Membutuhkan
waktu dua kali pertemuan untuk memantapkan rencana kemah ini. Rapat untuk
menyiapkan segala perlengkapan yang kita butuhkan, list siapa saja yang akan ikut kemah, hingga kegiatan-kegiatan apa
saja yang harus kita lakukan ketika sampai dilokasi kemah. Kemah sehari semalam
saja kok rempong-nya seperti ini,
pikir saya dalam hati. Kemah kali ini adalah ajang reuni bagi teman-teman FKPS(Forum Komunikasi Pemuda Samawa), yang merupakan organisasi kepemudaan yang ada di
Sumbawa, beberapa anggotanya termasuk Ketua Umum sedang pulang berlibur ke
Sumbawa, dan itu menjadi moment yang tepat untuk kita berkumpul, sekedar
berbagi cerita selama dirantauan. Saya
membayangkan ini akan menjadi reuni yang menyenangkan untuk kita.
Ai
Bari menjadi lokasi kemah kita. Ai Bari merupakan sebuah desa nelayan yang
terletak di Kecamatan Moyo Utara. Butuh waktu 30 menit dari pusat kota Sumbawa
untuk menuju daerah tersebut, tepat di depan Ai Bari, Pulau Moyo membentang
indah. Jika pagi hari, di sisi kiri dan kanan Ai Bari akan tergambar indah
Gunung Tambora dan Gunung Rinjani, gunung maha dahsyat yang ada di NTB. Ai Bari
juga kita pilih sebagai lokasi kemah karena jaraknya yang tidak terlalu jauh
dengan Tanjung Pasir Pulau Moyo (salah satu spot snorkling di Pulau Moyo), sehingga memudahkan kita jika ingin menyeberang kesana.
Rencana dengan Eksekusi
Terburuk
Sabtu
31 Januari 2014. Judulnya sih Fun Camp FKPS, tetapi saya tidak tahu apakah ini
akan menjadi fun atau tidak, karena
hingga pukul 14.00 Wita saya sudah mendengar beberapa kabar yang kurang
membahagiakan, mulai dari sms izin beberapa teman yang awalnya positif ikut
menjadi tidak bisa, hingga dari keterlambatan teman-teman yang membuat kita
mesti menunggu. Semangat saya mulai menggalau, kawan. Saya sudah menyiapkan
segala perlengkapan untuk kemah, makanan dan obat-obatan, bahkan izin dari
orang tua yang tidak gampang untuk saya kantongi, konyol kan namanya kalau saya
pulang dan mengatakan tidak jadi kemah hanya karena tidak ada yang bisa ikut.
Dua setengah jam menunggu, yang pasti berangkat baru 3 orang, saya, Kak Oby dan
Umam. What?? Rasanya ingin menangis
guling-guling di pojokan -_-
Pukul
16.00 Wita hujan mengguyur Sumbawa. Kita sudah mulai pesimis apakah rencana kemah kita akan tetap dilaksanakan.
“Saya
heran kok bisa orang dengan gampangnya men-cancel
janji yang sudah matang di iya-kan, saya ndak mau kita gagal kemah hanya karena
orang-orang yang tidak bisa menepati janji.” Saya menggerutu sebal.
“Ya
sudah, ayo kita jalan walau hanya bertiga, ini pasti akan menyenangkan.” Kak
Oby menyemangati kami. Ah ini perjalanan dengan eksekusi yang paling
mengecewakan yang pernah saya alami. Hujan yang baru saja turun menyejukkan
tanah Sumbawa benar-benar tidak bisa menyejukkan hati saya yang terlebih dahulu
panas. Lebih baik mengatakan tidak dari awal, daripada iya dan membuat kecewa,
hiks. Tapi ya sudahlah, mungkin ada hikmah dibalik keberangkatan kita yang
hanya 3 orang ini.
Disambut Badai
Setelah
30 menit melawan licinnya jalan Sumbawa, kita pun sampai di Ai Bari. Saya
langsung mengajak Kak Oby dan Umam ke rumah salah seorang teman Adventurous
Sumbawa, Ichal, karena sangat tidak memungkinkan bagi kita mendirikan kemah
dalam keadaan seperti ini. Kedatangan kami disambut ramah oleh Ichal dan
keluarganya, ini kali kedua saya kemari dan keramahan mereka tidak berkurang
sedikitpun. Baru beberapa jenak merebahkan pantat ditempat duduk, hujan kembali
turun dengan derasnya. Kita bertiga berpandangan dengan pikiran yang sama
“Untung kita sudah sampai lokasi.” At
least, selalu ada untung bagi orang Indonesia, walaupun sudah jatuh
tertimpa tangga pula kata ‘untung’ itu selalu ada, untung tidak kenapa-kenapa
sampai dibawa ke rumah sakit, hehe.
Perjalanan
kali ini penuh dengan pengalaman pertama kali bagi saya, ini pertama kali perjalanan saya mengecewakan, dan pertama kali juga bagi
saya berada ditengah badai seperti ini. Suara hujan dan ombak seakan saling
berkejaran menimbulkan suara yang menakutkan. Angin juga tak kalah saing
untuk membuat suasana semakin mencekam.
“Ichal,
hujan dan badai seperti ini sudah biasa ya??”
“Iya
mbak, bahkan kalau lagi masuk musimnya, ombak bisa masuk sampai kedalam rumah.”
“Kamu
ndak takut???”
“Udah
biasa saya, hehehe”
Hujan,
ombak, angin kencang, ditambah lagi listrik yang sedari tadi belum menyala
membuat saya seketika takut. Pulau Moyo yang biasa terlihat jelas, sekarang
menjadi samar putih seakan pulau itu tak pernah ada diseberang sana. Kelapa
yang menjulang kokoh juga ikut menari-nari dengan gemulainya diterjang angin. Perasaan
ini begitu campur aduk, takut dan sedih yang tak bisa saya gambarkan.
“Mungkin
ini hikmah dibalik kedatangan kita yang hanya tiga orang, saya tidak yakin
teman-teman FKPS bisa kuat jika terkena badai seperti ini, apalagi mereka
adalah anak-anak yang belum terbiasa dengan kondisi alam seperti ini.” Kata Kak
Oby, berusaha mengambil hikmah dibalik semua peristiwa yang kita alami beberapa
jam terakhir ini.
“Iya
kak, mau diungsikan kemana anak-anak itu kalau semua jadi ikut, kan ndak
mungkin dirumah Ichal.”
“Allah
Maha Tahu apa yang baik untuk hamba-Nya dan mana yang tidak, rencana ini memang
tidak semulus dari yang kita rencanakan, tetapi itulah yang terbaik untuk
kita.”
Saya
yang sedari tadi ‘panas’ karena kecewa dengan teman-teman yang membatalkan
keikutsertaan mereka membuat saya mulai berpikir jernih dan mengambil hikmah
disetiap peristiwa yang kita alami ini. Memang benar pepatah, sebaik-baik
rencana yang kita susun masih lebih baik rencana Allah untuk kita. Siapa sih
kita ini, hanya sebutir pasir di pantai, tidak ada apa-apanya, tidak pantas
bagi kita untuk berteriak mengeluh kepada Allah terhadap rencana-rencananya.
hujannya besar sekali, sampai2 pulau moyo ga keliatan :'( |
Enjoy
Your Trip
Jam
08.00 Wita hujan bukannya mereda, malah semakin menjadi-jadi. Ichal mengajak
kami untuk memasak ikan untuk makan malam. Seperti biasa saya seperti menjadi
ratu, di setiap perjalanan saya jarang disibukkan dengan kegiatan masak-memasak,
kaum adamlah yang selalu menjadi pioneer dalam urusan ini. Kak obi dan Umam berinisiatif
melakukan itu, dari membersihkan ikan, memberikan bumbu, hingga menggoreng,
mereka berdua yang mengerjakan. Bukannya saya tidak mau membantu, tetapi mereka
yang menginginkan tugas masak memasak itu, hehehe.
mari masak :D |
Kak Oby lagi buat sambal kecap |
lapar mak lapaaar :D |
Semakin
malam kami semakin galau. Galau karena hujan tidak reda dan galau akan menginap
dimana. Kami sudah membawa tenda, tetapi hujan tidak memungkinkan bagi kami
untuk membuat tenda apalagi jika itu ditepi pantai, bisa-bisa kami terbawa ombak dan masuk koran dengan headline "Tiga Orang Pemuda ditemukan Tewas Terbawa Ombak."
Alhamdulillah-nya itu berkat kemampuan lobi Kak Oby yang kece, Kak Oby mendapatkan izin untuk bisa menginap di villa yang letaknya tidak jauh dari rumah Ichal. Villa itu merupakan villa salah seorang pejabat daerah Sumbawa, saya pernah kesana sekali dan itu sukses membuat saya mupeng untuk bisa memiliki villa seperti itu, desain bangunannya yang terbuat dari kayu membuat saya jatuh hati dan view Pulau Moyo yang tepat berada didepannya.
Allah bersama orang-orang yang sabar. Niat kemah, malah dibalas Allah dengan kesempatan menginap di villa kece di Sumbawa. Benar-benar sesuatu yang sangat indah. Inilah salah satu hikmah dibalik semua kejadian yang kita alami.
Bersambung....
agak seram juga ya kalau sampai ombak masuk ke dalam rumah
BalasHapusbanget mbak, saya aja kaget kena badai besar seperti itu. Keren mereka bisa bertahan sampai saat ini, saya mah mungkin langsung pindah, hehehe
HapusTapi semua terobati dengan suguhan ikan goreng plus sambel colo-colo hehe
BalasHapusiya mas...
Hapusterobati sekali dengan makanan2 itu :D
bakar ikan mulu :D
BalasHapuspengen wkwkwkwk
yaiya mas, Sumbawa kaya akan ikan :D
Hapus