Briefing KI Sumbawa 8 November 2015 di Istana Dalam Loka |
Seperti ada
suara-suara yang memanggil saya, tetapi entah siapa. Saya mengabaikan suara
panggilan itu dan tetap asyik melihat penampilan adik-adik Universitas Teknologi
Sumbawa di Festival Moyo.
“Lulu, Lulu.” Suara
itu kembali memanggil. Saya menengok ke belakang, terlihat sesosok dengan badan
tinggi, mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘Sambava’ dengan jaket bludru berwarna
cokelat muda menghampiri saya.
“Oii Lulu, Aida cuek dia sekarang yah.” Sosok itu
menegur saya. Lamat-lamat saya perhatikan wajahnya.
“Bang Samsun!!!” Saya
jejingkrakan heboh. “Ndak mungkin saya cuek dengan abang keren yang satu ini.
Kapan datang dari Mataram, Bang?” Cengir kuda menghiasi wajah saya.
“Kamu ya, sibuk sekali
sekarang, sampai-sampai dihubungi susah.” Bang Samsun mulai menyindir saya
dengan kata “sibuk” itu.
“Maaf Bang,
gimana-gimana, apa yang bisa saya bantu?” Cengiran kuda itu kembali saya
perlihatkan. Jika di dalam emoticon
pesan, maka cengiran kuda itu semacam senyum tanda bersalah yang amat sangat,
maka senyum saya sekarang ini bisa dikatakan sebagai senyum penyesalan saya
karena telah gagal menyelesaikan tugas.
“Banyak yang harus di
diskusikan, ayo kita ngopi dulu.” Bang Samsun mengajak saya ke stand Kopi Tepal
di Festival Moyo. Di stand itu disediakan segala jenis Kopi Tepal yang terkenal
enak, harganya pun murah meriah dengan kualitas rasa yang tidak bisa diragukan
lagi. Sambil menikmati segelas Kopi Tepal, pembicaraan-pembicaraan itu pun
mengalir dengan sendirinya. Mulai dari diskusi tentang kepemudaan,
project-project terkini yang harus segera diselesaikan bahkan cerita
ngalur-ngidul kesana kemari.
Tiga Kali KI Sumbawa Gagal di Eksekusi
Saya biasa
memanggilnya Bang Samsun, nama lengkapnya Samsun Hidayat. Pertama kali bertemu
dengan laki-laki kelahiran tahun 1987 itu di Agro Tamase, ketika diskusi dengan
Pak Badrul Munir. Secara tidak sengaja, kita bertemu disana. Pertemuan di awal
Maret 2015 itu pulalah yang menjadi cikal bakal rencana-rencana kegiatan di
Sumbawa tercetus, salah satunya adalah Kelas Inspirasi Sumbawa. Program turunan
Indonesia Mengajar yang telah meluas secara nasional, menjadi salah satu
kegiatan yang kita rencanakan akan segera dibuat di Sumbawa. Grup Facebook dan
Whatsaap telah dibuat untuk memudahkan koordinasi walau jarak kita berjauhan,
saya di Sumbawa, sedangkan Bang Samsun dan Bang Aji di Mataram, tetapi entahlah
mungkin karena kesibukan masing-masing atau karena waktu yang belum pas, KI
Sumbawa tak kunjung terlaksana. Tiga bulan kemudian, tepatnya di bulan Juni
2015, Bang Samsun berkunjung ke Sumbawa untuk suatu urusan, kita bertemu lagi
untuk membicarakan tentang pelaksanaan KI Sumbawa. Pertemuan itu telah sampai
pada pembahasan tempat dan waktu pelaksanaan KI Sumbawa. Tetapi lagi dan lagi
pertemuan itu hanya menyisakan cerita tanpa eksekusi. Setelah pertemuan terakhir
itu, selama beberapa bulan kita tidak pernah bertemu lagi hingga September di
event Festival Moyo ini kembali mempertemukan kita.
“Bagaimana Kelas
Inspirasinya? Terlalu sibuk sih Ibu Lulu ini.” Bang Samsun paling suka
menyinggung saya dengan kata ‘sibuk’ itu, bagaimana tidak, di sms kapan,
dibalasnya kapan.
“Iya, maaf. Banyak hal
yang harus diselesaikan kemarin.”
“Tapi sekarang sudah
ndak begitu banyak kerjaan, kan?”
“Masih sih, tapi
bisalah. Kita harus buat Kelas Inspirasi itu Bang. Sumbawa punya banyak pemuda
hebat yang tinggal di NTB bahkan luar NTB, harus ada kegiatan untuk mereka bisa
pulang dan berbagi pengalaman bersama adik-adik di Sumbawa. Saya sih
berharapnya, Kelas Inspirasi ini bisa jadi cara untuk mereka pulang sebentar
dan cara untuk adik-adik di Sumbawa tahu bahwa mereka punya kakak-kakak yang
hebat dan bisa bermimpi besar seperti mereka.”
Waktu menunjukkan
pukul 09.30 Wita. Malam yang semakin larut, pengunjung Festival Moyo semakin
sepi, tetapi kita tidak kehabisan kata untuk tetap berdiskusi. Seruputan kopi
menjadi penyela diskusi yang semakin menghangat. Bang Samsun banyak cerita
tentang pengalamannya selama mengikuti Kelas Inspirasi di Lombok, dan betapa
inginnya dia juga membuat hal yang sama di Sumbawa.
“Jadi kapan bisanya
kita agendakan Kelas Inspirasi ini?” Bang Samsun bertanya lagi.
“9 November bagaimana
Bang?” Saya mengusulkan tanggal.
“Itu hari Senin ya?
Berarti setelah Festival Moyo ini kita punya waktu sebulan lebih untuk
persiapan Kelas Inspirasi ini.”
“Keburu ndak waktunya
itu Bang??”
“Insya Allah, bisa.
Nanti kamu tinggal cari panitia lokal yang benar-benar bisa membantu. Karena
ketika pelaksanaan Kelas Inspirasi peran panitia lokal ini sangat besar, bahkan
menjadi penentu suksesnya kegiatan KI nanti.” Papar Bang Samsun. “Nanti saya akan kirimkan usulan pelaksanaan KI
Sumbawa di website KI Pusat. Pokoknya kamu fokus saja urus untuk persiapan di
Sumbawa.” Lanjutnya lagi dengan diiringi senyumnya yang khas. Pertemuan malam
itu, membuat semangat saya begitu menggebu-gebu untuk melaksanakan KI Sumbawa.
Selain mengurus
penampilan adik-adik Universitas Teknologi Sumbawa di Festival Moyo, saya
selalu menyempatkan untuk bisa bertemu Bang Samsun untuk membicarakan tentang KI
Sumbawa ini. Saya berharap untuk perencanaan KI Sumbawa kali ini bisa berhasil
dan tidak senasib dengan perencanaan KI Sumbawa sebelumnya yang hanya stuck pada perencanaan saja.
Beberapa hari setelah
diskusi dengan Bang Samsun itu, saya terkejut ketika melihat facebook ternyata
disana ada postingan Bang Aji tentang KI Sumbawa. Bang Aji telah membuat
fanspage, twitter, Instagram, bahkan blog KI Sumbawa. Wah gerak cepat juga
rupanya ini, pikir saya. Selain Subhan Azharullah yang memang sedari awal telah
ikut KI Lombok, teman-teman yang ada di Sumbawa yang menurut saya bisa membantu
KI Sumbawa saya hubungi, Rina Yulianti seorang teman dari masa SMP hingga
kuliah saya ajak untuk menjadi panitia lokal, Mas Anton, Bang Iyank, Bang Dani,
Lita, Mbak Reny Suci, dan beberapa teman sepermainan- teman diskusi saya ajak
untuk bergabung, dan syukurnya mereka semua merespon positif hal tersebut. Sebulanan kita berkutat dengan persiapan KI
Sumbawa, pulang kerja jam 4 sore istirahat sebentar, malam harinya jam 8
langsung kumpul lagi untuk rapat KI Sumbawa.
KI Sumbawa chapter SDN Ai Limung |
Evaluasi KI Sumbawa di Istana Dalam Loka |
H-3 Adalah Waktu yang Sangat Mengerikan
Siapa yang akan
menyangka bahwa detik-detik menjelang pelaksanaan KI Sumbawa, Anak Gunung
Rinjani tiba-tiba mengamuk. Akibatnya adalah, semua penerbangan dari dan menuju
Bandara Internasional Lombok di batalkan. BIL ditutup untuk sementara, imbasnya
tidak hanya ke BIL saja, Bandara Ngurah Rai juga di tutup. Banyak relawan yang
berasal dari luar Pulau NTB yang telah konfirm kesediaannya untuk bisa
mengikuti KI Sumbawa terpaksa harus membatalkan keikutsertaannya. Ketidak
pastian waktu BIL dibuka kembali membuat mereka ragu-ragu untuk membeli tiket.
Panitia lokal mulai ketar-ketir, hati dag-dig-dug tak karuan. Sembari mempersiapkan
segala hal untuk pelaksanaan KI Sumbawa, mencari lagi relawan yang berasal dari
dalam Sumbawa juga gencar kita lakukan. Dari 75 relawan yang telah mendaftar
untuk bisa mengikuti KI Sumbawa, hampir setengahnya tidak bisa mengikuti KI
Sumbawa, ada banyak alasan yang tidak bisa kita pungkiri juga seperti makan
buah simalakama. Ingin ikut Kelas Inspirasi tapi apalah daya ternyata izin
tidak ada, kalau memaksakan kehendak ikut Kelas Inspirasi bisa-bisa kena SP
dari kantor.
“Sabar, ujian KI
Sumbawa ” Mas Surya mengingatkan kita.
Allah bersama
orang-orang yang sabar dan meminta kepada-Nya. Semakin banyak yang konfirmasi
membatalkan keikutsertaannya, semakin banyak juga relawan yang tiba-tiba
mendaftar untuk ikut bahkan mengajak teman lainnya untuk ikut serta juga.
“Mba saya masih bisa
daftar Kelas Inspirasi Sumbawa? Saya dapat infonya setelah pendaftaran tutup.”
Bunyi SMS salah seorang relawan kepada saya.
“Ayoo Mbak dengan
senang hati.” Mendapatkan sms seperti seperti mendapatkan sms dari seseorang yang
tercinta, bahagianya tak terkira. Hati yang tadinya gundah gulana jadi cerah
seketika. H-3 itu menjadi waktu yang tidak bisa disangka-sangka, ketika kita
mulai takut akan kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan, ketika itu pula
keajaiban-keajaiban datang. Sms beberapa relawan yang ingin mendaftar juga
terus masuk, bahkan mengajak serta teman-temannya yang lain. Gugur satu tumbuh
seribu itu iya sekali di Kelas Inspirasi Sumbawa.
Relawan KI Sumbawa |
Pak Aan Relawan KI Sumbawa |
9 November 2015
9 November 2015. Satu
tahun yang lalu menjadi satu hari yang luar biasa bagi saya. Saya bertemu
dengan banyak orang hebat, yang tidak hanya menginspirasi adik-adik di Sumbawa,
tetapi juga menginspirasi diri ini untuk bisa berbuat lebih banyak lagi.
Satu tahun berlalu. 3
Oktober 2016 yang lalu Kelas Inspirasi Sumbawa #2 juga telah dilaksanakan. Di
KIS #2 juga ada banyak orang-orang hebat yang membantu suksesnya pelaksanaan
KI. Mereka yang dengar kerja keras dan semangatnya selalu berhasil membuat saya
mellow. Ada Rina dan Subhan yang dari awal KIS selalu membantu. Kakak-kakat
terbaik kita, Bang Aji dan Mas Surya, yang walau apapun yang terjadi tidak
pernah meninggalkan kita di KIS. Utari, si apoteker yang di KIS #1 kemarin
menjadi relawan pengajar. Ada Silvi teman zaman SMP, yang juga ikut kecemplung
membantu di KIS. Si perawat cantik Farah, dia teman saya sewaktu SMP, ini
pertama kalinya dia ikut di KI, dan sekalinya ikut dia jadi keganjringan untuk
ikut KI lagi. Kita juga punya Duta Shampoo a.k.a Arif Hidayat, seorang teman
dari zaman SMA, berambut panjang sebahu, lurus dan sangat halus (berasa pengen
elus-elus tu rambut :p ) kehadiran Arif membuat satu PR kita untuk blusukan
cari teman-teman yang jago desain berkurang, dia jago desain dan desainnya itu daebak sekali. Ada Lina, Rizki Mulyanto,
Kak Rian, Wahyu, Ocid. Rata-rata dari Panitia Lokal KIS ini adalah teman
sepermainan zaman dahulu kala. Kelas Inspirasi ini mempertemukan, mempersatukan
dan semoga kita semua bisa awet pertemananannya sampai tua nanti, dan kali aja
jadi besanan, hahahaha. Akan ada satu sesi
saya akan menceritakan tentang teman-teman Panitia Lokal KIS #2 ini. Mereka adalah
orang yang banyak membantu dan membuat semuanya jadi luar biasa.
Relawan KI Sumbawa 9 November 2015 |
Akhirnyaaaa.....setelah sekian lama ni rumah ditinggalkan....selamat bebersih...kayaknya bnyak sarang laba2..hahaha...selamat datang kembali..:)
BalasHapusHihihihi.. iya kak.. akhirnya menulis lagi.. bukan sarang laba laba lagi, tapi kayaknya ni rumah hampir roboh.. :)
Hapus