Dangar Ode |
Selama beberapa minggu ini, rasa kepala mau pecah seperti ditoyor palu gada. Pekerjaan juga mulai dihiasi kata rapat, yang sudah seperti makan obat, harus tiga kali sehari dan sesuai dosis. Ditambah lagi setiap kali ingat pengumuman beasiswanya yang sebentar lagi, tiba-tiba saja jantung langsung salto-kayang-koprol-jumpalitan. Maka jangan ditanya lagi bagaimana bentuk jantung ini setiap dia berkunjung ke rumah atau melihat namanya tertera di pesan whatsapp “sedang mengetik”. Ada rasa yang tetiba deg, menyerang langsung ke dasar jantung. Entahlah. Rasanya satu minggu ini bukan lagi rasa gado-gado, tapi gado-gado campur rujak dan disirami kuah soto. Rasanya aneh kan? Begitulah rasa perasaan ini. Aneh. Absurd. Nggak Jelas.
=-=-=
Ketika akhirnya memutuskan
menuliskan tulisan ini, saya telah membuang waktu sekitar ratusan menit hanya
untuk guling-guling nggak jelas di kamar, memutar lagu Mocca sampai seisi
makhluk di kamar bosan mendengarnya dan masker bengkoang yang saya
oleskan di muka saya yang sudah mengering mulai basah lagi karena keringat
mengalir di sekujur tubuh. Sakit perut akibat memakan kerang membuat saya
bolak balik kamar mandi, dan keringat dingin yang keluar juga sukses membuat
masker basah lagi.
“Kamu ya gitu, keras kepala
dan ndak pernah bisa tahan mulut. Tau ndak bisa makan kerang, tapi tetap aja
makan.” Ibu mulai mengeluarkan kalimat-kalimat omelannya yang akan berujung
pada larangan untuk jalan-jalan lagi. Ah tapi yang namanya Ibu, selamanya akan
tetap jadi Ibu yang mudah luluh hanya dengan sekali rayuan dari sang anak.
Semuanya juga salah saya sih, tidak pernah bisa tahan jika disajikan dengan
makanan laut. Apalagi itu adalah kerang fresh
from the sea, hasil perjuangan kita menggali pasir laut Pulau Dangar Ode. Tetapi
percayalah bahwa sakit perut ini tidak sebanding dengan betapa menyenangkannya
perjalanan ke Pulau Dangar Ode di akhir pekan kemarin. Perjalanan yang tidak
pernah saya masukkan dalam list
kegiatan di akhir pekan saya yang ternyata sanggup menjadi moodbooster.
Penyebrangan menuju Dangar Ode |
Kemah yang Tidak direncanakan
Libur 3 hari kemarin,
niatnya akan saya habiskan dengan istirahat saja di rumah sambil mengerjakan
beberapa tugas kantor. Tetapi godaan selalu datang dari berbagai arah. Grup Baper Manjyah mendadak heboh dengan rencana kemah ke Pulau Dangar Ode.
Ocid kali ini yang menjadi otak rencana kemah ini.
“Ayolah semua pada ikut.”
Rayu Ocid di grup.
“Ayo kemah tiap minggu,
sampe capek.” Mul juga menambahi. Dia menjadi orang pertama yang termakan bujuk
rayu Ocid untuk ikut kemah ke Pulau Dangar Ode. Capek badan dan capek dompet juga, Pak.
“Ke Dangar Ode-nya one day trip-kah? Kalian pergi sama
siapa aja? Patungannya berapa?” Rina mulai menanggapi ajakan anak-anak dengan
bertanya ini-itu. Hawa-hawa pertanyaannya seperti mengindikasikan Rina mulai
tertarik ajakan mereka untuk ikut.
Ocid mulai menjelaskan bahwa
kemah ini merupakan open trip yang
dilakukan oleh teman-teman di Adventurous Sumbawa. Jalan-jalan adalah bonus
dari perjalanan kali ini, karena hal terpenting yang akan dilakukan disana
adalah transplantasi terumbu karang. Pulau Dangar Ode merupakan satu dari
banyak pulau yang ada di kawasan Teluk Saleh. Dangar Ode selama ini terkenal
akan keindahan spot snorkelingnya. Tetapi aktivitas pengeboman ikan yang
beberapa tahun terakhir ini marak dilakukan oleh masyarakat di kawasan Teluk
Saleh menyebabkan terumbu karangnya juga banyak yang rusak. Oleh karena itu
teman-teman di Adventurous Sumbawa, yang dalam program transplantasi karang ini
diinisiasi oleh Bang Oiee Petruk gencar melakukan transplantasi karang ke
beberapa kawasan yang terumbu karangnya mulai mengalami kerusakan. Setiap membuka
open trip ke pulau-pulau, Bang Oiee selalu mengusahakan untuk melakukan
transplantasi karang juga. Hal ini bisa menjadi satu langkah kecil bermakna
yang bisa dilakukan untuk merawat alam kita dan agar setiap perjalanan juga
tidak hanya menjadi perjalanan, tetapi juga membawa manfaat bagi alam.
“Lulu ikut besok?” Dengan
Rina menanyakan apakah saya bisa ikut atau tidak semakin mengindikasikan
keinginannya untuk ikut kemah. Dan saya orang yang paling tidak bisa di gertak
sedikit saja untuk jalan, kemungkinan untuk mengiyakan itu sebesar kemungkinan
saya mengiyakan lamaran dari si Mas Jawa. Ahahaha.
“Kalau kamu ikut ya aku juga
ikut, tapi izin Ibu dulu.” Saya sok-sokan membawa nama Ibu untuk jadi obstacle jikalau nanti saya berubah
pikiran untuk tidak jadi ikut kemah. Padahal memang dasarnya saya suka berubah mood semau hati saya. Sekarang bisa
bilang iya untuk kemah, nanti lima
menit kemudian saya bisa-bisa saja berubah pikiran. Dasar labil. Hhaa.
Grup Baper Manjyah on Vacation |
Perjalanan Pelipur Lara, Penyembuh Luka dan Penumbuh Rasa
Puluhan orang ikut dalam open trip kali ini telah berkumpul di
Taman Lapangan Pahlawan untuk bersama-sama menuju ke Prajak, desa tempat
pelabuhan penyebrangan untuk menuju ke Pulau Dangar Ode. Grup Baper Manjyah
yang sukses tergaet hatinya untuk ikut ada lima orang, yaitu saya, Ocid, Mul,
Arif dan Rina. Teman-teman Baper Manjyah yang lain tidak bisa ikut karena harus
kerja dan beberapa kesibukan lainnya. Perjalanan dari Kota Sumbawa ke Prajak
tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 45 menit. Kondisi jalannya juga sudah
beraspal mulus seperti wajahya Mimi Peri yang habis perawatan tujuh belas kali
syantiek.
Laut Teluk Saleh sore itu
tampak tenang. Tidak seperti bayangan saya tentang penyebrangan yang jika
dilakukan sore hari selalu akan dihampiri oleh ombak besar. Kita berlima
memilih untuk duduk di dek atas kapal, karena dari atas sana kita bisa dengan
leluasa melihat pemandangan laut di sepanjang perjalanan. Peyebrangan selama 45
menit dinikmati dengan dengan begitu menyenangkan dengan adanya paket komplit
laut yang tenang, sore yang damai dan sunset
yang cantik. Sesampainya di Pulau Dangar Ode, pemandangan sore yang sangat
indah menanti kita. Matahari jatuh bulat sempurna di tengah laut. Tenang
mendamaikan.
Ini bukan senja pertama kali yang kita
saksikan bersama, kan?
Ini bukan perjalanan pertama kali kita,
kan?
Tetapi sungguh, ini kali pertama dalam
perjalanan kita bersama, kenangan perjalanan tentang seseorang itu tak muncul
Terimakasih
Arif |
Semua orang sibuk mendirikan
tenda masing-masing. Tidak terkecuali kita. Tetapi bukan Baper Manjyah namanya jika
mulut tidak lebih banyak bekerja dibandingkan tangan. Tenda yang dipasang cuma
dua, tetapi ributnya seperti mau membangun rumah tangga. Ya Allah tolong
maafkan kami. Belum lagi memikirkan bagaimana nasib makan malam kita, yang
ternyata hanya membawa 2 bungkus mie instan, beberapa snack lainnya, 2 tabung
gas kaleng dan satu kompor portable. Bisa-bisa terjadi perang dunia keberapa
puluh kali di dalam rumah tangga Baper Manjyah ini.
Malam semakin larut. Semua
mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang sibuk memasak,
duduk bercengkrama sambil melingkari api unggun, menatap bintang-bintang dan
aku sibuk mencuri tatap mencari wajah seseorang. Sungguh malam ini begitu
menyenangkan.
“Nggak bisa tidur. Coba nyanyi.”
“Bintang kecil di langit yang biru, amat
banyak menghias angkasa.”
-________-
Kenapa
perjalanan itu begitu menyenangkan?
Karena
hanya di perjalanan kita akan terbangun pada pagi hari dengan alarm dari
kicauan burung, deburan ombak, dan sinar matahari pagi yang begitu
indah. Pukul 05.30, matahari mulai menampakkan sinar indahnya. Saya terbangun
dan melihat teman-teman yang sedang tertidur pulas. Rasanya bahagia sekali,
karena sampai pada detik ini mereka selalu setia membersamai saya. Selalu ada
bersama saya dalam keadaan apapun. Mereka yang tahu bagaimana saya dan sifat
saya yang terkadang suka emosian, tetapi mereka yang selalu sabar dan tahan
banting terhadap semua ocehan saya. Terimakasih ya Allah telah mempertemukan
saya dengan teman-teman terbaik seperti mereka.
Matahari
perlahan mulai meninggi. Semua kembali sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.
Ada yang memasak, foto-foto, atau sekedar menggali pasir untuk mencari sesuatu
yang bisa dimakan untuk sarapan, seperti yang kita lakukan ini. Ide menggali pasir
untuk mencari kerang datang dari Arif. Asal mau menggali sedikit saja,
kerang-kerang itu bisa kita dapatkan dengan mudah. Kerang ini katanya Arif
rasanya sangat enak. Saya belum pernah memakan kerang ini, terakhir kali saya
memakan kerang bakar ketika jalan ke Pantai Kencana dan itu sukses membuat
perut saya melilit seharian. Saya heboh sendiri ketika berhasil menggali pasir
dan menemukan tumpukkan kerang.
“Aida
baru aja segitu sudah heboh.” Mul menanggapi kehebohan saya dengan sinis.
“Gitu
si kamu ndak bisa lihat temanmu bahagia.”
“Jahat
aku yah?”
“Iya
jahat.”
Pencari Kerang |
Ini penampakan kerang yang kita cari sampe muka gosong |
Kerang rebus ala ala dengan
bumbu mie instan menjadi menu sarapan kita pagi ini. Arif yang khusus menjadi
chef-nya. Dia yang memiliki ide mencari kerang, maka dia pulalah yang harus
menyelesaikan idenya hingga tahap akhir, tahap masak-masak. Tidak lama berada
di atas api, kerang-kerang itu mulai terbuka dan menampakkan isinya yang
sangat menggoda. Hati bergejolak, makan, ndak, makan, ndak. Tapi ya namanya
Lulu, mana bisa tahan godaan sea food,
ya walaupun sadar diri setelah makan ini perut akan melilit. Yang terpenting,
bahagia dululah. Hahahaha.
Ternyata tidak hanya jatuh
cinta yang bisa membutakan mata dan hati, tetapi juga kerang ini. Kita turun
lagi ke pantai untuk menggali pasir, mencari kerang untuk dimasak kedua
kalinya. Tidak puas makan hanya satu kali, ronde kedua pun dilakukan dan semoga
tidak ada ronde ketiga, karena sungguh muka saya sudah tidak terlihat bentuknya.
Hitam, kusam, dekil, terpapar sinar panas matahari Sumbawa yang konon katanya
berjumlah sembilan. Belum lagi prosesi nyebur-nyebur dan ngambang di laut nanti
yang membuat wajah saya semakin hitam dekil. Ya Allah, bagaimana bisa disukai cowok, tiap kali mainannya di pantai
dan pulang muka wajib hancur.
Perjalanan kemarin akhirnya
mengajarkan saya bahwa, hanya perjalanan yang pada akhirnya sanggup
menyembuhkan luka dan menumbuhkan rasa. Terimakasih Baper Manjyah. Kalian
memang terbaik dalam membangkitkan moodbooster.
Ayo kapan kita kemana lagi? Asal sama kalian, pasti menyenangkan.
media beton untuk melekatkan karang |
NB:
Maafkan jika fotonya agak mencong-mencong, horizonnya miring, karena ini hanya di ambil menggunakan HP dan lagi malas mengedit.hihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^