Perjalanan ke Makassar Oktober 2016 |
Ibu adalah orang yang paling
khawatir ketika aku hanya berdiam diri dirumah. Diam dikamar, membaca buku dan
berkutat dengan laptop. Sepulang kerja, hanya mengucapkan salam dan basa basi
sebentar dengan Ibu dan Bapak. Setelah itu aku langsung menuju kamar. Pura-pura
memejamkan mata yang tidak mengantuk. Pura-pura istirahat padahal badan tak
sepenuhnya lelah. Ibu tahu banyak hal yang bahkan tak aku tahu. Termasuk
tentang hati yang sangat abstrak untuk aku pahami seperti apa.
“Ibu pernah menyukai seseorang, sudah
dalam tahap perkenalan keluarga masing-masing, tetapi diakhirnya seseorang itu
malah mengirimkan undangan pernikahannya ke Ibu.” Cerita Ibu di sore itu.
“Ibu kecewa?”
“Bohong jika Ibu bilang tidak
kecewa. Tapi yang namanya jodoh tidak bisa dipaksa, nak. Ada seseorang yang
dihadirkan Allah kepada kita, hanya untuk mengajari kita tentang pemahaman yang
sebenarnya, untuk menguji sejauh mana kita yakin akan janji-Nya. Manusia itu
hidup berpasang-pasangan. Itu janjinya dikitabnya yang suci.”
Ibu mengusap kepalaku. Aku
kembali luruh dalam pelukannya, dalam tangis yang tak bisa aku tahan. Sampai
kapan pun aku tak akan dewasa, selalu sesenggukan jika bicara tentang perasaan.
“Ibu aneh jika kamu diam dikamar
terus. Ibu lebih suka melihat kamu berkelahi dengan adikmu, cerewet menasehati
adikmu setiap hari. Sana jalan lagi sama teman-temanmu, daripada diam seperti
ini. Ibu ndak suka.”
Kata mereka perjalanan bisa
menyembuhkan luka. Kalau kataku, perjalanan itu semakin menambah luka. Setiap
sudut perjalanan itu selalu meninggalkan kenangan tentangnya. Ke pantai, ke
hutan, ke gunung, kemana pun. Setiap sudut tempat yang dilalui seolah
menampilkan layar besar tentang kenangan perjalanan-perjalanan itu. Perjalanan
pada akhirnya seperti menyiram air garam pada luka yang baru menganga. Seperti
kata Aan Mansyur, kenangan itu sama seperti hutang, kita tak pernah benar-benar
bisa lupa, kita hanya pura-pura lupa. Menghapus kenangan tidak semudah
menghapus foto di folder HP atau laptop, karena kenangan itu telah menyatu
dalam tubuh yang bisa di recalling
kapan pun itu. Tetapi sebenarnya bukanlah kita yang tidak mampu melupakan
kenangan, kitalah yang sebenarnya selalu berusaha mengingat kenangan.
Satu tahun akhirnya jadi masa
gila bagiku. Menjeda begitu lama. Mencoba berdamai dengan hati. Tidak melakukan
banyak perjalanan. Menulis pun aku alfa untuk waktu yang sangat lama. Membuka
blog sama artinya dengan membuka folder kenangan. Disana ada banyak tulisan
tentang kenangan perjalanan itu.
Welcome Back Lulu, mari berjalan
dan menulis lagi!!!!
Move oonnnnnnnn......jangan kelamaan baper....ada hati yang lebih baik menanti lulu yang selalu ceria..selalu heboh...ganbatte lulu..:)
BalasHapusamin ya Rabb.. semoga ada pengganti yang lebih baik lg untuk disayangi...hahahhahaa
Hapus