Pulau Bedil Uyeeeeee, Look at Ocid, bertopi baju putih, eskpresinya selalu sayu sendu manjah gt kalau foto -_- |
Cuaca saja yang bisa diramalkan kapan hujan, kapan badai,
kapan petir, bisa tidak terjadi sesuai dengan ramalannya, apalagi rencana, yang
kita belum tahu pasti bisa tereksekusi apa tidak, yang bisa berubah-ubah sesuai
kehendak hati dan keadaan. Ya sama dengan rencana liburan ini, yang sudah
jauh-jauh hari direncanakan, menjelang H-1 masih belum jelas akan jadi atau
tidak.
”Lagi mager, males kemana-mana weekend ini.” Kata saya di dalam grup watsapp Baper Manjyah. FYI,
Baper Manjyah ini adalah grup panitia lokal Kelas Inspirasi Sumbawa, yang
dikarenakan kebaperan dan ke-manjah-annya sudah masuk ke dalam kategori akut
stadium akhir, grup itu pun berganti nama setelah melalui prosesi bakar-bakar
Ayam Nyerengkang (Ayam Taliwang versi kita, yang setiap masak bumbunya selalu absurd tapi ngengenin). Grup itu butuh waktu lama untuk pencarian jati diri, mencari
nama yang cocok untuk menggambarkan diri yang sesungguhnya, mulai dari nama
yang normal hingga yang abnormal. Ketika dilahirkan namanya adalah “Panlok KI
Sumbawa”, kemudian menjadi “Fasil KI Sumbawa”, mulai error sedikit menjadi “Panlok
Baper Akut”, hal itu dikarenakan hampir semua panitia lokalnya adalah jomblo
dan selalu baper, bapernya sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Kemudian menggila lagi “Fasil Baper
Manjah” dan kerena Arif yang ngomong manjahnya sedikit jibang (jijik banget)
dengan bibir yang agak nyelekit ke atas sedikit, kita pun mengganti namanya
menjadi “Fasil Baper Manjyah”. Nama itu tidak akan berganti lagi hingga semua
anggotanya berhenti baper dan tidak jomblo, hhaaaaaaatchim.
“Kakiku juga cedera ini, habis main futsal.” Kata Arif.
“Aku 3 hari ini selalu dapat shift malam, aku lelah, maunya
istirahat.” Utari menambahkan
“Aku belum minta izin orang tua, aku kayaknya nggak bisa
ikut.” Farah datang lagi membawa alasan ketidakpastiannya dia ikut liburan.
“Oke kalau begitu, kita liburannya di tunda dulu ya. Nggak
enak juga liburan dengan personil yang tidak lengkap, lagipula Sumbawa lagi
sering-seringnya hujan. Kita buat acara makan-makan aja di rumah.” Karena
banyak yang mengatakan tidak bisa ikut liburan, saya akhirnya menarik
kesimpulan bahwa liburan kali ini lebih baik dirumah saja, kumpul dan
makan-makan seperti biasanya.
“Eh Nggak jadi kemah ini?” Mul yang baru keluar dari
persembunyiannya tiba-tiba datang dengan pertanyaan itu.
“Nggak jadi.” Saya menjawab dengan emoticon cengiran kuda andalan
saya.
“Aku bakar semua lampion yang aku buat ini kalau begitu.” Mul
dari jauh-jauh hari memang mengatakan bahwa dia akan membuat lampion untuk
malam ketika kemah nanti. Dia ingin membuat kesan romantis pada liburan kita.
Ya pasti akan marah juga, kalau semua persiapan yang sudah dilakukan tidak jadi
digunakan. Bakar Mul, bakar. Ini saya punya korek warna pink, hhaaaa.
“Eh jangan gitu dong, aku nggak mau buat kamu kecewa untuk
yang kedua kalinya. Yuk kakak-kakak berangkat.” Utari berusaha meredakan amarah
Mul.
“Kecewa?? Kecewa kalau berangkatnya setengah hati bukan di
cancel.”
“Deuh Mul, coba scroll
pesannya dari atas sampai bawah dulu, di baca baik-baik” Farah juga berusaha
meredakan amarah Mul.
Daripada melihat Mul berubah jadi Hulk, daripada melihat dia
frustasi nangis guling-guling manjah di kamar dan membakar semua lampion yang
dibuat, akhirnya liburan pun jadi. Grup Baper Manjyah kembali diributkan dengan
rencana liburan. Yang bawa tenda siapa, alat-alat masak bagaimana, perlengkapan
kemah bagaimana, apa saja yang harus dibawa, ada banyak pertanyaan yang
berujung pada kerempongan. Saya biasanya kalau kemana-mana cukup membawa ransel
yang berisi selimut, baju ganti dan tas make up ala-ala berubah rempong. Saya
sih yang membuat semuanya jadi rempong. Dapur Ibu saya obrak-abrik mencari
peralatan masak untuk kemah nanti, sampai Ibu saya geleng-geleng kepala melihat
tingkah anak perempuan satu-satunya ini. Pagi harinya saya sudah rusuh
mengganggu Rina untuk menemani ke pasar belanja bahan-bahan masak nanti.
Geng Baper Manjyah a.k.a Grup Jeblok |
“Mau kemah kemana lagi?” Ibu sudah khatam dengan gaya anak
perempuannya ini yang kalau sudah mulai sibuk cari pernak-pernik kemah,
itu artinya dia akan pergi.
“Mau ke Pulau Bedil sama teman-teman.” Saya mempersembahkan
senyum terbaik saya untuk Ibu. Pada saat seperti itu Ibu biasanya hanya diam
pura-pura cuek, tapi pada akhirnya, Ibu juga yang akan membantu saya packing semua kebutuhan kemah saya.
Mulai dari piring, gelas, teplon, tenda, hammock, baju, dan tetek bengek
lainnya. Ah Ibu memang yang terbaik.
“Pergi sama grup Jeblokmu lagi ini?”
“Iya Bu, siapa lagi coba kalau ndak sama mereka.”
Ibu biasa memanggil grup Baper Manjyah dengan sebutan Grup Jeblok. Jeblok itu artinya bukan bodoh, bego’, tolol atau sejenisnya, tetapi
artinya adalah jomblo. Ada sejarahnya di keluarga kenapa jeblok itu artinya
menjadi jomblo. Alkisah, ada temannya paman saya yang tidak bisa menyebutkan
kata jomblo, setiap dia mau mengatakan jomblo, yang terucap adalah jeblok. Sejak
itulah kata jomblo berganti menjadi jeblok.
Pulau Bedil, Pulau
Mungil nan Romantis
Ini bukan kali pertama kita ke Pulau Bedil. Ketika hari
pelaksanaan Kelas Inspirasi Sumbawa, teman-teman relawan KIS juga kita ajak
untuk bermain ke Pulau ini. Pulau yang berada di Kecamatan Utan ini selalu
berhasil menarik hati orang untuk datang kesana lagi dan lagi. Pulaunya kecil,
pohon kelapa yang menghiasi hampir di semua sudut pulaunya menjadikannya
seperti Pulau Hawai versi Sumbawa. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kota
Sumbawa, sekitar 1 jam perjalanan. Pulaunya cantik, pohon kelapanya yang banyak
membuat pulau ini sejuk dan asyik untuk dijadikan tempat mager sambil memasang
hammock.
Bukan orang Indonesia namanya, jika tidak ngaret. Mungkin
sudah kesurupan jin bule, atau kepalanya di colek sodoku ketika tidur, kalau
semuanya bisa tepat waktu. Janji berkumpul jam 1 di rumah saya, jadi molor
menjadi jam 2. Itu pun personil belum lengkap. Demi apa selalu ngaret? Demi
bisa ke salon sambil creambath rambut agar bisa lurus tergerai manjah. Abaikan
semua keluh kesah ini. Intinya kita berangkat ke Utan pukul 3 kurang 15 menit,
setelah bedak luntur dan jilbab sudah kusut layaknya hati ini, dan si Abang
sudah mulai berpaling ke lain hati, hhaaaseeeeem.
Hanya 8 orang yang bisa ikut kemah dari total 14 pasukan
Baper Manjyah yang ada. Ada Rina, Utari, Farah, Ocid, Mul, Desy, dan Arif. Perjalanan
dari Sumbawa awalnya mulus-mulus saja semulus pipi Raisa, tetapi tiba di Utan
hujan mulai turun. Saya fikir hujannya hanya rintik-rintik saja dan bisa di
terobos, tidak tahunya hujan mulai menderas. Yah walaupun hujan hanya membasahi
tidak menghalangi perjalanan, tetapi tetap saja akan mengganggu keseruan
liburan jika semalaman hidung meler-meler dan badan panas dingin karena flu.
mager di hammock itu memang paling menyenangkan |
Untuk menuju ke Pulau Bedil kita menggunakan perahu milik TNI
AL yang berjaga di perairan kawasan Labupade Utan. Harga sewanya Rp. 250.000 PP
Labupade-Pulau Bedil, dengan kapasitas penumpang 8-10 orang/ kapal. Penyebrangan
dari Labupade ke Pulau Bedil tidak memakan waktu lama, sekitar 20 menit.
Disepanjang perjalanan, mata kita akan dimanjakan dengan keindahan suasana
matahari terbenam di ujung Sumbawa. Jika cuaca sedikit lebih cerah, biasanya
kita bisa melihat penampakan Gunung Rinjani yang berdiri kokoh dan gagah,
seakan menantang setiap mata yang memandang untuk datang kesana.
Setibanya di Pulau Bedil, kita langsung mendirikan tenda,
hammock, dan mempersiapkan makanan untuk makan malam nanti. Kompor portable yang
kita bawa ini sangat membantu proses masak memasak. Tidak perlu keliling cari
kayu seperti biasanya. Walaupun semua perlengkapan yang kita bawa itu super
duper rempong, tapi FYI semuanya sangat membantu. Saya tinggal mager duduk
depan kompor, dan alat-alat masak sudah tersedia di samping. Tinggal
goreng-goreng, masak-masak, tumis-tumis, yeeeyyy makan enak. Makan malam dengan
suasana nan romantis. Lampion yang dibuat Mul mulai dinyalakan. Sekeliling area
di lingkari oleh lampion itu. Duuh seandainya, yang melakukan ini semua adalah someone spesial saya, sudah deh, tidak
perlu nunggu waktu lama, saya yang akan datang melamar, #eh.
masak masak manjyaaaah, berasa emak -_- |
Malam Semakin Malam,
Otak Semakin Menggelinjang
Kalau di dalam grup watsap ada yang kirim pesan “Udah ah, mau
istirahat dulu, besok harus kerja.” Disaat itulah Arif dengan kibasan rambut
manjahnya akan datang “Hhaaa mau tidur? Masih pagi juga.” Di provokasi dengan
kata-kata itu saja, semua langsung menggelinjang. Mulai meributkan chat grup
dengan obrolan ngalur ngidul, dari pembicaraan normal hingga yang membuat otak
menggelinjang jadi jeglek sejeglek-jegleknya. Malam ini grup watsap sepi. Semua
provokator keributan sedang memindahkan Marina Café Senggigi ke Pulau Bedil.
Pulau Bedil yang biasanya sendu, sunyi, damai, akan dibuat ribut terdengar
sampai gaduh. Gitar sudah dalam posisi on
fire. Musik mulai dimainkan. Lagu dari yang sendu manjah hingga yang
membuat jempol dan badan bergoyang. Kamu yang biasa melihat kita yang kalem,
cool, tidak banyak omong atau pun kalau gila juga masih dalam batas wajar, tidak
akan menemukan penampakan itu sekarang. Semua mulai menggelinjang. Lagu
ajep-ajep di youtube diputar. Otak mulai menggila sampai pagi. Yang patah hati
bisa berhenti galau, yang lagi marah bisa meredam amarahnya sebentar, yang sedih
bisa bahagia. Itu kali ya alasan kenapa anak-anak gaul metropolitan kalau menggalau
mainnya itu pergi clubbing, joget
ajojing sampai pagi. Rasa galau seakan hilang seketika. Ah tetapi tetap saja,
sebaik-baik tempat mencurahkan isi hati itu kepada Allah Swt, sholat dan sabar
sebagai penolong terbaik.
geng jeblok, gayanya absurd semua, seabsurd hatinya dan perasaannya, hahahahaha |
Sebenarnya bukan tentang ke tempat eksotis mana yang akan
kamu datangi untuk menghabiskan waktu liburan, tetapi dengan siapa kamu pergi.
Walaupun hanya mager dirumah, makan-makan atau main gitar, tetapi dengan
orang-orang yang menyenangkan semuanya akan terasa menyenangkan. Tetapi biarpun
ke Raja Ampat, kalau teman perjalanannya tidak asyik, ya percuma saja.
Terimakasih Baper Manjyah, ke-jeblok-an kalian ada gunanya juga, setidaknya
ketika kita sedang ngumpul tidak ada yang bisik-bisik angkat telpon “maaf
sayang saya lagi sama teman-teman.” Setelah menerima telpon langsung diam-diam
pamit.
You made my day guys.
You made my day guys.
“Ini terakhir kalinya ya kita liburan tahun ini. Males ah
ketemu kalian terus.”
“Oke, tahun depan lagi ya.”
Percakapan terakhir sebelum meninggalkan Pulau Bedil, eh
nggak tahunya setelah beberapa hari paska liburan sudah ada yang nanya.
“Kemana lagi kita akhir pekan ini?”
Sebegitu susah move on-nyakah
kalian dengan Baper Manjyah ini?
wefieee |
NB:
Spesial thanks to Ocid. Kita (saya dan rina) selama ini
selalu ngamuk sama kamu karena keseringan selfie dengan wajah yang sayu nan
manjah itu, tetapi untuk liburan kali ini, foto selfiemu dan provokasimu untuk
mengajak kita semua berfoto menyelamatkan liburan kali ini yang hampir saja
hampa tanpa dokumentasi foto..hahhhaa
Dan apalah artinya postingan cerita liburan ini tanpa
foto-foto manjah…
Sumbawa, 20 November 2016
sampai jumpa di liburan kita selanjutnyaa... :D |
Akkk ngiriiii pengen kemah dengan grup jeblok baper manjah, dan tidur di hammock, paradiseee
BalasHapusyuk mbak dew kapan liburan ke sumbawa biar ditemani kemping sama anak2 jeblok ini... ;)
HapusAku rinduuuuu
BalasHapuskamu rindu aku atauuuu???
Hapus:D