Jumat, 12 Mei 2017

Tanjung Menangis yang Tak Lagi Menangis

camping ala ala di Tanjung Menangis




Jam berapa pulang dari kampus??
Nanti habis dari sana langsung ke rumah Bang Ega ya.
Jangan lama-lama pulangnya nanti kita kemalaman nyampenya.
Sms bertubi-tubi dari Putri yang membuat saya tak konsentrasi menyelesaikan pekerjaan di kampus.
Iya.
 Balas saya singkat.
Iya apanya ini? Aku sms panjang kamu  jawabnya cuma ‘iya’?
Putri yang tak terima dengan singkatnya jawaban saya membuatnya semakin cerewet meng-sms.
Bagaimana aku mau konsentrasi selesaikan kerjaan kalau kamu sms terus.
Pesan terakhir terkirim dan tak ada balasan lagi dari Putri. Terkadang perempuan itu memang cerewetnya tanpa batas. Wajar saja dalam setiap buku-bukunya, Raditya Dika selalu ingin ‘pura-pura mati’ jika dihadapkan pertanyaan seperti itu. Saya juga ingin ‘pura-pura mati’, ‘pura-pura cuek’ dengan sms bertubi-tubi dari Putri, tapi bukankah orang sabar itu enteng jodoh?? Hahahaha. Bersahabat dekat dengan Putri delapan tahun cukup buat kita saling memahami satu sama lain.
Akhir pekan ini, kita sudah berencana untuk kemah di salah satu tempat eksotis di Sumbawa. Tempat yang tidak terlalu jauh dari pusat kota tetapi memiliki keindahan yang memikat hati. Tempat ini juga namanya lumayan mahsyur dalam legenda rakyat Sumbawa; Tanjung Menangis. Konon katanya, pada zaman dahulu kala Tanjung ini menjadi tempat seorang Putri Sumbawa menangisi kepergian laki-laki yang telah menyembuhkannya dari penyakit menahun yang bernama Kre Kure (penyakit kulit) yang tidak ada obatnya. Laki-laki tersebut bernama Zainal Abidin. Raja pada saat itu membuat sayembara, bahwa barang siapa yang berhasil menyembuhkan putri dari penyakitnya jika dia perempuan akan dijadikan saudara dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan sang putri. Akhirnya Zainal Abidin tergoda untuk mengikuti sayembara tersebut. Ketika menyembuhkan sang putri, Zainal Abidin menyamar menjadi seorang kakek tua renta dan berhasil menyembuhkan sang putri. Tetapi sangat disayangkan, Raja tidak ingin menikahkan putrinya dengan Zainal Abidin karena penampilannya yang sangat jelek dan tua.

Dan konon katanya di Tanjung Menangis ini pulalah sang putri menangisi kepergian Zainal Abidin yang ternyata seorang pengeran yang tampan rupawan ke negeri seberang. Sang putri terus menangis tanpa henti, hingga sang putri berubah jadi batu yang pada saat-saat tertentu mengeluarkan tangisan. Itulah kenapa Tanjung di ujung Kota Sumbawa ini dinamakan dengan Tanjung Menangis. Perkara benar atau tidaknya cerita tersebut tidak ada yang tahu pasti, tetapi yang pasti keindahan Tanjung Menangis sudah tidak bisa diragukan lagi. Bang Ega dan beberapa teman di Sumbawa Free Dive menjadikan Tanjung Menangis tempat andalan mereka snorkeling dan free dive.
Pukul 16.00 Wita semua pasukan yang akan ikut kemah di Tanjung Menangis telah berkumpul di rumah Bang Ega di Pendopo Kantor Bupati Sumbawa. Segala perlengkapan untuk kemah seperti tenda, matras, sleeping bag tak lupa disiapkan. Dan yang paling penting adalah alat-alat untuk snorkeling. Mending tidak usah ke Tanjung Menangis kalau tidak bisa snorkeling, kata Bang Ega meracuni kita semua. Putri yang memang hobi snorkeling sudah mupeng sedari kemarin tak sabar untuk ber-say hello dengan ikan-ikan disana. Oh iya, satu lagi hal yang harus benar-benar dipersiapkan jika ingin kemah di Tanjung Menangis yaitu persediaan air yang cukup. Tidak ada sumber air tawar disekitar lokasi mengharuskan kita membawa air galon ke Tanjung Menangis.
Jalan Samota, jalan menuju Tanjung Menangis
Tanjung Menangis letaknya tidak jauh dari pusat Kota Sumbawa. Perjalanan sekitar 30 menit dengan menggunakan motor kita sudah tiba di tempat eksotis itu. Jalannya pun sudah bagus, mulus beraspal. Hanya beberapa bagian menuju Tanjung Menangis yang jalannya masih jelek. Ada satu penanda yang sangat khas yang membuktikan bahwa benar itu adalah Tanjung Menangis adalah mercusuar yang berdiri kokoh di ujung Tanjung tersebut. Mercusuar itu pulalah yang menjadi tempat selfie anak-anak Sumbawa. Selama libur lebaran kemarin hampir setiap hari di sosial media terutama facebook dipenuhi oleh foto selfie di Tanjung Menangis. Mungkin ada sensasi tersendiri bisa berhasil selfie di puncak mercusuar tersebut; entahlah. Seperti sekarang ini saja, ketika kami datang ada segerombolan anak-anak SMP dan SMA baru pulang dari foto-foto di mercusuar tersebut.
“Jangan heran Lu, hampir setiap hari mercuasuar itu rame dengan anak-anak yang mau selfie.” Bang Ega menambahkan.
“Bang Ega harus tanggung jawab ini, karena Bang Ega kan yang mem-booming-kan mercusuar itu.”
Bang Ega hanya nyengir kuda mendengar perkataan saya. Video-video free dive Bang Ega di Tanjung Menangis menjadi sangat hits di youtube membuat banyak orang terutama anak-anak Sumbawa datang ke mercusuar tersebut. Sebenarnya tidak begitu menjadi masalah ketika mereka tahu etika-etika dalam melakukan perjalanan ke suatu tempat, seperti misalnya menjaga kebersihan tempat tersebut, jangan buang sampah sembarangan. Lha ini, sejak Tanjung Menangis nge-hits sampah-sampah juga ikut nge-hits. Sampah berserakan disana-sini. Mercusuar juga penuh denga tulisan ‘I love you sayang’, ‘miss you’, ‘A vs B’ dan bla bla bla.
Dari tempat pemberhentian utama, di tanjakan awal, kita harus memarkir motor disana. Karena akses jalan yang tidak begitu bagus membuat kita harus berjalan kaki untuk bisa tiba di Tanjung Menangis. Jalan kaki sekitar 15 menit kita sudah tiba di lokasi. Selain menjadi spot snorkeling yang bagus, Tanjung Menangis ini juga menjadi spot sunset keren di Kota Sumbawa. Dari sini kita bisa melihat matahari bulat sempurna turun dari peraduannya. Orange yang cantik sekali, tanpa ada awan mendung yang menghalangi keindahannya. Subhanallah.
Mataharinya cantik
Malam Minggu yang Indah di Tanjung Menangis
Satu hal yang paling saya sukai dalam kemah ini adalah perempuan itu berasa jadi ratu. Bagaimana tidak, masak dan bakar-bakar ikan dilakukan kaum lelaki. Saya dan Putri cuma duduk manis melihat mereka dengan gesitnya melakukan pekerjaan yang kalau posisinya lagi di rumah, dikerjakan semua oleh perempuan. Bahagia ya jadi ratu semalam, hahahaha.
Bercanda, saling jahil, ketawa-ketiwi, menjadi pemanis dan perekat hubungan kita sesama teman. Ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan bersama teman-teman ini, tetapi rasanya seperti telah mengenal mereka bertahun-tahun. Bang Moe, Bang Yado, Bang Eiq, Bang Ega mereka semua teman yang menyenangkan. Semua kelakar ala Sumbawa keluar malam itu, sakit perut tak tertahankan karena menahan tawa yang tak ada habisnya. Inilah alasan kenapa para pekerja nine to five (full time kantor) butuh refreshing. Karena sangat membosankan diam di ruangan 4x3 meter itu sepanjang harinya.
Ternyata tidak hanya kita yang menjadi penghuni Tanjung Menangis malam itu, karena semakin malam semakin banyak juga orang memancing berdatangan. Perahu-perahu nelayan juga terlihat mendekat ke sekitar tanjung. Malam minggu yang indah.
Bisa ya dia senyum seperti itu, saya langsung gemetaran...
Sunrise-an di atas mercusuar Tanjung Menangis juga tak kalah indah, kata Bang Ega semalam. Ini pengalaman pertama saya ke Tanjung Menangis, jadi segala hal yang berkaitan dengan tanjung ini saya akan cerewet bertanya dengan Bang Ega yang mungkin bisa di bilang sesepuhnya Tanjung Menangis, saking seringnya kemari. Pukul 05.30, saya dan Putri telah bangun. Semburat jingga telah terlihat memancar di balik bukit. Bang Ega dan beberapa teman yang lainnya sudah naik ke mercusuar sedari tadi. Mengabadikan momen sang matahari bangun dari tidurnya.  Tiba di tangga pertama mercusuar, kaki saya sudah gemetaran.
“Ayo Lu, pelan-pelan aja naiknya.” Putri menyemangati dari atas.
Saya membayangkan, kalau tiba-tiba kaki saya terpeleset dan jatuh, kepala pecah. Ampuun, teriak saya dalam hati. Tangan keringat dingin, kaki gemetaran, tetapi rasa penasaran yang sangat tentang keindahan sunrise diatas mercusuar itu membuat saya pelan-pelan memberanikan diri menaiki anak tangga satu persatu.
“Pelan-pelan, jangan lihat bawah dan jangan pikirkan yang macam-macam, konsentrasi saja.” Teman-teman mengingatkan. Tapi yah yang namanya takut, tetap saja membuat pikiran-pikiran aneh itu berseliweran di otak saya. Setiap berhasil menaiki satu anak tangga saya menarik nafas perlahan, sumpah naik ke mercusuar ini lebih menakutkan dari loncat dari atas air terjun Pelman.
Sampai pada tingkat atas mercusuar saya kembali melihat ke bawah. Ya Allah, bagaimana turunnya ini nanti. Rasanya ingin teriak, emaaaak saya takut. Kok bisa ya anak-anak krucil itu setiap harinya datang ke mercusuar ini hanya untuk selfie. Tidak takutkah mereka? Aduh ampun, ini akan menjadi pengalaman pertama dan terakhir saya menaiki mercusuar ini. Tidak akan ada lagi pengalaman kedua kalinya untuk ini.
“Gimana Lu, keren ndak?” Putri menyapa saya yang masih berusahan mengembalikan kesadaran saya dari ketakutan menaiki tangga tadi. Saya hanya mengangguk-ngangguk. Dingin tangan saya belum sepenuhnya hilang.
Kamera telah dinyalakan sedari tadi, shutter siap di tekan untuk mengabadikan keindahan Tanjung Menangis dari atas. Putri dengan asyiknya berfoto tanpa takut sedikit pun, kok ya malah saya yang gemetaran melihat tingkahnya. Sepuluh meter lho ini tingginya.
Saya akui, keindahan Tanjung Menangis dari atas memang tidak bisa ditolak. Dari atas sini, kita bisa melihat dengan leluasa lautan Sumbawa, matahari yang keluar dari balik bebukitan, view di sekitar tanjung pun terlihat jelas. Pantas saja, Bang Ega menjadikan tanjung ini tempat favoritnya. Kece, sih. Setelah satu jam menguji adrenalin di ketinggian, perut pun mulai keroncongan minta untuk segera diisi. 
kemah kita

Snorkeling time.
Pagi yang indah itu ya seperti itu. Bersalaman dengan para ikan yang imut, mengunjungi karang-karang yang cantik alami. Catatan penting jika ingin snorkeling di Tanjung Menangis adalah, hati-hati dengan karang karsnya yang tajam. Seputaran tanjung di penuhi dengan karang yang tajam, sandal gunung menjadi sangat penting untuk menjaga kaki dari lecet-lecet. Dari atas tanjung ini, kita bisa turun pelan-pelan ke bawan untuk snorkeling. Bagi teman-teman yang memiliki keberanian yang cukup, bisa loncat dari atas tanjung, tetapi kalau saya yang memang sangat takut ketinggian, turun perlahan ke bawan menjadi satu-satunya pilihan yang aman. Oh ya harus diketahui juga, kalau arus tanjung itu juga lumayan deras, jadi harus di tahu dimana tempat-tempat yang aman untuk snorkeling dan mana yang tidak. Saran saya, jangan snorkeling disini sendirian, harus beramai-ramai, supaya jika terjadi sesuatu ada yang membantu kita. Apalagi sekelas saya yang rada awan dengan dunia snorkeling, bantuan dari teman-teman yang sudah ahli sangat saya butuhkan.
Berenang kesana kemari. Memang benar apa yang saya lihat di video youtube Bang Ega, underwaternya Tanjung Menangis memang amazing, cantiknya membuat betah berlama-lama berenang. 
Maaf, foto-foto under water-nya belum sempat saya minta di Bang Ega. Tapi ini ada beberapa link video tentang Tanjung Menangis yang di upload di Youtube oleh Bang Ega..


sebelum pulang, kita sempatkan diri bersih-bersih lokasi Tanjung Menangis
Perjalanan Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^