Selasa, 18 April 2017

Pulau Dangar Ode: Perjalanan Pelipur Lara, Penyembuh Luka dan Penumbuh Rasa

Dangar Ode

Selama beberapa minggu ini, rasa kepala mau pecah seperti ditoyor palu gada. Pekerjaan juga mulai dihiasi kata rapat, yang sudah seperti makan obat, harus tiga kali sehari dan sesuai dosis. Ditambah lagi setiap kali ingat pengumuman beasiswanya yang sebentar lagi, tiba-tiba saja jantung langsung salto-kayang-koprol-jumpalitan. Maka jangan ditanya lagi bagaimana bentuk jantung ini setiap dia berkunjung ke rumah atau melihat namanya tertera di pesan whatsapp “sedang mengetik”. Ada rasa yang tetiba deg, menyerang langsung ke dasar jantung. Entahlah. Rasanya satu minggu ini bukan lagi rasa gado-gado, tapi gado-gado campur rujak dan disirami kuah soto. Rasanya aneh kan? Begitulah rasa perasaan ini. Aneh.
Absurd. Nggak Jelas.
=-=-=
Ketika akhirnya memutuskan menuliskan tulisan ini, saya telah membuang waktu sekitar ratusan menit hanya untuk guling-guling nggak jelas di kamar, memutar lagu Mocca sampai seisi makhluk di kamar bosan mendengarnya dan masker bengkoang yang saya oleskan di muka saya yang sudah mengering mulai basah lagi karena keringat mengalir di sekujur tubuh. Sakit perut akibat memakan kerang membuat saya bolak balik kamar mandi, dan keringat dingin yang keluar juga sukses membuat masker basah lagi.
“Kamu ya gitu, keras kepala dan ndak pernah bisa tahan mulut. Tau ndak bisa makan kerang, tapi tetap aja makan.” Ibu mulai mengeluarkan kalimat-kalimat omelannya yang akan berujung pada larangan untuk jalan-jalan lagi. Ah tapi yang namanya Ibu, selamanya akan tetap jadi Ibu yang mudah luluh hanya dengan sekali rayuan dari sang anak. Semuanya juga salah saya sih, tidak pernah bisa tahan jika disajikan dengan makanan laut. Apalagi itu adalah kerang fresh from the sea, hasil perjuangan kita menggali pasir laut Pulau Dangar Ode. Tetapi percayalah bahwa sakit perut ini tidak sebanding dengan betapa menyenangkannya perjalanan ke Pulau Dangar Ode di akhir pekan kemarin. Perjalanan yang tidak pernah saya masukkan dalam list kegiatan di akhir pekan saya yang ternyata sanggup menjadi moodbooster.

Penyebrangan menuju Dangar Ode
Kemah yang Tidak direncanakan

Libur 3 hari kemarin, niatnya akan saya habiskan dengan istirahat saja di rumah sambil mengerjakan beberapa tugas kantor. Tetapi godaan selalu datang dari berbagai arah. Grup Baper Manjyah mendadak heboh dengan rencana kemah ke Pulau Dangar Ode. Ocid kali ini yang menjadi otak rencana kemah ini.
“Ayolah semua pada ikut.” Rayu Ocid di grup.
“Ayo kemah tiap minggu, sampe capek.” Mul juga menambahi. Dia menjadi orang pertama yang termakan bujuk rayu Ocid untuk ikut kemah ke Pulau Dangar Ode. Capek badan dan capek dompet juga, Pak.
“Ke Dangar Ode-nya one day trip-kah? Kalian pergi sama siapa aja? Patungannya berapa?” Rina mulai menanggapi ajakan anak-anak dengan bertanya ini-itu. Hawa-hawa pertanyaannya seperti mengindikasikan Rina mulai tertarik ajakan mereka untuk ikut.
Ocid mulai menjelaskan bahwa kemah ini merupakan open trip yang dilakukan oleh teman-teman di Adventurous Sumbawa. Jalan-jalan adalah bonus dari perjalanan kali ini, karena hal terpenting yang akan dilakukan disana adalah transplantasi terumbu karang. Pulau Dangar Ode merupakan satu dari banyak pulau yang ada di kawasan Teluk Saleh. Dangar Ode selama ini terkenal akan keindahan spot snorkelingnya. Tetapi aktivitas pengeboman ikan yang beberapa tahun terakhir ini marak dilakukan oleh masyarakat di kawasan Teluk Saleh menyebabkan terumbu karangnya juga banyak yang rusak. Oleh karena itu teman-teman di Adventurous Sumbawa, yang dalam program transplantasi karang ini diinisiasi oleh Bang Oiee Petruk gencar melakukan transplantasi karang ke beberapa kawasan yang terumbu karangnya mulai mengalami kerusakan. Setiap membuka open trip ke pulau-pulau, Bang Oiee selalu mengusahakan untuk melakukan transplantasi karang juga. Hal ini bisa menjadi satu langkah kecil bermakna yang bisa dilakukan untuk merawat alam kita dan agar setiap perjalanan juga tidak hanya menjadi perjalanan, tetapi juga membawa manfaat bagi alam.
“Lulu ikut besok?” Dengan Rina menanyakan apakah saya bisa ikut atau tidak semakin mengindikasikan keinginannya untuk ikut kemah. Dan saya orang yang paling tidak bisa di gertak sedikit saja untuk jalan, kemungkinan untuk mengiyakan itu sebesar kemungkinan saya mengiyakan lamaran dari si Mas Jawa. Ahahaha.
“Kalau kamu ikut ya aku juga ikut, tapi izin Ibu dulu.” Saya sok-sokan membawa nama Ibu untuk jadi obstacle jikalau nanti saya berubah pikiran untuk tidak jadi ikut kemah. Padahal memang dasarnya saya suka berubah mood semau hati saya. Sekarang bisa bilang iya untuk kemah, nanti lima menit kemudian saya bisa-bisa saja berubah pikiran. Dasar labil. Hhaa.
Grup Baper Manjyah on Vacation
Perjalanan Pelipur Lara, Penyembuh Luka dan Penumbuh Rasa

Puluhan orang ikut dalam open trip kali ini telah berkumpul di Taman Lapangan Pahlawan untuk bersama-sama menuju ke Prajak, desa tempat pelabuhan penyebrangan untuk menuju ke Pulau Dangar Ode. Grup Baper Manjyah yang sukses tergaet hatinya untuk ikut ada lima orang, yaitu saya, Ocid, Mul, Arif dan Rina. Teman-teman Baper Manjyah yang lain tidak bisa ikut karena harus kerja dan beberapa kesibukan lainnya. Perjalanan dari Kota Sumbawa ke Prajak tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 45 menit. Kondisi jalannya juga sudah beraspal mulus seperti wajahya Mimi Peri yang habis perawatan tujuh belas kali syantiek.  
Laut Teluk Saleh sore itu tampak tenang. Tidak seperti bayangan saya tentang penyebrangan yang jika dilakukan sore hari selalu akan dihampiri oleh ombak besar. Kita berlima memilih untuk duduk di dek atas kapal, karena dari atas sana kita bisa dengan leluasa melihat pemandangan laut di sepanjang perjalanan. Peyebrangan selama 45 menit dinikmati dengan dengan begitu menyenangkan dengan adanya paket komplit laut yang tenang, sore yang damai dan sunset yang cantik. Sesampainya di Pulau Dangar Ode, pemandangan sore yang sangat indah menanti kita. Matahari jatuh bulat sempurna di tengah laut. Tenang mendamaikan.
Ini bukan senja pertama kali yang kita saksikan bersama, kan?
Ini bukan perjalanan pertama kali kita, kan?
Tetapi sungguh, ini kali pertama dalam perjalanan kita bersama, kenangan perjalanan tentang seseorang itu tak muncul
Terimakasih
Arif 
Semua orang sibuk mendirikan tenda masing-masing. Tidak terkecuali kita. Tetapi bukan Baper Manjyah namanya jika mulut tidak lebih banyak bekerja dibandingkan tangan. Tenda yang dipasang cuma dua, tetapi ributnya seperti mau membangun rumah tangga. Ya Allah tolong maafkan kami. Belum lagi memikirkan bagaimana nasib makan malam kita, yang ternyata hanya membawa 2 bungkus mie instan, beberapa snack lainnya, 2 tabung gas kaleng dan satu kompor portable. Bisa-bisa terjadi perang dunia keberapa puluh kali di dalam rumah tangga Baper Manjyah ini.
Malam semakin larut. Semua mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang sibuk memasak, duduk bercengkrama sambil melingkari api unggun, menatap bintang-bintang dan aku sibuk mencuri tatap mencari wajah seseorang. Sungguh malam ini begitu menyenangkan. 
“Nggak bisa tidur. Coba nyanyi.”
“Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa.”
-________-
 
Sampai di Dangar Ode langsung di sambut senja secantik ini
Kenapa perjalanan itu begitu menyenangkan?
Karena hanya di perjalanan kita akan terbangun pada pagi hari dengan alarm dari kicauan burung, deburan ombak, dan sinar matahari pagi yang begitu indah. Pukul 05.30, matahari mulai menampakkan sinar indahnya. Saya terbangun dan melihat teman-teman yang sedang tertidur pulas. Rasanya bahagia sekali, karena sampai pada detik ini mereka selalu setia membersamai saya. Selalu ada bersama saya dalam keadaan apapun. Mereka yang tahu bagaimana saya dan sifat saya yang terkadang suka emosian, tetapi mereka yang selalu sabar dan tahan banting terhadap semua ocehan saya. Terimakasih ya Allah telah mempertemukan saya dengan teman-teman terbaik seperti mereka.
Matahari perlahan mulai meninggi. Semua kembali sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ada yang memasak, foto-foto, atau sekedar menggali pasir untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan untuk sarapan, seperti yang kita lakukan ini. Ide menggali pasir untuk mencari kerang datang dari Arif. Asal mau menggali sedikit saja, kerang-kerang itu bisa kita dapatkan dengan mudah. Kerang ini katanya Arif rasanya sangat enak. Saya belum pernah memakan kerang ini, terakhir kali saya memakan kerang bakar ketika jalan ke Pantai Kencana dan itu sukses membuat perut saya melilit seharian. Saya heboh sendiri ketika berhasil menggali pasir dan menemukan tumpukkan kerang.
“Aida baru aja segitu sudah heboh.” Mul menanggapi kehebohan saya dengan sinis.
“Gitu si kamu ndak bisa lihat temanmu bahagia.”
“Jahat aku yah?”
“Iya jahat.”
Pencari Kerang
Ini penampakan kerang yang kita cari sampe muka gosong
Kerang rebus ala ala dengan bumbu mie instan menjadi menu sarapan kita pagi ini. Arif yang khusus menjadi chef-nya. Dia yang memiliki ide mencari kerang, maka dia pulalah yang harus menyelesaikan idenya hingga tahap akhir, tahap masak-masak. Tidak lama berada di atas api, kerang-kerang itu mulai terbuka dan menampakkan isinya yang sangat menggoda. Hati bergejolak, makan, ndak, makan, ndak. Tapi ya namanya Lulu, mana bisa tahan godaan sea food, ya walaupun sadar diri setelah makan ini perut akan melilit. Yang terpenting, bahagia dululah. Hahahaha.
Ternyata tidak hanya jatuh cinta yang bisa membutakan mata dan hati, tetapi juga kerang ini. Kita turun lagi ke pantai untuk menggali pasir, mencari kerang untuk dimasak kedua kalinya. Tidak puas makan hanya satu kali, ronde kedua pun dilakukan dan semoga tidak ada ronde ketiga, karena sungguh muka saya sudah tidak terlihat bentuknya. Hitam, kusam, dekil, terpapar sinar panas matahari Sumbawa yang konon katanya berjumlah sembilan. Belum lagi prosesi nyebur-nyebur dan ngambang di laut nanti yang membuat wajah saya semakin hitam dekil. Ya Allah, bagaimana bisa disukai cowok, tiap kali mainannya di pantai dan pulang muka wajib hancur.
Perjalanan kemarin akhirnya mengajarkan saya bahwa, hanya perjalanan yang pada akhirnya sanggup menyembuhkan luka dan menumbuhkan rasa. Terimakasih Baper Manjyah. Kalian memang terbaik dalam membangkitkan moodbooster. Ayo kapan kita kemana lagi? Asal sama kalian, pasti menyenangkan.
 
teman2 lagi transplantasi karang
media beton untuk melekatkan karang

NB:
Maafkan jika fotonya agak mencong-mencong, horizonnya miring, karena ini hanya di ambil menggunakan HP dan lagi malas mengedit.hihihi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^