengikuti sayembara tersebut.
Ketika menyembuhkan sang putri, Zainal Abidin menyamar menjadi seorang kakek
tua renta dan berhasil menyembuhkan sang putri. Tetapi sangat disayangkan, Raja
tidak ingin menikahkan putrinya dengan Zainal Abidin karena penampilannya yang
sangat jelek dan tua.
Dan
konon katanya di Tanjung Menangis ini pulalah sang putri menangisi kepergian
Zainal Abidin yang ternyata seorang pengeran yang tampan rupawan ke negeri
seberang. Sang putri terus menangis tanpa henti, hingga sang putri berubah jadi
batu yang pada saat-saat tertentu mengeluarkan tangisan. Itulah kenapa Tanjung
di ujung Kota Sumbawa ini dinamakan dengan Tanjung Menangis. Perkara benar atau
tidaknya cerita tersebut tidak ada yang tahu pasti, tetapi yang pasti keindahan Tanjung
Menangis sudah tidak bisa diragukan lagi. Bang Ega dan beberapa teman di
Sumbawa Free Dive menjadikan Tanjung Menangis tempat andalan mereka snorkeling dan free dive.
Pukul
16.00 Wita semua pasukan yang akan ikut kemah di Tanjung Menangis telah
berkumpul di rumah Bang Ega di Pendopo Kantor Bupati Sumbawa. Segala perlengkapan
untuk kemah seperti tenda, matras, sleeping
bag tak lupa disiapkan. Dan yang paling penting adalah alat-alat untuk
snorkeling. Mending tidak usah ke Tanjung Menangis kalau tidak bisa snorkeling,
kata Bang Ega meracuni kita semua. Putri yang memang hobi snorkeling sudah
mupeng sedari kemarin tak sabar untuk ber-say
hello dengan ikan-ikan disana. Oh iya, satu lagi hal yang harus benar-benar
dipersiapkan jika ingin kemah di Tanjung Menangis yaitu persediaan air yang
cukup. Tidak ada sumber air tawar disekitar lokasi mengharuskan kita membawa
air galon ke Tanjung Menangis.
Jalan Samota, jalan menuju Tanjung Menangis |
Tanjung
Menangis letaknya tidak jauh dari pusat Kota Sumbawa. Perjalanan sekitar
30 menit dengan menggunakan motor kita sudah tiba di tempat eksotis itu. Jalannya pun sudah bagus, mulus beraspal. Hanya beberapa bagian menuju Tanjung Menangis yang jalannya masih jelek. Ada
satu penanda yang sangat khas yang membuktikan bahwa benar itu adalah Tanjung
Menangis adalah mercusuar yang berdiri kokoh di ujung Tanjung tersebut. Mercusuar itu
pulalah yang menjadi tempat selfie anak-anak Sumbawa. Selama libur lebaran
kemarin hampir setiap hari di sosial media terutama facebook dipenuhi oleh foto
selfie di Tanjung Menangis. Mungkin ada sensasi tersendiri bisa berhasil selfie
di puncak mercusuar tersebut; entahlah. Seperti sekarang ini saja, ketika kami
datang ada segerombolan anak-anak SMP dan SMA baru pulang dari foto-foto di
mercusuar tersebut.
“Jangan
heran Lu, hampir setiap hari mercuasuar itu rame dengan anak-anak yang mau
selfie.” Bang Ega menambahkan.
“Bang
Ega harus tanggung jawab ini, karena Bang Ega kan yang mem-booming-kan mercusuar itu.”
Bang
Ega hanya nyengir kuda mendengar perkataan saya. Video-video free dive Bang Ega
di Tanjung Menangis menjadi sangat hits di youtube membuat banyak orang
terutama anak-anak Sumbawa datang ke mercusuar tersebut. Sebenarnya tidak
begitu menjadi masalah ketika mereka tahu etika-etika dalam melakukan
perjalanan ke suatu tempat, seperti misalnya menjaga kebersihan tempat
tersebut, jangan buang sampah sembarangan. Lha
ini, sejak Tanjung Menangis nge-hits sampah-sampah juga ikut nge-hits. Sampah
berserakan disana-sini. Mercusuar juga penuh denga tulisan ‘I love you sayang’,
‘miss you’, ‘A vs B’ dan bla bla bla.
Dari
tempat pemberhentian utama, di tanjakan awal, kita harus memarkir motor disana.
Karena akses jalan yang tidak begitu bagus membuat kita harus berjalan kaki
untuk bisa tiba di Tanjung Menangis. Jalan kaki sekitar 15 menit kita sudah
tiba di lokasi. Selain menjadi spot snorkeling yang bagus, Tanjung Menangis ini
juga menjadi spot sunset keren di Kota Sumbawa. Dari sini kita bisa melihat
matahari bulat sempurna turun dari peraduannya. Orange yang cantik sekali,
tanpa ada awan mendung yang menghalangi keindahannya. Subhanallah.
Mataharinya cantik |
Malam Minggu yang Indah di Tanjung Menangis
Satu
hal yang paling saya sukai dalam kemah ini adalah perempuan itu berasa jadi
ratu. Bagaimana tidak, masak dan bakar-bakar ikan
dilakukan kaum lelaki. Saya dan Putri cuma duduk manis melihat mereka dengan
gesitnya melakukan pekerjaan yang kalau posisinya lagi di rumah, dikerjakan
semua oleh perempuan. Bahagia ya jadi ratu semalam, hahahaha.
Bercanda,
saling jahil, ketawa-ketiwi, menjadi pemanis dan perekat hubungan kita sesama
teman. Ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan bersama teman-teman ini,
tetapi rasanya seperti telah mengenal mereka bertahun-tahun. Bang Moe, Bang
Yado, Bang Eiq, Bang Ega mereka semua teman yang menyenangkan. Semua kelakar
ala Sumbawa keluar malam itu, sakit perut tak tertahankan karena menahan tawa
yang tak ada habisnya. Inilah alasan kenapa para pekerja nine to five (full time kantor) butuh refreshing. Karena sangat membosankan
diam di ruangan 4x3 meter itu sepanjang harinya.
Ternyata
tidak hanya kita yang menjadi penghuni Tanjung Menangis malam itu, karena
semakin malam semakin banyak juga orang memancing berdatangan. Perahu-perahu
nelayan juga terlihat mendekat ke sekitar tanjung. Malam minggu yang indah.
Bisa ya dia senyum seperti itu, saya langsung gemetaran... |
Sunrise-an di atas
mercusuar Tanjung Menangis juga tak kalah indah, kata Bang Ega semalam. Ini
pengalaman pertama saya ke Tanjung Menangis, jadi segala hal yang berkaitan
dengan tanjung ini saya akan cerewet bertanya dengan Bang Ega yang mungkin bisa
di bilang sesepuhnya Tanjung Menangis, saking seringnya kemari. Pukul 05.30,
saya dan Putri telah bangun. Semburat jingga telah terlihat memancar di balik
bukit. Bang Ega dan beberapa teman yang lainnya sudah naik ke mercusuar sedari
tadi. Mengabadikan momen sang matahari bangun dari tidurnya. Tiba di tangga pertama mercusuar, kaki saya
sudah gemetaran.
“Ayo
Lu, pelan-pelan aja naiknya.” Putri menyemangati dari atas.
Saya
membayangkan, kalau tiba-tiba kaki saya terpeleset dan jatuh, kepala pecah.
Ampuun, teriak saya dalam hati. Tangan keringat dingin, kaki gemetaran, tetapi
rasa penasaran yang sangat tentang keindahan sunrise diatas mercusuar itu
membuat saya pelan-pelan memberanikan diri menaiki anak tangga satu persatu.
“Pelan-pelan,
jangan lihat bawah dan jangan pikirkan yang macam-macam, konsentrasi saja.”
Teman-teman mengingatkan. Tapi yah yang namanya takut, tetap saja membuat
pikiran-pikiran aneh itu berseliweran di otak saya. Setiap berhasil menaiki
satu anak tangga saya menarik nafas perlahan, sumpah naik ke mercusuar ini
lebih menakutkan dari loncat dari atas air terjun Pelman.
Sampai
pada tingkat atas mercusuar saya kembali melihat ke bawah. Ya Allah, bagaimana
turunnya ini nanti. Rasanya ingin teriak, emaaaak saya takut. Kok bisa ya
anak-anak krucil itu setiap harinya datang ke mercusuar ini hanya untuk selfie.
Tidak takutkah mereka? Aduh ampun, ini akan menjadi pengalaman pertama dan
terakhir saya menaiki mercusuar ini. Tidak akan ada lagi pengalaman kedua kalinya
untuk ini.
“Gimana
Lu, keren ndak?” Putri menyapa saya yang masih berusahan mengembalikan kesadaran saya
dari ketakutan menaiki tangga tadi. Saya hanya mengangguk-ngangguk. Dingin
tangan saya belum sepenuhnya hilang.
Kamera
telah dinyalakan sedari tadi, shutter siap di tekan untuk mengabadikan
keindahan Tanjung Menangis dari atas. Putri dengan asyiknya berfoto tanpa
takut sedikit pun, kok ya malah saya yang gemetaran melihat tingkahnya. Sepuluh
meter lho ini tingginya.
Saya
akui, keindahan Tanjung Menangis dari atas memang tidak bisa ditolak. Dari atas
sini, kita bisa melihat dengan leluasa lautan Sumbawa, matahari yang keluar
dari balik bebukitan, view di sekitar tanjung pun terlihat jelas. Pantas saja,
Bang Ega menjadikan tanjung ini tempat favoritnya. Kece, sih. Setelah satu jam
menguji adrenalin di ketinggian, perut pun mulai keroncongan minta untuk segera
diisi.
kemah kita |
Snorkeling time.
Pagi
yang indah itu ya seperti itu. Bersalaman dengan para ikan yang imut,
mengunjungi karang-karang yang cantik alami. Catatan penting jika ingin
snorkeling di Tanjung Menangis adalah, hati-hati dengan karang karsnya yang
tajam. Seputaran tanjung di penuhi dengan karang yang tajam, sandal gunung
menjadi sangat penting untuk menjaga kaki dari lecet-lecet. Dari atas tanjung
ini, kita bisa turun pelan-pelan ke bawan untuk snorkeling. Bagi teman-teman
yang memiliki keberanian yang cukup, bisa loncat dari atas tanjung, tetapi
kalau saya yang memang sangat takut ketinggian, turun perlahan ke bawan menjadi
satu-satunya pilihan yang aman. Oh ya harus diketahui juga, kalau arus tanjung
itu juga lumayan deras, jadi harus di tahu dimana tempat-tempat yang aman untuk
snorkeling dan mana yang tidak. Saran saya, jangan snorkeling disini sendirian,
harus beramai-ramai, supaya jika terjadi sesuatu ada yang membantu kita.
Apalagi sekelas saya yang rada awan dengan dunia snorkeling, bantuan dari
teman-teman yang sudah ahli sangat saya butuhkan.
Berenang
kesana kemari. Memang benar apa yang saya lihat di video youtube Bang Ega,
underwaternya Tanjung Menangis memang amazing,
cantiknya membuat betah berlama-lama berenang.
Maaf, foto-foto under water-nya belum sempat saya minta di Bang Ega. Tapi ini ada beberapa link video tentang Tanjung Menangis yang di upload di Youtube oleh Bang Ega..
sebelum pulang, kita sempatkan diri bersih-bersih lokasi Tanjung Menangis |
Perjalanan Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^