|
lapak pantai ampenan |
Semenjak pertama kali merantau, menginjakkan
kaki di Mataram lima tahun yang lalu, tempat pertama yang ingin saya kunjungi
adalah Ampenan. Alasannya sederhana, karena penasaran tentang rupa Ampenan yang
selalu diceritakan guru sejarah saya semasa SMA, tentang kejayaannya sebagai
kota niaga zaman dahulu kala. Ketika memasuki Ampenan kita akan dimanjakan
dengan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur gaya barat zaman dahulu kala
yang pernah menjadi saksi betapa maju dan mahsyurnya Ampenan saat itu. Tauke
Cina dan juragan Arab juga banyak terlihat berdagang disekitar bangunan tua itu
menjadi bukti akulturasi budaya yang datang dari berbagai penjuru dunia yang
kemudian menyatu dan berkumpul di Ampenan. Masuk menuju pelabuhan, bangunan-bangunan
tua yang dulunya lebih terlihat seperti bangunan angker yang mengerikan
sekarang dikemas menjadi lebih menarik, bangunannya di cat warna-warni. Katanya
supaya lebih menarik minat wisatawan, karena
Ampenan akan dijadikan ikon wisata kota tua di Lombok. Di sepanjang Pantai
Ampenan juga telah dibangun lapak-lapak permanen bagi para pedagang kaki lima
yang berjualan disekitar pantai. Pemerintah telah
memberikan porsi perhatiannya secara lebih kepada Ampenan, tidak seperti
beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali kesini, Ampenan benar-benar tak
terurus.
|
sisa sisa kayu pelabuhan ampenan dahulu kala |
|
jejeran perahu nelayan di pantai ampenan |
Sabtu Minggu menjadi hari yang
paling ramai bagi Pantai Ampenan untuk menerima kunjungan masyarakat dari
berbagai pelosok di Kota Mataram. Selain karena pantai ini memang cukup mudah
dijangkau, harga-harga makanan yang dijual disini juga sangat murah dan tidak
mencekik leher. Disepanjang pantai akan terlihat keasyikan muda-mudi bermain
disekitar pantainya, anak-anak kecil juga tak kalah hebohnya menceburkan diri
menikmati terjangan ombak Pantai Ampenan, bahkan beberapa juga tengah asyik bermain
bola di daratan pasirnya yang tidak seberapa luasnya.
Pantai Ampenan menjadi tempat
refreshing yang murah dan menyenangkan
bagi masyarakat, tidak terkecuali saya.
|
pantai ampenan |
|
anak anak yang bermain disekitaran lapak pantai ampenan |
Pantai ini menjadi tempat favorit
para fotografer mengabadikan keindahan matahari terbenam itu. Tidak ada ada
satu pun fotografer lombok yang tidak memiliki foto sunset di Ampenan. Selain
karena jaraknya yang lumayan dekat dari pusat kota, kecantikan matahari
terbenamnya juga selalu berhasil memikat hati untuk membuat rindu untuk
menghabiskan sore disana. Ada beberapa waktu dimana air pantainya surut dan
memperlihatkan secara utuh sisa-sisa onggokan kayu dan bebatuan pelabuhan
Ampenan dahulu kala, bagian itulah yang menjadi tempat favorit para fotografer
untuk mengabadikan bidikan lensa mereka.
Pada musim kemarau seperti saat ini, matahari akan jatuh dengan sempurna
indahnya. Bulat menyala, cantik. Pulau Dewata pun akan terlihat mengagumkan
dibalik jatuhnya matahari itu. Tetapi sayang, ketika saya berkunjung kesana,
mendung sedang menyelimuti Lombok. Keindahan matahari terbenam itu tak bisa
saya saksikan secara sempurna, hanya bisa melihat pendar-pendar orange yang
samar menghiasi langit. Tak apalah, minum kopi dan menghabiskan sore di Pantai
Ampenan sudah cukup buat saya mengobati rindu akan kota ini.
|
menikmati senja yang malu-malu |
|
kopi diketika senja itu memang nikmat... |
Tak ada yang lebih indah dari
menikmati sore di tepi pantai, memandangi senja dengan segelas kopi panas.
Dunia benar-benar berjalan sempurna saat itu.
Pantai Ampenan mengingatkan saya pada
sebuah pantai di pinggir Kota Sumbawa, pantainya tidak cantik, bahkan cenderung
kotor dengan sampah disana sini, bangunan kumuh banyak berdiri di pinggirnya,
tetapi pantai itu menjadi pantai terindah di Kota Sumbawa untuk menghabiskan
sore dengan menikmati matahari terbenam. Pantai ini juga menjadi tempat
nongkrong abadi saya dan teman-teman, yah sekedar duduk-duduk dan menyeruput
segelas kopi. View sunset terlihat indah dari pantai itu. Dulunya pantai ini
sangat tidak terurus, tetapi sejak mendapat campur tangan dari pemerintah,
pantai itu menjadi tempat nongkrong favorit masyarakat Sumbawa, hampir setiap
hari pantai itu menjadi ramai oleh pengunjung tidak seperti delapan tahun yang
lalu ketika saya dan teman-teman sering berkunjung kesana. Pantainya khas
kampung nelayan yang kotor dan rada kumuh. Jangankan mau dijadikan tempat
nongkong, berkunjung saja malas. Pantai itu kini bernama “Jembatan Polak.”
Nasibnya sama dengan Pantai Ampenan, dahulu kala pernah menjadi pusat
perniagaan Sumbawa, pelabuhan pernah berdiri kokoh disana, tetapi hancur begitu
saja diterjang zaman, jembatan sisa pelabuhan itulah yang hancur dan dinamakan
Jembatan Polak atau Jembatan Patah dalam bahasa Sumbawa. Anak-anak muda Sumbawa
lebih familiar menggunakan akronim Jempol untuk menyebut Jembatan Polak.
Perbaikan-perbaikan tempat wisata pinggir kota seperti inilah yang harus gencar
dilakukan pemerintah, karena selain bisa menjadi sumber pemasukan bagi
masyarakat sekitar, itu juga bisa menjadi sarana refreshing yang murah dan
menyenangkan.
|
selfie sama adek tersayang |
|
Taman Malomba Ampenan |
|
beli cilok |
|
ehmmm yummy :D |
sampai sekarang kayu bekas pelabuhan masih ada ya mba ..
BalasHapusiya mbak masih ada :D
Hapusdi MAtaram juga ada cilok ternyata ya :)
BalasHapushihihi, iya ada... cilok di mataram itu ya pentolan bakso :D
Hapus