pelabuhan calabai |
Semalaman menaklukan jalan
Sumbawa-Dompu cukup membuat badan sakit tak karuan. Ibu sudah mengingatkan
saya, kalau perjalanan Sumbawa-Dompu itu bukan perjalanan yang mudah, walaupun
jalannya sudah bagus, tetapi jaraknya yang sangat jauh cukup membuat kelelahan.
Dan benar saja, pukul 16.30 Wita meninggalkan Kota Sumbawa, baru tiba di
Calabai-Dompu pukul 00.30 Wita. Bayangkan
saja berapa jam waktu yang kita habiskan diperjalanan. Badan seperti mati rasa,
pegal disana-sini.
Tetapi memang untuk menikmati suatu keindahan memang butuh perjuangan, hahaha
Lets go adventure guys...
Gunung Tambora |
Selamat Pagi Calabai
Calabai terletak di Kecamatan
Pekat, Kabupaten Dompu, NTB. Selama ini Calabai dikenal sebagai gerbang masuk
menuju Pulau Satonda dan Pulau Moyo. Bagi yang mau ke dua pulau eksotis itu bisa melalui Pelabuhan Calabai, menggunakan kapal boat milik warga. Tidak hanya itu, letaknya yang tepat
berada di bawah kaki Gunung Tambora menjadikannya berhawa sejuk, tidak seperti
daerah-daerah lain di Dompu (Pulau Sumbawa) yang panas. Airnya pun sangat
dingin, mandi pagi dijamin menggigil. Pada pagi hari kita bisa menyaksikan
keindahan matahari terbit tepat di atas Gunung Tambora. Di bagian baratnya
lautan biru Teluk Saleh terhampar luas dengan Pulau Moyo dan Pulau Satonda yang
terpajang di depannya. Ah memang tidak rugi saya menempuh perjalanan yang
melelahkan ini, karena semua akan terbayar lunas dengan keindahan Calabai yang
memikat mata dan hati.
“Cari kopi yuk. Kita ngopi
di Pelabuhan Calabai, asyik ngopi pagi-pagi disana.” Seorang teman menawarkan. Ide
yang bagus. Perut sedari tadi kembung, efek angin yang semalaman bebas masuk
semaunya. Mungkin segelas kopi hangat bisa membuat perut sedikit membaik. Tepat
di depan gapura Pelabuhan Calabai ada sebuah warung kecil yang sangat sederhana.
Disitulah kami mampir sejenak, sembari menikmati pagi dengan segelas kopi panas.
Disekitar pelabuhan terlihat
kesibukan para nelayan yang menebarkan jalanya, beberapa
warga lainnya juga tak mau kalah mencoba peruntungan mendapatkan ikan
dengan memancing. Di satu sudut lainnya anak-anak
kecil berlarian kesana kemari, bermain bersama teman sebayanya.
nelayan yang lagi menebar jaring disekitar pelabuhan |
mancing ikan dulu |
anak-anak juga ga mau kalah dong ya :D |
Rumah bang Chris yang juga markas Komppak (Komunitas Pencinta Penyu dan Karang) |
Berkenalan dengan Bang Chris
“Kalau bukan kita siapa lagi? Beruntunglah kita ditakdirkan Tuhan hidup di negeri indah ini. Maka sudah seharusnya sebagai anak bangsa untuk menjaganya agar tetap indah.”
Bang Chris |
Sesekali kopi panas asli tambora
itu diseruput. Lalu percakapan kembali dilanjutkan. Beruntung sekali saya bertemu
dengan Bang Chris. Selama ini jejak ceritanya hanya bisa saya dengar dari Bang
Takwa (Kapten Adventurous Sumbawa), tentang beliau yang selama ini berjuang untuk menjaga kelestarian laut
daerahnya dengan mengedukasi nelayan dan membuat organisasi yang bernama
Komppak (Komunitas Pencinta Penyu dan Karang). Karena kepedulian dan
kegiatan-kegiatan edukasi tentang pelestarian laut bersama nelayan ini pulalah
yang membuat perairan sekitar Calabai tetap terjaga. Transplantasi terumbu karang
menjadi kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap bulannya, bahkan setiap minggu jika waktu banyak luangnya. Beliau selama ini
merangkul pemuda setempat dan nelayan untuk kegiatan-kegiatan itu. Hingga tidak
heran jika setiap berkunjung rumah Bang Chris selalu ramai dengan pemuda yang datang,
yah sekedar diskusi dengan Bang Chris ataupun duduk-duduk sembari menikmati
keindahan Pelabuhan Calabai. Rumah Bang Chris sangat mudah ditemui, letaknya tepat
berada di depan gapura Pelabuhan Laut Calabai. Beliau juga sangat ramah walau
dengan orang yang baru dikenalnya (seperti kita ini, hehehe), jadi jangan segan
untuk berkunjung kesana.
“Oh ya ada yang tau asal muasal
kata ‘Calabai’?” Bang Chris tiba-tiba bertanya kepada kita semua.
“Ndak Bang.”
“Jadi Calabai itu sebenarnya dari
bahasa inggris ‘Saleh Bay’ yang artinya teluk saleh, tetapi karena kita yang
agak-agak alay makanya sebutnya ‘Calabai’, hahahaha.” Sontak kita semua
langsung tertawa mendengar apa yang dikatakan Bang Chris, iya ya bisa jadi. Bang
Chris sangat pintar mencairkan suasana. Dari awal berbincang-bincang hingga
kapal jemputan untuk snorkeling tiba, kami semua tak henti-hentinya tertawa,
selalu saja ada hal unik yang beliau ceritakan yang mengundang gelak tawa kita
semua.
Komppak (Komunitas Pencinta Penyu dan Karang)
Aroma kopi tambora yang khas menyeruak membuat tak henti-hentinya ingin menyeruput, di tambah lagi dengan percakapan-percakapan dengan Bang Chris dan kawan-kawan lainnya semakin menambah hangat suasana. Ini kali pertama saya bertemu dengan Bang Chris, tapi rasanya seperti telah mengenal beliau lama. Beliau banyak bercerita tentang kegiatan konservasi laut yang selama beberapa tahun ini giat dilakukan, tentang pelestarian hutan Tambora, tentang kegiatan-kegiatan edukasi bersama masyarakat.
Komppak (Komunitas Pencinta Penyu dan Karang)
Aroma kopi tambora yang khas menyeruak membuat tak henti-hentinya ingin menyeruput, di tambah lagi dengan percakapan-percakapan dengan Bang Chris dan kawan-kawan lainnya semakin menambah hangat suasana. Ini kali pertama saya bertemu dengan Bang Chris, tapi rasanya seperti telah mengenal beliau lama. Beliau banyak bercerita tentang kegiatan konservasi laut yang selama beberapa tahun ini giat dilakukan, tentang pelestarian hutan Tambora, tentang kegiatan-kegiatan edukasi bersama masyarakat.
“Dulu ya, orang mengebom ikan itu
sudah seperti mendengar petasan di bulan puasa, dar dur dar dur, tidak
terhitung jumlahnya.” Tutur Bang Chris dengan nada yang lumayan tinggi.
Bang Chris bercerita, hampir
setiap hari beliau dan kawan-kawan di Komppak (Komunitas Pencinta Penyu dan
Karang) patroli untuk mengecek keadaan laut, jika ada yang tertangkap basah
sedang mengebom ikan, tidak tanggung-tanggung kapalnya akan disita. Selama
beberapa tahun ini Teluk Saleh menjadi lokasi empuk sasaran pengeboman, jumlah
ikannya yang melimpah ruah menjadi alasan utamanya. Tetapi sejak Bang Chris dan
komunitasnya rajin turun laut untuk patroli, aksi pengeboman itu semakin jarang
terjadi. Sanksi pengeboman laut yang lumayan kejam (kapalnya disita, bahkan
lebih parah akan dibakar) cukup membuat jera pelaku pengeboman. Tidak hanya
patroli, beliau juga merangkul para pemuda dan nelayan sekitar, beliau
mengedukasi mereka dengan cara pemberian pelatihan tentang cara menangkap ikan
yang aman dan tidak merusak, tentang
betapa pentingnya menjaga kelestarian laut, konservasi alam, dan turun ke laut
untuk transplantasi karang.
“Bang Chris ini hebat, dari jarak
beberapa kilometer bisa mendengar suara pengeboman. Entahlah telinganya terbuat
dari apa, heran saya.” Ucap Bang Aan sembari menggeleng-gelengkan kepala tanda
pura-pura bingung, kita yang melihat ekspresinya pun tertawa.
“Kayak kelelawar aja Bang Chris,
bisa mendengar suara-suara yang tidak bisa tertangkap telinga kita, hehehe.”
Saya menambahkan.
“Ah nggak juga, ini mungkin
karena insting saja, karena seringnya berada di laut dan menangani kasus-kasus
pengeboman itu.” Bang Chris terlihat tersipu-sipu malu. Bapak dua anak ini kece.
Bukan polisi laut, bukan pegawai kelautan, bukan orang LSM yang konsen tentang
konservasi laut, beliau hanya orang biasa yang memiliki semangat luar biasa
untuk menjaga alamnya agar tetap lestari dan dapat dinikmati oleh anak cucunya
kelak.
hahaha Bang cris bisa aja ya menjelaskan kata calabai
BalasHapushihihi, iya mbak :D
Hapusbeliau orangnya lucu :D
Calabay keren juga nih alami bgt foto2nya.. btw, tempat wisata yg terkenal di sana pantai atau bawah lautnya nih? Atau bahkan gunung?
BalasHapussemuanya, pantai, bawah laut, bahkan gunungnya juga terkenal, yang paling booming itu ya Gunung Tambora :D
HapusBiarpun capek, tapi kalau alam yang bisa dinikmati seperti yang ada di foto-foto tersebut, dijamin ilang kak. Salam..
BalasHapusHai anakpapa..apa punya kontaknya mr cris yg di calabai? Terima kasih
BalasHapusJika kakak ingin nomor bang cris bisa wa saya ya,0817626841
HapusKebetulan saya kenal dekat dengan beliau bahkan seperti keluarga sendiri.
Karna saya pernah tinggal di calabai.
dari 2016, baru tahun 2022 ada yang komen ngasitau punya kontak bang crish. masyaAllah si ini :)
HapusBaca tulisan ini jadi rindu Calabai dan Bang Chris, gimana kabar transplantasi terumbu karang yang diinisiasi komppak? apakah masih berjalan?
BalasHapusSekarang sudah ada penginapan kah di Calabai?
saya sudah jarang komunikasi dengan bang chris, tetapi sepertinya masih aktif kok dalam transplantasi karang... :D
Hapuskalau penginapannya saya kurang tahu mas :D