Selamat Hari Lahir, Lulu |
“Selamat hari lahir….
Tanggal 26 untuk usiamu yang 26,
its special day for you.”
Hanya sebaris kalimat itu yang
muncul di layar telpon genggam saya malam itu. Hanya sebaris kalimat tanpa
selipan doa, harapan, kata-kata romantis sepanjang rel kereta api atau apapun
itu. Alhamdulillah, karena saya tidak
suka pesan yang dipenuhi kata-kata puitis sok romantis. Kalau kata seorang teman “Kamu tu
aries sekali Lu.” Sambil memperlihatkan ramalan sifat berdasarkan zodiak. Di
sana tertuang kalimat.
“Jangan menuntut romantis ke Aries, apalagi dengan cara menye-menye menjijikkan. Definisi romantis versi aries itu beda banget. Mereka cenderung melakukan hal yang ‘aneh’ dan membuat kamu ingat selalu. That’s definition of romantic. They are into actions, not romantic words.”
Makjleb, glek-glek-glek, seperti
rasa meminum setenggak sprite tanpa tarikan nafas, sodanya langsung menusuk dan
membuat sendawa keluar. Hahahaha. Kok bisa ramalan sifat dari milyaran orang
terkotakkan menjadi 12 zodiak? Mungkin dalam kasus saya ini kebetulan saja.
Mungkin.
Hei Lulu, selamat hari lahir…
26 tahun. Waktu yang ketika dulu
dalam buku harian saya tergambar bahwa di usia itu saya telah menikah, telah
punya anak-anak yang lucu, suami yang baik, layaknya kehidupan yang sering saya
tonton di drama korea. Usia 26 tahun, bagi saya dulu adalah
waktu dimana saya berada pada titik dewasa, saya telah bisa menyelesaikan semua
wish list saya. Tetapi ternyata di
usia 26 tahun, saya masih berada pada titik yang sama seperti usia-usia saya
sebelumnya. Bahkan keinginan sekolah lagi yang telah saya tuliskan sebagai wish list di usia 22 tahun, hingga di
usia 26 tahun ini belum juga terlaksana. Maka jangan tanyakan lagi tentang
“menikah.” Sungguh, itu seperti memeras air jeruk nipis ke mata. Perih.
Beberapa tahun kemarin saya mulai membiasakan untuk memberikan
hadiah kecil untuk diri saya di setiap pertambahan usia. Di usia 24, saya
melakukan perjalanan ke pulau kecil nan romantis bersama seseorang yang separuh
dari isi tulisan dan perjalanan saya selalu bersama dia. Itu adalah perjalanan
terindah yang akhirnya membuka hati saya, bahwa tidak selamanya orang yang
dipertemukan di dalam perjalanan juga akan selalu berada dalam perjalanan yang
sama. Pada satu jalan, mereka juga bisa berpisah karena perjalanan yang tak
lagi sama. Selamat tinggal, menjadi kata yang lebih baik, daripada menetap,
tetapi hati juga tidak tahu bagaimana caranya bisa menetap. Pada usia 25 tahun,
saya melakukan perjalanan untuk bisa bertemu dengan banyak orang baru yang
akhirnya membuka pandangan saya tentang banyak hal. Dan di usia 26 tahun ini,
saya ingin pulang. Pulang ke rumah. Menetap dan nyaman pada 'satu' saja.
Pulang, Lokasi: Pelabuhan Poto Tano Sumbawa |
Sebuah Kado di Hari Lahir
Beberapa minggu yang lalu, saya ke
toko perabotan rumah tangga. Ada beberapa barang yang harus saya beli.
Setibanya di rak boneka, mata saya tertuju pada boneka penyu kecil berwarna
pink. Bonekanya cantik sekali. Karena saya memang pink addicted, jadi
setiap yang berwarna pink selalu sukses mencuri hati dan menguras isi dompet
saya. Boneka itu saya gantung di rak buku tepat di depan tempat tidur saya,
jadi setiap saya tidur, atau sekedar rebahan di kasur, mata saya langsung
tertuju pada boneka itu. Boneka penyu berwarna merah muda itu juga seakan
tersenyum setiap saya memandang. Setelah Mpus, kucing ganteng berwarna belang,
saya akhirnya memiliki satu peliharan lagi, si boneka penyu merah muda yang bisa saya
ajak curcol di rumah. Walaupun setiap saya curhat apapun dia hanya bisa diam
dan memberikan senyuman mautnya saja.
Si penyu kecil berwarna merah muda,
saya nobatkan sebagai hadiah kecil untuk diri saya di umur yang ke-26 tahun. Si
penyu yang setiap hari menjadi pengingat bagi saya untuk bergegas, walaupun itu
hanya jalan perlahan. Alon-alon asal kelakon, biar pelan asal selamat.
Tidak perlu terburu-buru mengejar target masa depan, yang terpenting adalah
bagaimana bisa menikmati setiap perjuangan dan perjalanan itu. Buat apa lari
sekuat tenaga, tetapi belum setengah perjalanan, nafas tersengal, lelah, dan
kemudian menyerah. Pelan, tetapi pasti tiba di tujuan itu lebih baik. Si penyu
kecil yang tidak pernah menyerah, tantangan demi tantangan hidup di laluinya,
karena si penyu sadar bahwa hanya ada satu kali kesempatan dalam hidupnya,
setelah itu mati. Dan kemanapun si penyu kecil itu mengembara, sejauh apapun
dia melakukan perjalanan, pada akhirnya yang dibutuhkan si penyu adalah untuk
pulang. Dia butuh pulang, untuk tahu bahwa cinta yang sebenarnya hanya ada di
rumah.
Kado kecil di hari lahir, si penyu
cantik berwarna merah muda, untuk menjadi pengingat bahwa hidup harus tetap
berjalan bagaimana pun itu. Tidak perlu berlari, jika pada akhirnya kelelahan
lalu menyerah. Pelan-pelan saja, jika lelah istirahat, tetapi jangan sampai
menyerah. Harus kuat, harus tabah, harus sabar. Hidup untuk dijalani, tidak
untuk di keluhkan. Dan jika pada akhirnya nanti kamu telah berhasil sampai pada
tujuan perjalananmu itu, ingatlah untuk pulang. Ingatlah pada cinta yang selalu
membersamaimu, merekalah yang selama ini tidak lelah mendoakan
keselamatanmu.
Si penyu kecil hadir, untuk menjadi
pengingat. Tetap semangat Lulu, jangan takut, banyak yang sayang sama kamu
^_^
Si penyu cantik berwarna merah muda |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya teman-teman, supaya saya bisa berkunjung kembali....
Salam persahabatan Blogger Indonesia ^_^